34. The End

6.1K 222 14
                                    

Pukul setengah lima sore acara sudah selesai. Setelah tadi anggota OSIS sibuk merapihkan kembali properti-properti kelas yang terpakai, selanjutnya mereka berfoto ria di area photo booth yang telah disediakan.

Setelah selesai berfoto, Alesya diminta untuk berfoto bersama dua adik kelasn yang sempat menggombal tadi. Alesya mengiyakan, daripada dua bocah itu berisik memohon-mohon. Dua gaya foto setelahnya mereka pergi dan berucap terimakasih pada Alesya.

Alesya melihati sekitarnya, berniat ada yang kosong jok belakang mereka. Namun, nihil. Gadis itu membuang napasnya. Namun sebuah suara mengagetakan dan membuat ia menoleh.

"Ale!" panggil seseorang yang ternyata Arjun.

"Napa?" tanya Alesya bingung.

Pemuda itu berada cukup jauh dari tempat Alesya berdiri. Ia terduduk dilapangan, terlihat sedang lelah sekali dengan keringatnya yang menimbul.

"Basket bawa, Al," pintanya dengan napas yang masih terengah.

Alesya mengernyit. "Napa nggak lo aja?" tanya Alesya malas.

"Kalo dibrumah gue, nanti adek-adek gue pada maenin, abis itu di taro semabarangan. Udah lo aja bawa, ya?" pinta Arjun.

Alesya diam sejenak, memikirkan bahwa ia pulang akan jalan sambil membawa bola basket.

Alesya jadi mengangguk mengiyakan. Ya sudahlah.

Dilemparnya bola tersebut ke arah Alesya dan langsung saja ditangkap dengan cepat olehnya.

Tak lama seorang pemuda datang dengan motor giginya, begitu menghampiri Arjun, Arjun langsung menaiki jok belakangnya dan berucap duluan kepada Alesya. Gadis itu mengangguk dan segara pergi melintasi pagar sambil membawa bola tersebut.

Gapapa deh, sesekali pulang jalan.

Dipantulkannya bola tersebut kebawah, sesekali memutarkan bola tersebut ke jari telunjuknya.
Kartini masa kini yang sehabis acara, pulang membawa bola basket. Sepertinya hanya Alesya saja yang seperti itu.

Disudut belahan bumi lain, pemuda itu terloncat saat mendapati anak-anak OSIS sudah berlalu-lalang didepan rumah Aldi yang kebetulan depannya adalah jalan umum. Jadi segera pamit kepada teman-temannya untuk menjemput gadisnya, begitu ucapannya.

Sesampai didepan sekolah, sekolah sudah sepi, tinggal ketua OSIS dan wakilnya yang masih berbincang didepan ruang guru. Satpam penjaga pos juga sudah tidak ada.

"Ck!" decak pemuda itu menyesali tak tepat waktu untuk menjemput Alesya.

Walau tadi memang ia tak bilang akan menjemput Alesya, namun niatnya untuk memberi kejutan jadi gagal. Segera ia hidupkan mesin motornya dan mencari Alesya yang menurutnya masih belum terlalu jauh.


Pikiran gadis itu kembali mengingat kejadian tadi, saat Riski dikecengi teman-temannya dengan seseorang namun namanya disensor. Pemuda itu tak berontak saat dikecengi, hanya menolak seadanya. Membuat Alesya menyimpulkan kebaikannya selama ini. Mengantarnya pulang, memberi tumpangan meneduh dirumahnya, meminjamkan almet saat ia kehujanaan. Dan semua itu tak lain keibaan seorang Riski. Karena pemuda itu memang baik.

Langkah gadis itu jadi melambat, menahan air mata yang terbendung. Namun, tak sengaja matanya melihat lapangan basket yang sepi. Mengingat bola basket kebetulan sedang berada ditangannya. Biasanya sore seperti ini lapangan akan di isi oleh anak-anak yang sedang bermain. Tanpa berpikir lama Alesya menghampiri.

Ditaruh sling bagnya disisi lapangan, dan langsung membanting bola itu ke keras ke lapangan sehingga menimbulkan suara keras.

"ARGH!" geramnya.

ALESYA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang