17. Sobat Ambyar

2.6K 166 1
                                    

Detik-detik pengmuman juara tiba-tiba suasana saat ini jadi mencengkram. Alesya menghempaskan tubuhnya di kursi sebelah Bagas. Tangan gadis ini tiba-tiba menjadi dingin menunggu keputusan juri.

"Deg-degan gue," gumam Alesya serius. Bagas yang mendengar jadi menoleh.

"Kayak mau ditembak aja," timpal Bagas yang kemudian menolehkan tatapannya ke panggung. Alesya mengernyitkan dua alisnya, heran, paham apa maksudnya.

Namun, suara dari speker sudah menggema, MC mulai me-reviews kembali nama-nama tim paduan suara yang ikut lomba. Sampai pada dimana diumumkan juara, mulai dari juara tiga.

Alesya yang merasakan seperti mendapat undian mobil jadi memainkan jarinya di paha melihat sedikit lagi nama tim disebut. Tiba-tiba sebuah tangan menggenggam tangan Alesya yang dingin akan cemas. Dilihatnya, tangan Bagas.

"SMA MUTIARA BANGSA!" teriak sang MC menyebutkan tim yang mendapatkan juara tiga, membuat tim dari sekolah Alesya bernapas kecewa. Namun, kembali bersemangat mengingat juara dua dan satu masih belum disebutkan.

MC kembali me-reviews nama-nama tim paduan suara dan beberapa kali membercandai agar tidak tegang terbawa suasana.

"UNTUK JUARA DUA DIRAIH OLEH...."

Namun genggaman pemuda itu semakin erat, tidak berpengaruh juga membuat Alesya menjadi tenang.

"SMA MAJU JAYAAA!" kata MC itu bersemangat. Mereka yang nama sekolahnya disebut, dari arah kanan terlihat sedang berpeluk haru. Beda dengan tim dari sekolah Alesya. Sedang tegang akankah berhasil membawa pulang juara.

Pemuda di sebelah Alesya jadi menoleh.

"Deg-degan, ya?" tanyanya seraya menyengir yang kemudian disengajakan kedua tangan Alesya digenggam oleh Bagas.

Alesya pernah melihat adegan ini disuatu ajang pencari bakat saat akan diumumkan siapa yang akan lolos, anggota dari mereka saling rangkul atau gandeng untuk menguatkan. Mungkin itu tujuan Bagas. Namun, Alesya malah merasa seperti ...

Ambyar.

"LANGSUNG SAJA JUARA PERTAMA DIRAIH OLEH........

"SMA TUNAS BANGSA!"

Serentak tim dari sekolah Alesya—SMA Nusantara—membuang napas kecewa. Alesya tiba-tiba melepaskan tangannya dari genggaman Bagas dan berlari ke arah anak-anak yang sudah ramai bersama Kak Roy.

Anak-anak kelas sepuluh terlihat beberapa ada yang berkaca-kaca. Ada yang mengerucutkan bibirnya atau ada yang menggelembungkan pipinya serta berbagi ekspresi lainnya.

"Nggak apa-apa, ini perlombaan. Ada menang ada kalah, kita bukan kalah. Tapi, belum menang. Karena nanti bisa aja kita yang menang," ujar Kak Roy memberikan semangat.

MC kembali mengumumkan juara-juara dari 4 sampai 10.

"Ini nilainya nyaris sekali dengan juara tiga. Juara empat diraih oleh SMA Nusantara!" ucap MC tersebut riang.

"Tuh, juara empat kan? Nggak apa-apa. Ayo semangat!" tambah Kak Roy.

Alesya jadi tersenyum haru. Ah, yang penting pengalaman. Begitu support dari kakaknya. Alesya berbalik badan, berniat untuk mengambil tas di belakang panggung, namun pemuda yang tadi duduk disamping Alesya tiba-tiba mengacak sembarang rambutnya.

"Semangat Ale-Ale, yuk gue traktir makan di depan kampus!" ujar Bagas seraya menarik tangan Alesya.












a/n:
WE KALO BAKAL AMBYAR BENERAN GIMANA?!

ALESYA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang