Veranda berjalan menuju rumahnya, wajahnya selalu sumringah, menunjukkan senyum terbaik yang dia miliki. Ini perkenalan pertamanya dengan seorang lelaki dan langsung menjadi suaminya, Veranda pernah berjanji pada dirinya sendiri, siapapun suaminya nanti, dia akan mencintainya sepenuh hati, meskipun pernikahan mereka tidak dilandasi cinta, Veranda akan berusaha menjadi istri terbaik dan membuat suaminya tidak menyesali dengan pernikahannya.
Veranda membuka pintu rumahnya, pertama kalinya dia pulang bekerja dan ada seseorang disana yang sedang menunggunya. Veranda terdiam melihat rumahnya yang sedikit berantakan, bungkus cemilan berserakan dimana-mana, tv menyala tanpa ada yang menonton dan Veranda menghela nafasnya saat melihat di dapur sudah banyak cucian kotor.
Veranda menyimpan tasnya, dia membuka blazer dan menggulung lengan kemejanya hingga siku, satu persatu Veranda membersihkan rumahnya, dia tidak suka dengan keadaan yang berantakan. Selesai membereskan ruang keluarga, Veranda menuju dapur, dia harus mencuci piring dan beberapa peralatan dapur yang kotor, dia mengambil ikat rambutnya kemudian mengikatnya, menampilkan leher jenjangnya. Veranda mulai mencuci satu persatu alat dapurnya.
Keynal keluar dari kamarnya dengan wajah mengantuknya, sepertinya dia baru bangun dari tidur, terlihat dari ekspresinya yang beberapa kali menguap.
“Kau sudah pulang?” tanya Keynal
Veranda berbalik sebentar, menganggukkan kepalanya.
“Ya”
Keynal mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih.
“Kau sudah makan?” tanya Veranda
“Sudah”
“Ungin makan malam?”
“Tidak”
“Oke”
Veranda meregangkan otot-otot badannya yang terasa mengencang, dia menarik nafas sebelum akhirnya mengambil blazer dan tasnya, berjalan menuju kamarnya dan membersihkan badannya yang berkeringat.
Keynal memperhatikan Veranda, dia sedikit takjub dengan wanita itu, dia baru tiba setelah bekerja dan langsung membereskan rumahnya yang berantakan, tanpa protes, sikapnya begitu baik, mungkin ini hari pertama pernikahan mereka hingga dia masih membiarkannya.
TBC
