Esoknya masih pagi sekali, lapangan sudah dipenuhi oleh anak-anak basket yang sedang seru bermain. Di antaranya ada...
Bentar.
Alesya ikut bermain? Bukankah kemarin badannya panas? Hanya dia dan Reta anak 11 IPA 1 perempuan yang berada di lapangan.
Bagas ingin meneriaki Alesya untuk menyuruh revisi data anak musik, ada satu anak kelas 10 yang mengundurkan diri karena sedang sakit dan harus dirawat. Tapi, Bagas mengurungkan niatnya, mengingat ia tahu anak-anak basket seperti apa tatapan sinisnya, dibanding anak futsal yang bodoamat.
Bola masuk ke ring hasil operan Reta dan di-three point-kan oleh Alesya. Mereka bertos ria. Kemudian mata Alesya menangkap sosok Bagas yang sedang menatap ke arahnya. Gadis itu penasaran dan mulai membuka suara.
"Ada apa?" tanya Alesya menghampiri. Rasanya malas untuk berkomunikasi. Alesha mulai meneguk botol minumnya dengan napas yang masih terengah dan keringat yang banyak timbul.
Sosok Alesya akan berubah drastis jika sedang main basket, ia jadi dingin, cuek, serius, dan cool serta terlihat keren dan berwibawa, berbeda dengan biasanya yaitu Alesya yang sering nge-jokes receh.
"Anak kelas sepuluh ada yang ngundurin diri, sakit," jelas Bagas. Bagas merasakan perbedaan sikap Alesya ketika sedang di ekskul basket.
"Yaudah, nanti gue revisi," kata Alesya sambil mengambil kertas yang berada di tangan Bagas. "Thanks," kemudian pergi.
"Jangan lupa buburan sekolah," ucap Alesya kepada Reta, yang menoleh sebentar dan mengangguk, kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Padahal Bagas ingin bertanya, bukankah kemarin ia sakit. Tapi kenapa hari ini udah ngebasket lagi? Bagas mengurungkan niatnya semenjak ia mulai merasakan perubahan sikap pada Alesya. Kemudian Bagas memutuskan untuk segera balik ke kelas.
"Kipas mana anjir kipas?! Nyalain!" teriak Alesya begitu memasuki kelas yang mana sudah mulai ramai.
"Ck, baju lo lepek gitu," kata Reyhan menggeser sedikit skala tempat duduknya.
"Lo kalo udah di basket, lupa sama segalanya sih," cetus Yoda yang berada di sebelah Reyhan.
"ALE-ALE, TAS LO JANGAN TARO SINI KEK!!" teriak Sena membuat Alesya menoleh. Gadis itu memindahkan tas milik Alesya yang awalnya berada di meja Sena menjadi di meja Alesya.
Alesya tak memperdulikan, ia kembali lanjut mendengarkan obrolan teman-teman yang berada di dekatnya.
"Gue kenapa sih kalau di basket?" tanya Alesya merunduki kepala. Ada yang ia pikirkan.
"Ya, jadi berubah aja gitu, biasanya jadi power ranger pink, pas di basket jadi power ranger merah," ujar Reyhan dengan mata yang fokus ke Mobile Legends, sedang war dengan Yoda.
"Filosofi macam apa itu, goblok!" bantah Yoda heran.
"Segitunya bikin lo ngerasa kehilangan gue di kelas?" tanya Alesya.
"Yeuuu, overpede lu kaya si Wahwuy." Reyhan mendorong pelan Alesya.
"Wahyu aja goblo wahyu," sela Yoda membenarkan.
"Serah gue, kan kayak si Angpao nyebutnya," jawab Reyhan santai.
"Angpao?" tanya Alesya heran.
"Riski IPA 3 elah, anak futsal. Makanya jangan anak basket mulu yang lo ken—YODA BANGSAT!" jawab Reyhan mengumpat saat dibarengi serangan game dari Yoda.
Alesya terdiam. Mengingat nama Riski disebut, juga ingat soal kemarin saat pulang. Alesya tidak berpikir banyak soal dia.
"Al?" gumam Reyhan.
"Hm?"
"Kenapa kemaren nggak ekskul? Katanya lo sakit?"
"Iya, tau darimana lo?" tanya Alesya tak menduga Reyhan tahu.
"Darren bilang, tapi gue pikir lo nggak sekolah hari ini. Eh, malah ngebasket tadi pagi," jelasnya seru.
Alesya melirik ke Reyhan, tapi Reyhan dan Yoda masih fokus ke gamesnya. "Gue minum parasetamol besoknya sembuh, santuy elah, kangen amat."
Alesya pergi menuju mejanya, masih terdengar umpatan-umpatan dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALESYA [SELESAI]
Teen FictionBagaimana jika seorang pangeran dapat jatuh cinta kepada upik abu? Dengan segala ketidaksengajaan semua dapat terjadi. Bersama Alesya akan diceritakan seorang upik abu yang beruntung mendapatkan cinta pangeran. Dengan balutan cerita anak SMA. (Cerit...