7. Sisi Lain

4.7K 269 0
                                    

Alesya sedang duduk dengan tenang di sofa yang menghadap televisi dengan sebuah buku di genggamannya. Tayangan mamanya malam ini tak pernah jauh-jauh dari sinetron anak jalanan yang sering main kebut-kebutan dengan motornya.

Alesya yang sedang membaca buku pinjaman punya kakaknya yang tadi sepulang dari kampus ia membelinya—tak memperdulikan. Ia jadi ingat percakapan dengan kakaknya tadi soal kakaknya dan teman kampusnya ingin berlibur ke Labuan Bajo. Alesya jadi gelisah, ingin ikut.

Mamanya datang membawa sebuah pudding coklat tanpa fla. Alesya jadi ingin bersuara prihal percakapan dengan kakaknya.

"Ma?" panggilnya takut-takut.

"Hm?"

"Kak Andi mau ke Labuan Bajo."

"Terus?"

"Mau ikut," pintanya memelas.

Dari luar terdengar suara motor yang memarkirkan motornya di depan rumah Alesya. Pemuda itu memasuki pagar rumah dan berteriak ria.

"Woi, Bang!" panggil pemuda itu menghampiri Andi dan bersalaman ala-ala mereka.

"Gimana, bisa lo chord-nya?" tanya Andi yang sedang menggenjreng gitar sedari tadi sambil menunggu Reyhan.

Katanya, Reyhan minggu lalu ingin diajari chord gitarnya Sheila On 7 yang Lapang Dada. Juga Andi yang memang mahir di bidang musik membuat Alesya sang adik disuruh untuk ikut ekskul musik dibsekolahnya.

Sudah dibilang, bagi Alesya ekskul prioritasnya adalah basket. Ia ikut musik karena suruhan sang kakak yang mengiming-imingi jika sudah terkenal pastinya jam terbangnya di mana-mana. Sial, Alesya terpancing untuk masuk ekskul tersebut. Walau suara Alesya yang bisa dibilang tidak jelek-jelek amat.

Dari ekskul itu jugalah Alesya mengenal sosok Bagas, sebagai orang yang pertama kali dekat dengannya di SMA saat kelas sepuluh. Mereka pernah dekat pada masanya. Juga yang terakhir— sekitar enam bulan yang lalu— sosok Darren masuk ke ekskul musiknya. Ya, Darren sebagai senior yang baru masuk. Alesya pernah dekat dengan Darren, berlangsung selama dua bulan saja.

Sejujurnya kepada Darren, dari kedua belah pihak tidak seimbang. Darren yang mendekati. Darren juga yang menaruh perasaan. Alesya hanya membalas sewajarnya. Kemudian Darren lah yang baper dengan Alesya. Tidak dengan Alesya.

Karena ia mencari apa yang tidak bisa ia dapat, tapi ia mendapat apa yang tidak bisa ia cari.

Alesya selalu seperti itu. Selalu gagal dalam mencari yang sejati.

Reyhan dan Andi, mereka sudah janjian untuk latihan bareng, sekedar hiburan.

"Lumayan, eh Bang, si Ale ada?" tanya Reyhan menoleh ke dalam.

"Lagi baca buku paling di ruang tv, ke gazebo aja, Han," kata Kak Andi seraya jalan menuju gazebo.

Melewati ruang tamu dan ruang tv yang di mana ada Alesya dan mamanya.

Andi jalan mendahului, Reyhan di belakang menolehkan tatapannya ke ruang tamu.

Melihat ada amanya Alesya, ia menyapa.

"Malam, Tante," ucapnya sopan.

Sekedar menoleh tapi malah terjadi obrolan cukup banyak.

"Eh Han, main?" tanya sang Mama.

Mendengar nama Reyhan disebut. Alesya jadi menolehkan tatapan seriusnya dari buku.

"Mama lagi ngapain, Han?"

"Tadi sih pergi cari makan di luar sama Ayah," jawabnya masih diam ditempat.

