Sudah jam pulang ekskul, Alesya berjalan menuju gerbang sekolahnya, berharap ada seorang yang bisa ditebengi sore hari ini. Namun pandangannya refleks ke arah pos satpam berjaga, biasanya pemuda itu ada disitu. Namun, tidak ada siapa-siapa.
Ck, kenapa gue jadi ngarep gini.
Ia keluar gerbang, menoleh kiri-kanan, matanya terbelalak melihat sosok pemuda manis itu sedang duduk di atas motornya. Alesya berjalan menghampiri sambil senyum-senyum, pemuda itu menatapnya datar.
"Dih, kenapa lo senyum-senyum?" tukas Andi menatapnya jijik.
"Ck-ck, gue kira lo udah lupa kalo punya adek secantik gue," celetuk Alesya menggodai kakaknya yang baru terlihat kembali untuk menjemputnya.
"Preett," sahut Andi diiringi tawa kecil.
"Tumben amat lo jemput gue, ha?!" tanya Alesya jadi agak kesal mengingat yang kemarin-kemarin.
"Lah, ngegas amat, yaudah gue nggak jadi jemput," jawab Andi jadi berakting menyalakan mesin motornya.
"Eh, enak aja!" sergah Alesya jadi takut ditinggal.
"Yaudah naik, abis ini mampir es kelapa, kuy?" tawar Andi jadi langsung ceria, mengingat ia selalu tak punya waktu banyak untuk keluar bersama adik perempuan semata wayangnya.
"Gas, kuy!" jawab Alesya tak kalah semangat.
Mereka pergi dengan motornya. Mampir lamaan untuk minum es kelapa di angkringan menuju jalan pulang rumahnya. Terakhir bisa keluar bersama Alesya itu sekitar dua minggu lalu, Andi jarang sekali punya waktu banyak untuk adiknya ini. Makanya sore ini insiatif untuk menjemput Alesya ekskul dan sekalian, pulang mampir es kelapa.
Alesya sedang asik memakan kelapa-kelapa yang tersisa setelah habis airnya. Nyatanya gadis ini benar-benar haus.
"Si Aji tuh naksir lo," ujar Andi santai masih sambil menyedot es kelapanya.
Alesya mengangkat alisnya.
"Tapi, karena bagi dia lo kayak ilusi, nggak pernah muncul, bikin dia kayak berharap sama angin, susah ke genggam," Andi jadi membenarkan posisi duduknya menjadi lebih santai.
"Dia nge-Line lo nggak read," kata Andi mulai mengabsen.
"Lah, apa anjir?! Mana gue tau, gue jarang buka Line, tenggelam kali chatnya," bantah Alesya yang memang tak merasa ada notice linenya kala itu.
"Spam chat juga kayak di-ignore," lanjut Andi. Alesya masih diam. Seolah merasakan hal yang fana namun benar-benar nyata, "...dia dah ada pacar sekarang, anak situ juga cuma beda fakultas aja." ujar Andi mulai memainkan hapenya.
Alseya menjadi terbelalak.
"Nih," kata Andi menyerahkan hapenya untuk memeberitahu foto Aji dengan seseorang. Alesya mengulum bibirnya, ada yang sedikit disesalkan.
"Yaudah, nggak apa-apa. Cocokan sama dia lah, gue mah ibaratnya apa? Remah-remah egarsari yang akan kalah dengan bubuk nutrisari," tukas Alesya merendahkan diri.
"Dih, tumben amat lu kayak ngerelain," celetuk Andi membuat Alesya memicingkan mata kearahnya.
"Namanya bukan jodoh yaudah mau diapain," ujar Alesya sok bijak untuk meyakini Andi.
"Nggak percaya gue. Oh gue tau, jangan-jangan udah ada gandengan ni gue rasa," sergah Andi setelahnya sudah tertawa keras-keras.
Alesya jadi mendecak, tak senang disok tahukan begini. "Sama Reyhan lo, ya?" lanjutnya masih terpingkal-pingkal.
"Ck, paan sih anak garong begitu," balas Alesya tak terima disok tahui.
"Ya abis siapa Ale-Ale, ha? Reyhan, kan? Reyhan doang yang emang sama lo terus," tanya Andi jadi agak santai.
"Tau ah, bodoamat dibilang bukan, ya bukan!" dengus Alesya tak terima.
"Iya kali, ya?" tanya Andi menggodai.
"BODOAMAT ANJIR BODOAMAT YA, ANDI PUTRA MAHARDIKA!" teriak Alesya dengan lantang jadi tak tahan dikecengi begini.
"Eh anjir, lo ngatain nama Papa, gue bilangin!" ancam Andi sok-sok diseriuskan.
"LAH KAN EMANG MARGA KITA NAMA PAPA, BEGO!" tukas Alesya sudah geregat dengan kakaknya yang selalu punya celah untuk menciptakan awal war. Andi yang mendengar jadi cengengesan.
Namun, tiba-tiba..
"MAS TOLONG ITU BILANGIN PACARNYA, VOLUMENYA AGAK DIKECILIN," pinta seseorang wanita yang sedang asik berbincang merasa terganggu dengan teriakannya Alesya. Andi menoleh dan menyahuti.
"SORI MBAK, ADEK KANDUNG SAYA," sahut Andi tak terima yang selanjutnya malah cengengesan membuat mata pemuda itu jadi sedikit tak terlihat.
Iya, kakaknya ini mirip Immanuel Caesar Hitto, dan Alesya mengakui itu.
"Lah iya omelin tuh cewek lo, bacot banget," kata Alesya ikut membercandai.
Sudah tak heran tentang mereka yang berkomentar mudah menyimpulkan. Karena selisih usia mereka hanya dua tahun membuat beberapa dari mereka mengira dua sejoli ini sepasang kekasih.
Namun, hal itu membuat sang orang tua untuk mendidik mereka menjadi pribadi yang berani bersuara dan tidak diam jika disalahkan pada sesuatu yang bukan pada dasarnya. Seperti barusan, itu contoh kecil hasil dari didikan orang tuanya. Andi langsung menyanggah ucapan wanita tersebut dan meralatnya. Begitu juga Alesya, langsung buka suara begitu disimpulkan kalau ia adalah kekasih Reyhan, kemudian Alesya langsung menjelaskan yang sesungguhnya kepada Riski.
tb:
Gimana sih sensasi punya abang yang selisih 1/2 tahun menurut kalian. Enak?
Gue adanya kaka perempuan, hm, dan mau banget punya kaka laki-laki:')))
KAMU SEDANG MEMBACA
ALESYA [SELESAI]
Teen FictionBagaimana jika seorang pangeran dapat jatuh cinta kepada upik abu? Dengan segala ketidaksengajaan semua dapat terjadi. Bersama Alesya akan diceritakan seorang upik abu yang beruntung mendapatkan cinta pangeran. Dengan balutan cerita anak SMA. (Cerit...