11. Buaya II

3.3K 227 6
                                    

Kamis itu selepas bubaran sekolah, gerimis mulai turun, memaksakan Alesya yang hendak pulang jadi menunggu gerimis mereda.

Sial, kakaknya hari ini tidak bisa menjemput. Ah, lagi pula Alesya sudah malas berharap banyak untuk dijemput olehnya terlebih alasan Dehan karena ada tugas yang belum kelar. Basi.

Alesya melewati kelas 11 IPS 2 yang tak sengaja Jefri baru juga keluar dari pintu kelasnya. Iseng-iseng Alesya berceloteh.

"Jepri, pulang bareng dong," pinta Alesya memelas.

"Paan gue ada rapat Pramuka, jalan kaki aja sih, sehat," jawabnya memasang wajah sengak.

"Kalo nggak hujan juga gue dah jalan, males ah, jahat lo," kata Alesya membercandai.

Jefri yang kata anak-anak sih 'aneh', tapi baik. Aneh di sini dalam artian bahwasannya di angkatan kelas 11 ini hanya dia yang usianya 19 tahun. Sedangkan yang lain sekitar 16-17. Juga tingkahnya Jefri yang tidak jelas namun bisa membuat orang yang melihatnya terpingkal.

"Lagian masa takut sama air, takut jadi mermaid kali?" tanyanya meledek.

"Bodo, gue marah," jawab Alesya berpura-pura dan segera duduk di balkon depan IPS 2 yang di mana tampias hujan dapat dirasakan.

Sambil menunggu hujan reda, matanya mencari-cari sosok yang bisa ditebengi. Namun, matanya tak sengaja menoleh ke kiri yang di mana ada Darren dengan pacarnya di depan kelasnya 11 IPA 4.

Ingatannya kembali terbuka soal dahulu Alesya dapat hidup tenang saat tak ada chat masuk lagi dari Darren, dan ternyata Darren sedang dekat dengan seseorang lain. Ah, baiklah setidaknya Alesya bisa bernapas lega karena akhirnya ia dapat menemukan sejatinya.

Sosok Audrey yang berada di depan kelasnya membuat Alesya jadi menghampiri.

"AUDREEEYYYY," sapa Alesya sambil berpeluk rindu. Sudah lama tak bertemu. Ck, padahal satu sekolah, hanya saja waktu yang mempertemukan tidak lama.

"ALEEEEEEE," balasnya memeluk.

Mereka terlihat seperti kawan lama yang sedang reuni.

"Kok belom pulang, Le?" tanyanya.

"Nunggu gerimis reda, kakak gue nggak jemput," jawab Alesya sambil memegangi tali tasnya.

"Sini, duduk," katanya menarik lengan Alesya menuju balkon 11 IPA 3.

Audrey menoleh ke Alesya dan tatapannya berbinar.

"Si Wahyu," ucap Audrey meledak, Alesya mengernyit tak paham.

"It—" belum sempat melanjutkan, suara pemuda lain menyelak, pemuda itu sudah berada di depan pintu dan melirik kemudian menyadari keberadaan Alesya.

"Lah, Wahyu goblok, ini Alesya! Tadi lo nanya-nanyain," kata pemudia itu berteriak seraya kembali ke dalam.

Kemudian diikuti suara-suara yang lain dari dalam kelas.

"Sana gece paranin, ck nggak gantle amat."

Alesya mengernyit. Risih. Tapi ingin ngakak.

"WOI ALE INI ADA SALAM DARI SI WAHYU KATANYA TAR MALEM JALAN," teriak seseorang lagi yang suaranya dari dalam.

"ALE WOI WAHYU MINTA NOMER WASAP LO!"

"ALEE-ALEEE WEEKEND DIAJAK KE DUPAN NIH, MAU KAGAK?"

"ALDIIIII BERISIK ANJENG INI SI META LAGI SAKIT GIGI!" teriakan seorang cewek dari dalam menghentikan keributan memanggil-manggil nama Alesya.

Alesya menoleh ke Audrey.

"Baru mau diomongin," gumam Audrey jadi merasa bersalah dengan anak-anak kelasnya yang ember itu.

Alesya mengangkat bahunya dan tersenyum. Menganggap tadi hanyalah candaan biasa dan tidak terlalu mempermasalahkan kejadian barusan.

Selanjutnya terdengar suara knalpot motor yang Alesya cukup kenal. Alesya tahu siapa pemiliknya. Yang tak lama ada Bagas di atasnya dan ... Wait, wait, cewek? Adik kelas?

Audrey menoleh ke Alesya— yang mengerti soal kisah mereka— jadi menatapnya iba.

"Ck, buaya. Baru kemaren mohon-mohon," kata Alesya menatap jijik mereka yang berlalu.

"Yaudah lah, udah tau sifatnya gimana, kan?" tanya Audrey.

Alesya mengangguk. Tidak ada perasaan di hatinya yang berbeda, sama seperti dahulu. Bagas adalah buaya. Cuman keteguhan hati Alesya memang harus benar-benar mantap agar tidak goyah. Alesya tahu Bagas seperti apa, makanya respon saat ia melihat Bagas yang kemarin baru mohon-mohon untuk dirinya kembali, kini malah memboncengi perempuan lain. Huh.

Melihat sekitar dan menyadari gerimis sudah mereda, Alesya memutuskan untuk pamit kepada Audrey dan pulang duluan.

"Gue balik yaa, udah reda, duluan," kata Alesya seraya melangkah.

"Hati-hati, Al," jawabnya ramah.

"ALESYA KATA WAHYU HATI-HATI!" teriak si pemuda membuat Alesya menoleh sebentar, tak melihat jelas siapa orangnya. Toh, kalo pun jelas Alesya kurang mengenali anak-anak IPA.

Segera ia cepatkan langkahnya agar gerimis tidak menderas.

ALESYA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang