Kejadian di kantin

5K 301 0
                                    

Sudah empat hari Rey belajar fisika dengan Shilla dan selama seminggu pun mereka menjadi semakin dekat. Rey menjadi sering menemui Shilla karena ia harus menanyakan beberapa hal yang dia tidak mengerti tentang fisika. Rey juga beberapa kali mengantarkan Shilla pulang jika Nino tidak menunggu Shilla. Tapi Shilla lebih sering pulang bersama Nino. Mereka sangat dekat, sampai Shilla tidak pernah sungkan meminta apapun pada Nino. Namun hal itu tidak membuat Rey mundur untuk mendekati Shilla, mencari tahu lebih dalam tentang Shilla.

"Lo makin deket aja sama si Shilla, Rey" ucap Ali pada Rey ketika mereka sedang berkumpul di lapangan. Hari ini SMA GB freeclass karena guru nya ada rapat mendadak dan mereka berempat memutuskan untuk menghabiskan waktu dilapangan dengan bermain basket.

"Iya lah. Kan dia guru privat gue. Kan lumayan gue bisa manfaatin momen ini" Balas Rey sambil mendrible bola basket ditangan nya.

"Tapi kok dia mau ya berurusan sama lo? Perasaan dari dulu dia anti banget buat berurusan sama pembuat onar" Ali merebut bola di tangan Rey dan melempar kan ke arah ring. Dia seperti merasakan perasaan yang lain. Entah apa.

"Lo kira gue gampang bujuk dia?" Ucap Rey "Engga gampang. Dan dia juga ga seasik cewe cewe lain"

"Ga asik apanya?" Tanya Ali pada Rey. Ali alim, tapi dia paling kepo diantara yang lain.

"Belajar ama dia tu ada enak ada ga enak nya."

"Apa yang enak apa yang gaenak?" Tanya Ali lagi

"Ga enak nya banyak." Ucap Rey sembari menarik nafas lalu menyebut kan apa yang dia rasa tidak enak saat dia belajar dengan Shilla.

"Pertama, Dia itu ngaret. Hari pertama sih dia ga ngaret. Pas hari selanjutnya, ngaret"

"Kedua, dia suka ambigu kalo ngomong. Sedikit sedikit banget bikin gue gedeg."

"Ketiga, kalo gue salah ngerjain soal dikit aja, dia nabok gue pake penggaris besi. Kan sadis."

"Ke empat, dia suka ngasih tugas yang susah banget dan kalo gue protes dia bilang 'itu buat latihan'," Ketika mengucapkan ini, Rey mendatarkan muka nya. Meniru ekspresi Shilla ketika berbicara.

"Kelima, gue kesel kalo dia lebih milih pulang sama Nino dibanding gue. Jadi kan gue gabisa tanya tanya ke dia. Dan kalo lagi belajar, dia jarang jawab pertanyaan gue yang menyimpang dari rumus"

"Banyak banget gila" ucap Ali mendengar omongan panjang Rey.

"Enak nya apa?" Alber yang sedari tadi hanya jadi penyimak kini mulai angkat suara.

"Dia cantik. Lumayan buat cuci mata" ucap Rey sambil terkekeh pelan. Shilla memang cantik, wajah nya terlihat lembut. Tapi tidak dengan hatinya.

"Lo suka sama Shilla?" Tanya Ali pada Rey.

"Engga akan. Bukan tipe gue si Shilla mah" Ucap Rey enteng. "Kantin yuk, aus gue" ajak Rey kepada teman teman nya dan dibalas anggukan oleh ketiga nya.

****

Shilla dan kawan kawan sedang berada di kantin sekarang. Freeclass membuat mereka bosan.

"Tumben lo ga ke perpus Shil" Tanya Putri pada Shilla, karena biasanya jika ada freeclass seperti ini pasti Shilla sudah menangkring di perpustakaan.

"Males" Shilla mengetuk ngetuk meja. Kali ini dia tidak mood membaca. Tapi dia bosan juga kalau lama lama berdiam di kantin, melihat siswa siswi berlalu lalang.

"Tumben banget dah" Wenda ikut berbicara.

"Cabut yuk" ajak Shilla pada ketiga teman nya. Mungkin mereka akan ke lapangan, atau ke tempat lain nya untuk sekedar mencari hiburan.

Love Changes Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang