sudah,
tidak apa-apa
ia di sampingmu
ia tidak akan pergi
ia adalah bahumu
untuk menangisKepulan asap yang bersumber dari secangkir cokelat panas itu sedang menemani seorang gadis yang duduk terdiam di kursi meja makan di rumah Libra.
Bajunya yang basah masih belum mengering. Di luar juga masih hujan. Walaupun tak sebesar tadi. Rumah Libra sekarang benar-benar terasa sepi. Mungkin karena saat ini hanya Libra yang tinggal di sana.
Kemudian Aries mengesap secangkir cokelat yang masih utuh. Helaan napas panjang terdengar dari setiap hembusan. Pikirannya sekarang sedang dipenuhi oleh Libra. Entah kenapa. Karena dengan sendirinya, sosok laki-laki itu muncul begitu saja.
Pasti sulit bagi Libra meninggali rumah ini sendiri. Terlalu banyak kenangan yang tersimpan. Manis pahitnya hidup yang Libra jalani, rumah besar ini adalah saksi bisunya bagaimana kisah itu berlangsung.
Lalu kepala gadis itu mendongak, menatap lampu yang menggantung di atas sana. Memejamkan matanya beberapa saat, menikmati sepi yang menelusuk ini. Suasana seperti ini, bagaimana bisa begitu menenangkan.
"Libra ya ....." Aries mengembuskan napas panjang sekali lagi.
"Manggil?"
Libra yang baru saja menuruni anak tangga dengan membawa selimut tebal berwarna hitam miliknya dan satu pasang baju mengernyitkan dahinya. Tingkah gadis itu memang ada-ada saja. Kemudian Libra melempar baju dan celana itu kepada Aries sementara selimutnya masih ia pegang.
"Pakai! Kamu kedinginan."
"Kamu?"
"Lo maksudnya."
Aries tersenyum. "Nggak apa-apa. Libra kedengaran lebih lucu. Tetap kayak gitu, ya?"
"Terserah."
"Tapi ini punya siapa?" tanya Aries bingung.
"Pakai dan gak usah banyak nanya."
Ia tidak menolak. Aries bergegas mengganti pakaiannya. Setelah selesai, Aries langsung kembali dan duduk di bangkunya semula.
"Ari udah kayak orang-orangan sawah belum, Lib?" tanya Aries. Namum, Libra tidak menjawab.
"Libra, ih! Ari nanya juga. Masa gak di jawab?"
"Kamu lucu."
"Hah?"
Gadis itu mengedipkan matanya berulang kali berusaha memastikan apakah hal yang baru saja di dengarnya barusan itu memang sungguah, atau tidak.
"Kenapa?"
"Nggak. Ari cuma kaget aja."
"Kamu nggak mau aku sebut lucu? Ya udah."
"Habisnya ini yang pertama kali Libra muji Ari, hehe."
Kemudian Libra menyerahkan selimut hitam itu kepada Aries dan mulai menyiapkan beberapa kebutuhan untuknya memasak.
"Libra mau ngapain?"
Libra mendengkus. "Ya masak, lah, bego!"
"Ish. Ari kan cuma nanya doang." Aries mengerucutkan bibirnya. "Buat siapa?"
"Buat kamu."
"E-eh."
"Kamu harus makan."
Setelah itu tak ada percakapan lagi. Aries sibuk memerhatikan Libra yang begitu lihainya memasak. Mendadak Aries jadi iri. Ternyata Libra sangat piawai dalam memasak. Berbeda dengan dirinya yang seakan seperti bermusuhan dengan apa pun perkakas yang ada di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
kita
Teen FictionKepingan-kepingan dari masa yang seharusnya sudah lalu menolak jatuh. Akan tetapi, hatinya sudah hampir runtuh. Hanya saja, berkat kita yang berjuang, yang terluka, yang sama, manusia ini bisa menerima kepulangan paling lapang. Lalu kita, yang bahag...