ada rasa
yang bertemu dengan rasa lainnya
yang kehilangan kendali
padahal asing
lalu memaksa
saling
Suatu ketika, seseorang pernah berkata seperti ini kepadanya: Bung, tidak menutup kemungkinan kita yang masih "asing" merangkak menjadi "saling". Semua kemungkinan terbuka lebar. Jadi,berusahalah.
Selalu saja terngiang-ngiang di kepalanya. Bahkan sampai saat ini di mana ia sedang berdiri di depan kelas Aries menunggung gadis itu ke luar dari kelasnya.
"Ri, pulang sama siapa?" tanya Maha setelah gadis itu berdiri di hadapannya,
"Loh, Maha?"
"Hai, Ri."
"Belum pulang?"
"Belum, nih. Sengaja."
"Kenapa?"
"Mau ngajak lo, sih. Tapi kalau lo nggak keberatan itu juga.""Eum, Ari pulang sendiri, sih. Si Libra main tinggal-tinggal gitu aja. Ari berasa jadi barang yang nggak berguna, nih. Herman."
"Heran, Ri." Maha menggeleng.
"Keran." Aries berkacak.
"Heran, Ri."
"Ah, terserah Maha ajalah. Sedang kesal diriku."
"Makanya, ikut gue, yuk?"
"Ke mana?"
"Ke mana aja."
"Teraktir tapi, ya?"
"Nggak masalah."
"Sip."
Aries berjalan di samping Maha. Sesampainya di parkiran, kening Aries sedikit berkerut. Sepertinya hari ini Maha tidak membawa mobil ke sekolah.
"Mobil Maha mana?"
"Ke sekolah kan nggak boleh bawa mobil, Ri."
"Masa, sih? Kok Ari baru tahu?"
Maha terkekeh. "Mungkin kebiasaan lo yang suka naik angkot, makanya."
"Terus Maha ke sekolah pakai apa? Terus kemarin waktu hujan?"
"Hari gue bawa motor, kok. Lo tenang aja. Kalau waktu itu, gue parkirnya di luar sekolah. Makanya gue bawa mobil."
"Hmm, jadi gitu, toh."
Maha kemudian mengeluarkan motor vespa yang terhalang oleh sebuah mobil salah satu guru. Setelah memakai hoodie, Maha menyuruh Aries untuk naik.
"Yakin, nggak mau pakai hoodie gue?"
"Ari serius, Maha. Kalau naik motor, Ari lebih suka nggak pakai jaket."
"Nanti kalau masuk angin gimana?"
"Ari nggak nerima angin. Maha tenang aja. Sudah cukup selama ini Ari disakitin mulu sama angin."
KAMU SEDANG MEMBACA
kita
Подростковая литератураKepingan-kepingan dari masa yang seharusnya sudah lalu menolak jatuh. Akan tetapi, hatinya sudah hampir runtuh. Hanya saja, berkat kita yang berjuang, yang terluka, yang sama, manusia ini bisa menerima kepulangan paling lapang. Lalu kita, yang bahag...