jangan salahkan siapa-siapa
rasa datang tanpa diduga
percaya saja
rasamu sudah benar
namun terlalu jatuh
bukan pada tempatnya
hatinya sudah terlalu penuhIa bingung, apakah ini sungguhan, atau hanya ilusi pendengaran. Ah, mana ada. Paling-paling ini hanya sekadar rencana semesta untuk bercanda. Akan tetapi, ia senang. Tidak tahu kenapa. Karena perasaan itu datang dengan sendirinya tanpa disuruh.
Perkataan Libra terngiang-ngiang di kepala Aries. Laiknya rotasi bumi, bergerak secara konstan menarik gravitasi agar tetap bisa berdiri sendiri. Aries yakin, antara sadar dan tidak sadar, Libra pasti sudah salah bicara. Memangnya apa yang menarik darinya sampai-sampai laki-laki itu melarangnya berdekatan dengan laki-laki lain?
Tiba-tiba saja, seluruh tubuhnya seperti sedang dipeluk rindu. Relungnya bercumbu, kepadanya, laki-laki dengan segala gelagat tak terduga seperti dewa kejutan. Malam ini, Aries merenungkannya. Sebelum ponselnya bergetar, lamunannya buyar.
0812-xxx
Besok, ke rooftop sekolah. ada yang mau gue omongin.
Aries
Siapa?
Setelah itu tidak ada balasan lagi. Kening Aries mengernyit kebingungan. Sepertinya nomor yang saat ini sedang ia pakai sudah tidak aman lagi. Ia harus segera menggantinya dengan yang baru.
Malam semakin larut bersama gerimis manis. Dipandu sendu, matanya menutup tak tahan lagi mengangkat rindu. Ia memejam.
0812-xxx
Gue Maha.
***
Aries tidak tahu apa-apa tentang Maha yang menyuruhnya untuk segera pergi ke rooftop sekolah. Hanya saja, ia menghimbau kepada semesta untuk jangan dulu usil.
Butuh usaha keras untuknya mencapai tempat itu tanpa membangunkan Libra yang sedang tertidur di sampingnya. Akses untuknya keluar tentu terblokir. Nekat, akhirnya Aries menaiki bangku lalu meloncat dengan suara sehening mungkin.
Namun, sebuah kecelakaan kecil datang menimpanya ketika Aries sedang berusaha berdiri, punggungnya menghantam bagian sudut meja yang Libra tiduri sehingga sedikit bergeser ke samping. Hanya saja, sepertinya laki-laki itu tidak merasakan apa-apa.
Sesampainya di sana, Aries melihat Maha sedang berdiri membelakanginya bersama kedua tangan yang saling bertautan. Gadis itu menghampiri, lalu menepuk bahu Maha dari belakang.
"Hoi."
"Eh, hai Ri," sapa Maha.
"Hai. Ada apa? Kok ngajak Ari ke sini?"
"Enggak ada, kok. Gue cuma mau ngobrol aja sama lo."
"Mau ngobrol apa emang? Kenapa gak di kelas aja?" tanya Aries bingung.
"Enggak, ah. Gue maunya di sini. Berduaan sama lo."
"Eh?"
Maha tersenyum. Lalu duduk sembarang di atas dak beton diikuti Aries. Hening, bersama tiupan angin menderu nyaring.
"Lo tahu, gak? Sejak pertama kali gue nabrak lo gak sengaja waktu itu, gue merasa ada yang beda sama lo," ujar Maha tiba-tiba yang mendapat tolehan dari Aries yang duduk di sampingnya.
"Maksudnya? Beda gimana? Ari sama aja kok dari dulu gini-gini aja."
"Gue rasa ada sesuatu dari dalam diri lo yang udah gagal membuat gue berpaling dari lo sejak waktu itu. Sampai gue cari-cari alasan supaya bisa ngabisin lebih banyak waktu sama lo. Salah nggak, sih, kalau gue punya perasaan lebih sama lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
kita
Teen FictionKepingan-kepingan dari masa yang seharusnya sudah lalu menolak jatuh. Akan tetapi, hatinya sudah hampir runtuh. Hanya saja, berkat kita yang berjuang, yang terluka, yang sama, manusia ini bisa menerima kepulangan paling lapang. Lalu kita, yang bahag...