"Loh, kamu nggak ikut?"

Reyhan menggeleng.

"Reyhan udah makan lagian juga," katanya menyengir kuda.

"Reyhan misi ke belakang dulu Tan, mau latihan," katanya sopan sambil berjalan pelan.

Namun suara Alesya membuatnya menoleh lagi.

"Eh Han, buku Sosiologi gue sama lo nggak sih?" tanyanya.

"Iya, gue pinjem, ada di rumah," jawabnya.

"Pantes punya gue nggak ada."

Setelahnya Reyhan pergi menyusul Andi yang sudah siap dengan gitar, kopi, juga cemilan-cemilan yang selalu tersedia dari kulkas Mamanya Alesya. Mengingat Alesya yang doyan ngemil. Makanya pipinya Alesya seperti bakpau.

Dari ruang televisi peraduan argumen terjadi lagi.

"Kamu mau ikut emang ada uang?" tanya Mama santai sambil fokus makan pudding juga menonton televisi.

"Sedikit," jawab Alesya pelan.

"Tuh kan, lagian kamu ke sana mau ngapain, jauh. Itu juga kan acaranya Andi sama teman kuliahnya," jelas Mama panjang lebar yang membuat Alesya dongkol.

"Temen Kak Andi aja ngajak adeknya, lah berarti aku juga bisa dong," jawab Alesya tak mau kalah.

"Udah di rumah aja kenapa sih, anak cewek tuh nggak boleh main terlalu jauh," ucap Mamanya.

Alesya lemah kalau beradu argumen dengan sang Mama. Rasanya air mata ingin meleleh saja.

"Lagian, Ma, aku tuh mau ngerasain jalan-jalan jauh, treveling bareng-bareng temen. Biar aku tau dunia luar itu kayak apa, biar aku nggak kuper kudet soal dunia. Mama sih cuma pengen aku di rumah aja, ngeliat kamar setiap hari, bosen, Ma." Mata Alesya berkaca-kaca.

Ia lemah tak bisa membantah. Ia hanya bisa menyuarakan apa yang ia rasakan saja selama ini.

"Yaudah, pergi aja kalo kamu ada uangnya," kata Mamanya.

"Ck, Ma," begitu umpatan yang hanya ia bisa keluarkan.

Alesya pergi menuju kamarnya.

"AL? ALESYA?!" panggil Mamanya.

Namun Alesya tak menoleh.

Dari gazebo yang berada di belakang masih bisa terdengar peraduan argumen Alesya dengan sang mama. Reyhan yang bisa mendengar sayup-sayup namun jelas, ia mengangguk paham. Paham akan perasaan Alesya. Ia mengerti tingkah lakunya di sekolah yang beraneka ragam. Ini toh alasannya.

Benar yang dikatakan guru Sosiologinya, bahwa seseorang yang banyak tingkah, banyak omong, banyak bercanda, banyak tertawa di sekolah, sesungguhnya ia adalah orang-orang yang kesepian di lingkungan rumahnya.

Dan itu yang dirasakan Alesya.

Reyhan pernah mengamati Alesya saat jam pelajaran Sosiologi dan guru tersebut membahas hal tersebut, Reyhan yang begitu menoleh ke Alesya melihat gadis itu tertunduk. Seperti membenarkan dalam hati.

Reyhan jadi tak tega.

Alesya yang ekspresif jikalau sudah di sekolah, entah di ekskul basket, dibkelas, di ekskul musik, juga OSIS nyatanya di rumah ia kesepian.

Makanya sering kali Reyhan mengajak Alesya pergi, sekedar makan di Twenty Four.

Andi yang melihat Reyhan terbengong-bengong melihati aksi gitarnya jadi mengagetkan.

"Woi," Andi memetikan jari didepannya.

"Eh, ah, gue terhipnotis bang sama aksi lo," jawabnya gelagapan.







tb:
Jangan lupa vote dan komen hehe. U can find me in another sides @ikaamaliaaaaa

ALESYA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang