Hari ni Alesya datang ke sekolah tidak sepagi kemarin, ia datang saat bel sepuluh menit sebelum berbunyi, yang pasti kelasnya sudah ramai.
Ia berjalan menuju kelas dengan almet hijau army milik Riski yang sudah kering dan wangi sejak kemarin dipinjamkan dan langsung ia cuci. Selanjutnya ia melintasi pintu kelas dan berpapasan dengan Syifa, salah satu cewek di kelasnya yang berisik.
"Lah, tumben pake almet," katanya berlalu. Alesya mengangkat kedua alisnya.
"LAH, KOK NAME TAGNYA RISKI?!" teriak Syifa histeris. Yang mendengar teriakan tersebut jadi menoleh ke Alesya yang baru saja menghempaskan tubuhnya di kursi.
"RISKI OPPA?" teriak Elfira histeris, diikuti yang lain.
"LAHHH, ANJIRRR KOK BISA LO YANG MAKE DAH?!" tanya yang lain ikut histeris.
"RISKI LAZUARDI? RISKI MANA WOI?" tambah satu lagi.
"Banyak amat sih yang namanya Riski," juga ini ikut-ikutan.
"LAHHH, JADIAN?" namun ada saja yang tidak nyambung dengan pembahasan.
"JADIAN APA GOBLOK?! INI ALMET!" bantah yang satu membenarkan.
"RISKI ARYONO WOI?" tanya Sena keras.
"BUKAN GOBLOK ITU BAPAK GUA, SETAN!!" bantah Lala yang tidak senang merasa nama bapaknya disebut.
Beberapa anak cewek heboh menanggapi hal tersebut. Beda dengan anak cowok.
"WOI BERISIK AMAT SIH! MAU RISKI KEK! RISKI CIBENG KEK! RISKI MUNAWAR KEK! RISKI ARYONO KEK! BAPAK LU KEK! PEDULI AMAT LU, SERAH DIA!" sebuah suara dari Ilham mengagetkan mereka.
Seketika suasanya jadi hening sementara.
Apalagi Elfira dan Marisa yang sensitif jika ada yang menyebut nama Riski jadi menoleh ke Alesya. Alesya diam dengan tatapan mendebarkan sebenarnya, karena ia tahu Elfira dan Marisa ini fanatiknya Riski.
Marisa yang menoleh jadi menyipitkan matanya —karena ia sedang tidak memakai kacamata— untuk melihat jelas name tag yang ada di almet tersebut."Ah, si Cibeng ini mah ege, Riski IPS 2," kata Marisa menyebutkan pemuda bernama Riski anak sebelah yang mempunyai postur tubuh gendut —jadi segera membenarkan posisinya ke semula.
"Cibeng iya iya," kata Alesya mengiyakan sambil mengangguk-angguk tidak serius.
Suasana kembali jadi normal. Mereka kembali pada aktivitasnya. Tapi, ada satu orang di sini yang tidak bisa dibohongi oleh Alesya. Pemuda itu mendekat ke kursi yang berada di sebelahnya, sambil duduk fokus ke handphonenya.
"Kok bisa almetnya si Angpao sama lo?" tanyanya pelan membuat Alesya jadi menoleh kaget.
tb:
Emang ya, anak anak ini tuh bacot dan paling rame, geng BBB apalagi, ketuanya dagang telor kocok katanya, dengan antek anteknya yang ikut ikutan dagang, yang kemarin bilang sih ada yang buka lapak nasi uduk. WKWKW. Kita doakan sukses selalu usaha mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALESYA [SELESAI]
Teen FictionBagaimana jika seorang pangeran dapat jatuh cinta kepada upik abu? Dengan segala ketidaksengajaan semua dapat terjadi. Bersama Alesya akan diceritakan seorang upik abu yang beruntung mendapatkan cinta pangeran. Dengan balutan cerita anak SMA. (Cerit...