Bubaran sekolah Alesya tidak langsung pulang ataupun ada rapat OSIS, ia pergi ke ruang guru untuk menemui Bu Nining selaku guru Geografi perihal olimpiade
telahnya ia harus ekskul basket hari ini.Alesya menghempaskan tubuhnya dikursi yang sudah berada dihadapan Bu Nining. Di sisi kiri gadis itu ada tiga buku yang lumayan tebal. Wanita parau baya itu mulai membuka suara.
"Kemungkinan dua bulan lagi olimpiade sudah dimulai, selesai acara kartinian nanti kamu mulai disibukan oleh persiapan olimpiade ini," kata wanita itu sambil menyeruput teh hangat yang masih penuh.
"Ibu sudah siapkan buku-buku ini untuk kamu pelajari. Oh ya, setelah acara kartinian selesai kamu tidak ada acara lain, 'kan?" tanyanya bijak.
"Udah kosong, Bu," jawab Alesya sigap.
"Basket kamu, bagaimana?" tanyanya lagi mengingat gadis ini tak hanya satu mempunyai kegiatan.
"Nggak ada lomba yang lagi mau diikutin," jawab Alesya tenang.
"Ya sudah, kamu pelajari buku-buku ini. Kalau ada yang kamu nggak ngerti, bisa tanya ke ibu," pintanya ramah. Alesya mengangguk dan tersenyum.
"Itu aja, semangat ya, Al!" ucap Bu Nining seraya mengelus pelan rambut Alesya.
"Ale, permisi dulu ya, Bu?" kata Alesya serya mencium tangan wanita itu dan pergi keluar. Membuang napas lega setelah berhasil keluar dari ruangan yang paling di takuti anak-anak jikalau ada ulangan lisan. Ya, beliau agak berbeda. Jika ada ulangan lisan, selalu diruangannya.
Alesya sudah berganti kostum dengan kaos basketnya. Menaruh buku-buku tadi beserta tasnya di dalam kelas.
Ia mulai men-dribble bola tersebut men-shoot ke ring beberapa kali sebelum masuk ke tahap pemanasan nanti. Melihat Reta menghampiri lapangan, Alesya tersenyum ke arahnya. Agak rindu juga tidak bertemu teman sekaligus rivalnya di ekskul bakset ini.
Coach sudah meniupkan pluitnya, latihan dimulai dengan pemanasan. Mata Alesya mengintari seluruh yang hadir di ekskul hari ini, senyumnya terlukis saat hitungannya tepat bahwa hari ini yang hadir lengkap.
Latihan berjalan dengan lancar. Jam sudah menunjukan pukul lima sore. Tandanya ekskul hari ini segera selesai. Mereka yang lelah latihan jadi menepi dan meneguk mineralnya. Alesya sih, sedang excited hari ini, makanya saat yang lain istirahat ia malah beraksi dilapangan.
Ia men-dribble bolanya, beberapa kali men-shoot dari jarak jauh agar dapat three point. Namun tiba-tiba seseorang merebut bolanya. Alesya terkejut jadi menoleh.
Kak Julio!
Alesya jadi tersenyum simpul. Dan segera merebut bolanya kembali dari tangan Julio. Namun Julio memberi sebuah challenge.
"Kalo lo three point, besok kita ke Twenty Four," tukas Julio seraya memainkan dua alisnya.
Alesya tersenyum simpul langsung menyamber bola yang berada di tangan Julio. Ia kecoh Julio dengan membawa-bawa bolanya dengan di-dribble, begitu saat merasa timing-nya tepat Alesya menembakan bola tersebut ke ring, dan... DAMN!
Gagal. Segera Julio menyambarnya dimain-mainkan dengan gaya sombongnya membuat Alesya ysng melihatnya jadi tersenyum getir. Ia menembakan bola tersebut ke ring.
OH SIAL. BERHASIL!
Pemuda itu tersenyum bangga, menoleh ke Alesya dan memasang wajah meledek.
"Nggak jadi chicken wings-nya Twenty Four, ya?" tanya pemuda itu tertawa kecil.
Alesya menggeleng dan segera menepi untuk meneguk mineralnya. Sebelum itu, Julio menghampiri. Mangacak sebentar rambut Alesya.
"Semangat ah, Ale!" kata pemuda itu di iringi senyum.
Namun sesuatu baru dapat dirasakan Alesya. Rasanya seperti beda dari sebelum-sebelumnya.
Aneh.
Yang Alesya rasakan.. biasa saja.
Dibilang senang, ya, Alesya senang. Namun, condong ke tidak ada reaksi di hatinya.
Ada apa ini?
****
nggak tau, aku kangen waktu nulis ini 2017:(
KAMU SEDANG MEMBACA
ALESYA [SELESAI]
Teen FictionBagaimana jika seorang pangeran dapat jatuh cinta kepada upik abu? Dengan segala ketidaksengajaan semua dapat terjadi. Bersama Alesya akan diceritakan seorang upik abu yang beruntung mendapatkan cinta pangeran. Dengan balutan cerita anak SMA. (Cerit...