Dan pada akhirnya (Last Part)

4.8K 244 62
                                    

Shilla menatap pintu ruang UGD dengan mata yang sembab. Baju yang basah dan bernoda darah serta rambut yang acak-acakan semakin memperburuk kondisi Shilla saat ini.

Tanti sudah berkali-kali membujuk agar Shilla mau mengganti baju nya. Namun, dengan segala kata-kata bujukan yang Tanti ucapkan, jawaban Shilla hanya gelengan kepala.

Shilla ingin disini. Shilla tidak mau beranjak dari sini barang hanya satu detik saja. Shilla harus memastikan keadaan Rey baik-baik saja. Rey pasti selamat. Kekasih nya tidak akan pernah meninggalkan nya.

Shilla menundukan kepala, memohon kepada tuhan agar tetap membiarkan Rey bertahan. Tanpa sadar, air mata Shilla kembali menetes.

Mulai muncul kenangan dan firasat-firasat buruk dalam hati Shilla. Shilla takut Rey pergi meninggalkan nya.

Shilla masih ingin bersama Rey dan akan terus ingin bersama Rey. Rey yang telah merubah kehidupan Shilla. Rey membuat hidup Shilla lebih berwarna dari sebelumnya. Rey yang periang, Rey yang selalu datang dengan gombalan nya, Rey yang selalu memarahi siapa pun orang yang mengusik Shilla, Rey yang mau menemani Shilla di perpustakaan berjam-jam, dan Rey yang selalu mengatakan bahwa ia menyayangi Shilla.

Shilla tidak mau hal-hal sederhana namun manis tentang Rey hilang begitu saja dari hidup nya. Jujur, hari ini Shilla menyesal karena telah menolak Rey mentah-mentah ketika Rey datang ke ruangan nya di rumah sakit pada tempo hari yang lalu.

Shilla hanya takut. Shilla takut Rey menanggung malu karena memiliki kekasih lumpuh seperti Shilla. Shilla ingin Rey merasakan kebahagiaan bersama wanita sempurna, bukan wanita cacat seperti Shilla. Walaupun jauh dalam lubuk hati Shilla pada saat itu ia ingin berlari memeluk Rey. Merasakan lagi pelukan yang selalu menjadi tempat ternyaman untuk Shilla.

Shilla membekap mulutnya sendiri. Isakan tangis nya terus saja keluar ketika bayangan hari-hari indah nya bersama Rey terputar kembali.

Melihat bahu Shilla bergetar, Tanti berjongkok. Memperhatikan anak nya yang benar-benar menangis. "Kamu kenapa sayang?"

Shilla mendongak kemudian menghambur ke dalam pelukan ibu nya, "Hiks.. Shilla gak mau Rey pergi bunda.." lirik Shilla dalam tangis nya.

Shilla mengencangkan pelukan nya, "Rey sudah menjadi bagian dari hidup Shilla yang sulit dihilangkan. Hidup Shilla akan kembali hampa tanpa Rey bunda.."

Tanti mengusap pelan rambut panjang Shilla yang basah, "Bunda yakin Rey selamat, Shilla juga harus yakin ya.." Ucap Tanti berusaha menguatkan dan membuat Shilla yakin bahwa semua akan baik-baik saja.

Shilla hanya mengangguk, dia yakin Rey baik baik saja.

Shilla menyerngit, gejala psikosomatis nya kumat. Ringisan kecil keluar dari mulut Shilla karena kepala nya semakin berdenyut kencang.

Mendengar suara ringisan, tanti melepas pelukan nya. Ia kemudian memeriksa kondisi Shilla yang sekarang memucat dengan tubuh yang dingin.

"Shilla pusing lagi?" Tanya Tanti sembari memijat pelan kepala Shilla.

"Gak apa apa bunda.."

"Kamu ke ruang rawat ya? Biar dikasih obat nanti di sana ya?"

Shilla menggeleng, "Gak usah, nanti juga hilang."

"Tapi Shilla kam--"

"Bun, Shilla mohon Shilla masih mau tetap disini.."

Tanti menghela nafas pelan, kali ini ia harus mengalah kembali. Tanti tau Shilla anak yang keras kepala. Jadi, ia harus mengalah agar Shilla tidak semakin tertekan. Apalagi, keadaan nya sedang seperti ini.

Love Changes Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang