20. Leave?

2.4K 174 1
                                    

Veranda menarik nafasnya di depan pintu rumahnya, dia sedikit berat untuk masuk kesana, karena semakin sering berada disana membuatnya semakin merasa tersiksa dengan perasaannya pada Keynal. Dia tidak memikirkan konseksuensi dari pilihannya yang akan mencintai suaminya, tidak memikirkan bagaimana kalau cinta itu tidak terbalas dan ini membuatnya sakit.

Veranda memegang gagang pintu dan membukanya perlahan, dia sedikit terkejut saat melihat Keynal yang berada di depannya, di depan pintu.

“Syukurlah kau pulang” ujar Keynal

Veranda menatap Keynal

“Kenapa?”

“Aku mengkhawatirkanmu, kenapa pulang selarut ini? Tadi aku melihat berita dan kejahatan sedang merajalela”

Veranda melirik jam ditangannya yang memang sudah menunjukkan pukul 11 malam, bertemu dengan Farish dan menumpahkan segala isi hatinya membuat dia lupa waktu. Veranda tersenyum simpul, dia masuk kedalam, dia senang Keynal khawatir padanya tapi dia membuang jauh harapannya, tak ingin semakin dalam mencinta Keynal.

“Pekerjaanku sangat banyak tadi jadi aku harus lembur, kau sudah makan?”

“Belum, aku menunggumu”

Veranda terdiam, akhir-akhir ini sikap Keynal sedikit berbeda padanya.

“Aku akan menyiapkan makan malam”

“Aku sudah menyiapkannya”

Veranda berbalik menatap Keynal, sangat aneh sekali saat Keynal sudah menyiapkan makan malam untuknya.

“Oke”

Veranda membuka jasnya, dia berjalan menuju dapur, dia dan Keynal duduk dengan saling berhadapan dan makan dengan diam.

“Wanita yang datang waktu itu” ujar Keynal

Keynal merasa bersalah karena terus-terusan menyembunyikan siapa Naomi dari Veranda, belum lagi wanita itu selalu bersikap biasa saja padanya membuat Keynal semakin merasa bersalah.

Veranda menatap Keynal

“Dia mantan kekasihku dan cinta pertamaku”

Veranda terdiam, dia sudah tahu itu, ibu Keynal sudah menceritakannya.

“Aku tidak akan melarangmu untuk bertemu dan berhubungan baik dengannya, kau bebas melakukan apapun yang kau inginkan, bukankah kita tidak harus untuk saling menuntut satu sama lain?”

Keynal menatap mata Veranda, mata itu menyiratkan dia begitu terluka dengan apa yang di dengarnya, sorot mata itu menunjukkan apa yang dikatakannya tidak sesuai dengan apa yang dirasakanya, tapi Veranda menutupinya, dia tutupi dengan senyum simpulnya.

“Aku sudah selesai”

Veranda beranjak

“Veranda”

Veranda berbalik menatap Keynal

“Kau tidak marah melihatku dengannya?”

“Tidak”

“Jenapa? Kau istriku hal yang wajar kalau seorang istri marah melihat suaminya pergi dengan wanita lain”

“aku cukup sadar diri, aku tidak ingin membebanimu dengan status suami istri”

Veranda berbalik dan meninggalkan Keynal yang berusaha memahami apa yang dikatakan Veranda.

Keynal menarik nafasnya dalam, kenapa terasa semakin sulit untuknya, dia hanya ingin mengatakan pada Veranda bagaimana hubungannya dengan Naomi dan meyakinkannya kalau dia tidak akan pergi dengan wanita itu sekalipun kesempatan itu sangat besar untuknya, dia akan tetap mempertahankan rumah tangganya. Berusaha konsisten dengan janjinya untuk tetap setia sehidup semati dengan Veranda, dan berharap cinta itu muncul dengan sendirinya. Tapi melihat Veranda yang seperti itu membuat Keynal sedikit ragu untuk mengatakannya, dia tidak tahu harus memulai dari mana untuk mengatakannya, takut kalau Veranda akan salah paham dengan maksudnya.

Keymal membereskan meja makannya, dia mencuci alat makannya yang kotor dan kembali ke kamarnya setelah selesai. Keynal menatap Veranda yang sudah membaringkan badannya, perlahan Keynal menutup pintu kamarnya, dia naik keatas kasur. Keynal menatap punggung Veranda, dia mengelus pelan lengan istrinya.

“bisakah kau meyakinkanku kalau cinta itu akan  hadir diantara kita?”

Keynal membaringkan badannya, memejamkan matanya, mengistirahatkan seluruh tubuh dan pikirannya yang terasa lelah.

Veranda mengigit bibirnya, menahan diri untuk tidak menangis setelah mendengar apa yang dikatakan Keynal padanya. Sesulit itukah Keynal menerima dirinya, sesulit itukah Keynal membuka hatinya, kenapa Keynal tidak seperti dirinya yang bisa jatuh hati dengan mudah.

Perlahan airmata itu kembali menetes, sekuat apapun dia menahannya tetap lolos begitu saja saat dadanya terasa sesak. Pernyataan Keynal membuat Veranda gamang untuk bersikap, haruskah dia tetap bertahan dengan rumah tangganya atau melepaskan Keynal, membiarkan Keynal hidup bahagia dengan cinta pertamanya.

Kenapa Aku Jatuh Cinta Padamu? (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang