Kamis ini ternyata ada pergeseran jadwal ekskul musik, yang tadinya hari Rabu kini menjadi hari Kamis. Alesya sangat bersyukur itu terjadi, karena ia tak akan pusing-pusing lagi memikirkan pulang ekskul nebeng siapa, toh futsal juga di hari Kamis, dan Reyhan kan sudah pasti ikut ekskul.
Gadis berpipi bulat yang rambutnya kini menjadi sebahu sedang duduk di balkon yang mengarah ke lapangan seraya menunggu Reyhan yang kemungkinan besar sedikit lagi selesai ekskulnya.Namun, tidak lama kemudian pemuda yang ia maksud jalan menghampiri ke arahnya dengan wajah yang kusut.
"Ck," decaknya dengan wajah yang begitu kesal.
"Kenapa?" tanya Alesya bingung tau-tau pemuda ini langsung memasang wajah tidak enak.
"Latihan hari ini kacau," kata Reyhan sambil mengacak rambutnya dan beberapa kali mendecak.
"Emang kenapa?" tanya Alesya penasaran.
"Si Angpao hari ini latihannya egois banget, tumben-tumbenan," katanya menjelaskan.
"Maksudnya?" tanya Alesya yang tak paham karena setengah-setengah yang ia ceritakan.
"Gue sama dia itu setim, Al, tapi lo tau apa? Dia nggak bagi bolanya, gue dah ngasih kode buat nyuruh oper ke gue, tapi dia nggak ngasih bolanya. Ck, egois, kan?" gerutu Reyhan merasa kekesalannya belum hilang.
"Mungkin emang dia lagi ada masalah kali sama orang makanya maennya emosi gitu," tukas Alesya memberi masukan.
"Tapi, dia kayak gitu ke gue doang Al, kesel nggak sih lo?!" ujar Reyhan menyala-nyala.
"Tadi kan sempet dinasehatin juga sama Bang Emil, dia juga merhatiin lah si Angpao mainnya kayak gimana," katanya yang kemudian diam sejenak, "..Banng Emil juga ngeliatnya si Angpao main egois makanya dinasehatin tadi. Dan selama latihan dia nggak negor gue, Al! Salah gue apa?!" dengus Reyhan seraya meneguk air mineral yang sedaritadi Alesya pegangi.
"Udah-udah, menurut gue dia kebawa emosi mainnya, karena lagi ada masalah. Udah, Han besok juga latihan lagi bakal baim-baik ana," kata Alesya medinginkan Reyhan yang sedang berapi-api. Reyhan mendecak beberapa kali yang Alesya yakin masih kesal.
"Bentar, gue ganti baju dulu," kata Reyhan seraya berjalan menjauhi Alesya untuk berganti pakain. Alesya mengangguk.
Mata gadis itu mengingat kembali kejadian tadi siang saat pemuda itu memulai komunikasi padanya, walau tidak langsung dibalas komunikasi dengan Alesya. Namun kenapa Alesya jadi rindu?
Reyhan kembali datang dan segera mengambil motornya di parkiran dalam, Alesya bergegas menunggu di lapangan. Reyhan datang dengan cepat, kerena biasanya kalau sudah sore seperti ini pasti parkiran sudah sepi.
"Jangan karena lo lagi emosi terus ngebut-ngebut, tampol," ancam Alesya seraya menaiki jok belakang.
"Hm," jawab Reyhan sekedar menggumam.
Namun dari kelas pemuda itu, ia melihatnya. Tembok yang berada disisi jadi korban kekesalannya sore ini yang memuncak. Merasa kalah lagi dengan pemuda yang sudah duluan memboncengi. Ia menojoknya.
a/n:
Yuk bantu aku menyesaikan cerita ini dengan cara vote dan komen agar aku dapat melihat seberapa besar antusias kalian di cerita ini :)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALESYA [SELESAI]
Novela JuvenilBagaimana jika seorang pangeran dapat jatuh cinta kepada upik abu? Dengan segala ketidaksengajaan semua dapat terjadi. Bersama Alesya akan diceritakan seorang upik abu yang beruntung mendapatkan cinta pangeran. Dengan balutan cerita anak SMA. (Cerit...