6. Tawaran

5.3K 298 0
                                    

Hari ini ekskul basket sedang latihan, sengaja di hari Rabu agar tidak bentrok dengan futsal di hari Kamis.

Seperti biasanya mereka latihan, anggota basket cewek hanya ada 8 orang saja tapi yang sampai saat ini sangat excited sekali hanya Reta dan Alesya, sedangkan cowoknya berjumlan 25 orang secara keselurahan. Tetapi jika datang untuk latihan mentok-mentok 20 saja.

Latihan berjalan dengan lancar. Sudah pukul lima lewat sepuluh sore. Alesya mengintip ke kelas 11 IPA 1 yang dijadikan tempat ekskul Saman latihan, tapi sepertinya sudah sepi, sudah tidak ada sepatu-sepatu mereka terpamoang di depan pintu kelas. Alesya berniat untuk mencari tebengan sebetulnya.

"Bareng siapa, ya?" gumamnya.

Melihat kakak kelas yang jok belakangnya sudah terisi membuat ia mencari kontak kakaknya lagi.

"Andai Reyhan masuk basket, gue kan bisa minta antar dia, atau nggak Audrey deh, kan searah," katanya mendumal sambil menempelkan hpnya ke telinga.

"Ck, angkat kek!" gerutunya.

Namun mata Alesya melihat sosok yang tak asing baginya di depan pos dekat gerbang, lengkap masih lengkap mengenakan seragam sekolah.

Alesya melihati dengan seksama, memastikan orang tersebut orang yang ia kenal atau tidak, namun pemuda itu melihati balik kemudian menghampiri.

"Udah latihannya?" tanya pemuda itu santai dengan helm bogo yang sudah melekat di kepalanya.

Wajah Alesya sangat bingung ketika pemuda itu membuka suara, dan Alesya melihat ke arah kiri kanan memastikan pemuda itu benar-benar berbicara padanya atau bukan.

"Riski? Kok lo belom balik?" tanya Alesya heran.

Pemuda itu tak menjawab tetapi malau mengalihkan ke yang lain.

"Ayo pulang, daripada nunggu kakak lo yang nggak kunjung datang jemput lo," ajaknya

Pemuda itu mulai menaiki motornya.

"Kayak lirik lagu aja lo," balas Alesya berlelucon.

Tetapi, gadis itu jadi diam.

"Eh, Ki!" panggil Alesya ragu-ragu.

"Ayo, kok diem?"
dr

"Ki, gue.. ehm.. itu apa sih, gue kan nggak kenal lo, ck maksudnya apa sih nggak akrab, nggak terlalu deket gitu loh," jelas Alesya takut-takut.

"Ck, Al," ia turun lagi dari motornya dan memakaikan helm yang ada di kepalanya untuk Alesya.

"Dah, ayo, pegangan."
 
Alesya yang tak punya pilihan harus pulang bersama siapa, segera naik ke motornya Riski dengan perasaan yang entah harus apa. Senang tapi takut dan bingung telah menjadi satu. Ia hanya bungkam.

Cuaca sore ini sama seperti kemarin, mendung-mendung panas. Namun, bisa saja langsung tiba-tiba turun hujan. Susah ditebak.

Di perjalanan, keduanya masih bisu. Alesya yang biasanya ceplas-ceplos entah mengapa di hadapan orang ini ia jadi agak bisu. Seolah sedang dalam masa jaga image—di depan orang baru modelan Riski yang to the point plus gantle—padahal di kelas kelakuan Alesya non-image.

"Al?" panggil Riski sempat melirik ke spion untuk melihat gadis itu.

"Kenapa?" jawabnya sambil mendekatkan wajahnya ke samping Riski demi memperjelas suara pemuda itu.

"Lo kan abis latihan, gue tau pasti laper," katanya masih sambil fokus menyetir.

Alesya masih belum ingin bicara. Tapi mengapa ia bisa tahu kalau saat ini ada gejolak lapar diperutnya. Tapi, yang keluar daro mulut gadis itu malah..

ALESYA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang