Jam pelajaran Bahasa Indonesia masih kosong, guru yang mengajat masih belum kembali dan hanya meninggalkan tugas. Alesya dan Reyhan sedang memisahkan diri dari kelas yang sedang sunyi karena penghuninya lebih memilih tidur atau ada beberapa yang memilih mabar Mobile Legends barangkali untuk dapat push rank. Alesya dan Reyhan memilih duduk di balkon IPS 1 dan duduk bersisian di sana.
Biasanya Alesya dan Raja saat jam pelajaran kosong akan berduet menyanyi dengan heboh. Namun, mood kedua
nya sedang tidak bagus. Malah terakhir kali Alesya lihat Raja sedang tertidur di bangku pojok yang dijadikan tiga susun untuk ia bisa berbaring. Dan Alesya memilih ke luar disusul Reyhan yang sudah memasang earphone putihnya.Pandangan mereka serius ke arah adik kelas yang sedang olahraga dan kebetulan materinya bola besar, yaitu bola basket. Alesya yang lucu melihati anak-anak itu men-shoot tapi tidak masuk ke ring.
"Eh, Al, padus berapa hari lagi tampil?" tanya Reyhan menolehkan tatapannya.
"Dua hari lagi" jawabnya fokus memperhatikan anak-anak tersebut.
Kemudian Reyhan mengangguk.
"Lo kenapa sih, udah jarang masuk ekskul musik? Gue kan suka bingung pulang nebeng siapa," kata Alesya menggerutu.
"Kan lo tau sendiri, prioritas gue itu Futsal. Music is medicine when I'm boring," ujarnya bijak.
"Cih, menomer duakan, nggak asik."
"Bukan menomer duakan Al, lebih yang ke second gitu," kata Reyha ngeles.
"Bodoamat, anjir. Terus kenapa lo nggak masuk basket aja sih, Han?" tanya Alesya menghasut.
"Gue kan udah di futsal," jawabnya santai.
"Kan bisa ambil dua ekskul, tiga sekalian," saran Alesya merayu.
"Kan hidup itu pilihan," katanya sambil membenarkan posisi earphone-nya yang lepas.
"Gue bisa aja maksa lo buat masuk basket," kata Alesya mulai kesal untuk menggoyahkan pendirian Reyhan.
"Gue bukan lo yang dipaksa kakak lo dan mau-mau aja, itu bukan seorang Reyhan," ujarnya bergaya sombong.
"Ck!" karena sudah kehabisan kata-kata Alesya jadi diam memerhatikan kembali anak-anak itu bermain.
Guru olahraga tidak terlalu memperhatikan kehadiran Alesya dan Reyhan dari depan balkon IPS 1, ia hanya terfokus mengajar murid-muridnya.
Karena bosan, Alesya membuka pembicaraan.
"Eh ya, itu lo gimana sama anak IPA 2?" tanyanya sambil menaik turunkan alisnya, mencoba menggoda Reyhan.
"Doi udah punya pacar, Al," jawabnya tak bersemangat.
Sepertinya Alesya salah memberikan pertanyaan. Alesya jadi tidak enak menanyakan hal itu.
"Kemarin sih gue liat dia sama kakak kelas, bukan kemarin sih dua hari yang lalu gitu, Han. Ya gue kira sepupuan atau searah rumahnya," kata Alesya bercerita.
Reyhan tak menjawab. Ia jadi menunduk. Hm, Alesya salah lagi.
"Udah lo jadi temen gue aja nggak usah jadi pacar orang kalo selalu keduluan orang," ujar Alesya sambil menepuk bahunya. Tapi Reyhan malah tertawa gila.
"Gila, kapan pacarannya gue?!" tanyanya riang.
"Ya kalo lo udah nggak ketikung, kalo gitu pasti kan lo udah jadian. Elah, masih temen gue, dan tetep support lo bego," kata Alesya kesal sambil mendorong bahu Reyhan dan hampir ingin terjatuh. Namun Reyhan masih bisa menahannya.
"Goblok! Nggak jadi Twenty Four ya," ancamnya membuat Alesya jadi mengatupkan bibirnya. Jadi diam. Tak bersuara. Takut janjinya benar-benar cancel.
Pasalnya Alesya rindu tempat itu, suasannya, makananya, kopinya juga traktirannya.
Reyhan memainkan handphone-nya, sudah bosan mendengarkan musik rupanya ia jadi melepaskan earphone-nya.
Alesya juga mulai bosan melihati mereka. Ia jadi bengong sendiri. Yang kemudian jadi kaget saat dilempari pertanyaan dari Reyhan.
"Gimana ceritanya almetnya Riski ada di lo?"
Alesya sontak menoleh, ia menarik napas. Tapi ya memang, akhir-akhir ini Alesya jadi jarang cerita soal apapun kepada Reyhan, makanya ia jadi kepo seperti ini.
"Gara-gara hujan terus tiba-tiba dia mayungin gue pake gituan, ya basah. Terus dia ngajak sekalian, yaudah gue disuruh bawa juga almetnya," ia menceritakan singkat.
"Oh, lo pulang bareng?"
Ini apasih Reyhan jadi nanya-nanya gini?
"Ya sekedar bareng, karena hujan."
Alesya bingung harus menjawab apa, marena memang ia menceritkan apa adanya.
Namun hening yang ada. Reyhan malah sedang tertawa sendiri dengan handphone-nya.
"Apa sih tawa-tawa sendiri aja?!" celetuk Alesya yang merasa dikacangkan.
Karena ingin tahu, Alesya jadi mendekatkan wajahnya ke handphone Reyhan.
"Nggak, nggak nggak boleh liat tujuh belas tahun ke atas, lo nggak boleh!" katanya menjauhkan handphonenya dari Alesya.
"GUE TIGA BULAN LAGI TUJUH BELAS TAHUN!" selanya tidak terima.
"Ya tetap aja belum, gue udah."
Alesya merebut handphone Reyhan sampai pada akhirnya berhasil. Ia mengklik video tersebut.
Dilihatnya, dahinya jadi mengernyit.
Kemudian tertawa geli.
"Apa anjir ini video maksud?! Orang video ngakak, gila! Porn darimana tujuh belas tahun segala, sialan lo, ya!"
Melihat Reyhan yang menjauh dari Alesya, Alesya jadi menghampiri dan memberikan handphone-nya.
"Oya, Al, ada salam dari Julio," sontak mata Alesya terbelalak dan menolehkan tatapannya dengan cepat.
"SERIUS?!"
Namun, Reyhan seperti menahan tawa melihat ekspresi Alesya yang histeris apabila ada berita dari Julio.
"TAPI BOHOOONG!" kata Reyhan sambil berlari ke kelas sekaligus melihat guru yang datang ke arah mereka.
"REYHAN KAMPREEEET, MURKA LO BOHONGIN GUE!" kata Alesya kesal berlari mengejar Reyhan.
tb:
Lanjut next part, lebih greget hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALESYA [SELESAI]
Teen FictionBagaimana jika seorang pangeran dapat jatuh cinta kepada upik abu? Dengan segala ketidaksengajaan semua dapat terjadi. Bersama Alesya akan diceritakan seorang upik abu yang beruntung mendapatkan cinta pangeran. Dengan balutan cerita anak SMA. (Cerit...