H-1 menuju Hari Kartini, Alesya sedang rempong nyari baju kebaya yang harus dipakainya tanggal 21 April nanti. Karena terlalu sibuk OSIS untuk persiapan Hari tersebut sampai lupa bahwa ia belum menyiapkan kostum.
Alesya mencobai baju kebaya Mamanya yang berwarna putih di depan cermin, dari bentuknya masih terlihat kebaya jaman dahulj.
"Ini kegedean sama aku," kata Alesya sambil bercermin melihat dirinya jadi seperti orang-orangan sawah.
"Nggak ada lagi, Al. Emang mau pinjam sama Tante Alin?" tanya Mamanya menyebutkan nama tantenya itu yang tinggal cukup jauh dari rumah.
"Jauh," jawab Alesya jadi menggelembungkan pipinya. Melihat Mamanya sedaritadi mondar-mandir rempong juga ingin berhias.
"Ya, mau nggak mau, kamu beli. Nih uangnya sama Mama," kata Mamanya berlalu-lalang yang Alesya bisa saksikan dari pintu kamar.
Alesya jadi membuang napas. Menyuruh beli, namun ia ingat Reyhan sedang tak mau diganggu kalau weekend begini, walau untuk sekedar mengantar. Namun, sebuah teriakan jadi membuat Alesya mengahampiri.
"HP LO ADA TELPON AL!" teriak sang kakak dari kamarnya—yang memang hp Alesya ia taruh di kamar kakaknya sehabis numpang baca buku tadi—yang sedang asik berkutat didepan laptop ditambah suara merdu dari vokalis Coldplay itu dengan volume sedang.
Alesya mengangkatnya. "Halo?"
"Iya. Al, gue Rizky," kata pemuda dari sebrang sana.
"Iya gue tau, kenapa?" tanya Alesya.
"Mau anter gue nggak? Nyari batik buat besok? Ck, batik gue nggak ada yang muat."
Alesya membelakan matanya. Pas sekali, ia juga ingin membeli kebaya.
"Ah, kebetulan gue mau nyari kebaya juga. Boleh deh," jawab Alesya.
"Oh, yaudah. Sejam lagi gue jemput," kata pemuda itu.
"Oke!" balas Alesya sambil mematikan sambungannya.
"Ma, yaudah mana sini aku beli aja," teriak Alesya melihat tak muncul sosok Mamanya. Tak lama sang Mama datang dan memberikan uang pada Alesya.
"Rapih amat, mau kemana?" tanya Alesya namun di kacangi.
"Pergi sama siapa kamu?" tanya Mamanya membaliki, sambil bercermin membenarkan posisi pita yang berada di batik seragamnya itu.
"Temen aku," jawab Alesya memerhatikan.
"Reyhan?" tanya Mamanya lagi.
"Ck, bukan. Temen aku yang lain," jawab Alesya jadi sebal sedikit.
"Lah, kamu punya temen yang lain? Kirain temen kamu Reyhan doang sama Audrey," tukas sang Mama membuat Alesya hampir mengumpat dalam hati.
"Abis Mama nggak pernah liat yang lain main ke sini rame-rame," tambahnya.
"Temen aku banyak kali. Tim basket, anak-anak kelas, anak-anak OSIS, anak musik. Kalo semuanya aku suruh kesini, keramain kayak mau nonton konser," kata Alesya mengabsen.
"Ya, aku mah nggak mau sombong aja," tambahnya sambil cekikkan.
Memang, Alesya dengan Mamanya ini seperti sahabat sendiri. Beliau segalanya, tempat curhat, tameng, jadi ibu. Makanya komunikasi mereka seperti kawan saja.
Kemudian Papanya datang dengan baju batik yang senada dengan baju yang dipakai Mama.
"Loh, loh ini mau kemana?" tanya Alesya heran.
"Kondangan, Al," jawab Papanya, yang selanjutnya Mamanya sudah rapih dan ingin segera berangkat.
"Mama ada kondangan, kamu beli aja kebayanya, Andi suruh jaga rumah, ya," kata Mamanya meninggalkan pesan. Alesya mengangguk.
a/n:
jeng-jeng-jeng, detik-detik mau tamat, mana suaranya???? mau digoyang niiii hati kalian agar ambyarrrr
KAMU SEDANG MEMBACA
ALESYA [SELESAI]
Teen FictionBagaimana jika seorang pangeran dapat jatuh cinta kepada upik abu? Dengan segala ketidaksengajaan semua dapat terjadi. Bersama Alesya akan diceritakan seorang upik abu yang beruntung mendapatkan cinta pangeran. Dengan balutan cerita anak SMA. (Cerit...