Veranda membuka pintu rumahnya, perasaannya begitu senang, hatinya begitu ringan saat dia kembali ke rumahnya, rasa berat yang dia lalui sebelumnya sudah dia lewati, dan sekarang setiap langkah kaki yang dia gerakkan seolah menjadi pencerahan dalam hidupnya, menjadi penentu apa yang akan dia jalani dan lakukan setiap hari, bersama dengan Keynal, suaminya.
Veranda melepaskan blazernya, sedikit aneh melihat rumahnya yang rapi, biasanya dia selalu disambut dengan rumah yang berantakan oleh ulah suaminya tapi akhir-akhir ini dia sudah jarang menemukan rumahnya berantakan, perlahan Keynal mengubah kebiasaannya.
Veranda berjalan menuju dapur dan dia semakin takjub melihat dapur yang begitu rapih, tidak ada gelas atau piring kotor. Veranda mengambil gelasnya dan dia isi dengan air putih, dia melirik meja makan yang sudah tersaji makan malam untuknya, Veranda membuka penutup makanan dan dia yakin makanan itu baru dihangatkan, masih terasa sedikit hangat.
Veranda menyimpan gelasnya, dia mengikat rambutnya, menggelung rambutnya hingga menampilkan leher indahnya. Perlahan Veranda membuka pintu kamarnya, dia tidak tahu Keynal sudah tidur atau masih terjaga, karena biasanya Keynal akan membaca buku sebelum dia tidur.
Veranda masuk dan melihat Keynal sudah membaringkan badannya, dia menghampiri Keynal, berjongkok di depan Keynal yang tertidur pulas, dia menatap wajah Keynal dengan senyumnya, hingga sekarang dia tidak pernah tahu apa alasannya bisa mencintai Keynal semudah itu, dengan hati-hati Veranda menyentuh pipi Keynal, menyentuhnya lembut, pertama kalinya dia menyentuh Keynal seperti itu, Veranda menyentuh matanya, mengusap mata Keynal, tangannya perlahan turun menyentuh hidung Keynal dan semakin turun ke bibir Keynal, ingin sekali Veranda menciumnya, merasakan bibir Keynal menyentuh bibirnya, terakhir kali dia merasakan itu saat mereka menikah di gereja, hal pertama dan terakhir untuknya. Veranda mengusap bibir Keynal, dia menelan ludahnya dan memberaikan diri untuk mencium Keynal, mungkin tidak ada kesempatan untuk bisa menciumnya saat Keynal terbangun, Veranda mencondongkan badannya, menyentuhkan bibirnya pada bibir Keynal, dia diam sesaat menikmati bibir mereka bersentuhan meskipun hanya sekedar menempel.
“Kenapa aku bisa mencintaimu seperti ini” gumam Veranda dan kembali menatap Keynal
Veranda menyentuh lembut bibir Keynal saat melihat sisa lipsticknya menempel disana. Veranda beranjak, meninggalkan Keynal yang perlahan membuka matanya, dia merasakan semua sentuhan Veranda dan merasa dadanya terasa sakit, dia mendengar pengakuan Veranda padanya dan itu membuatnya merasa begitu bodoh.
![](https://img.wattpad.com/cover/137255418-288-k515207.jpg)