Ketenangan

4.5K 272 13
                                    

Rey membakar ujung batang rokok, menyesap nya perlahan, kemudian menghembuskan asap nya keluar. Terus seperti itu sampai dirinya merasa tenang. Dihitung-hitung ini sudah batang rokok ke tujuh Rey. Tak perduli mungkin ini terlalu banyak, Rey hanya ingin tenang.

Rey mengambil botol yang sudah dia siapkan dari tadi, kemudian menuang cairan dari dalam botol ke gelas kecil. Terlihat bacaan 'Absolut vodka' berwarna biru terpampang besar di botol berisi cairan bening itu. Rey menenggak cairan digelas nya sampai habis kemudian dilanjutkan dengan menyesap kembali batang rokok tadi.

Rey tak perduli kamar nya yang sekarang acak-acakan dan bau asap rokok. Selimut dan bantal sudah terletak tak beraturan. Beling-beling akibat pecahan vas bunga juga bertebaran dimana-mana. Laptop dengan gambar buah yang tergigit pun sudah hancur terbelah dua. Siapa lagi kalau bukan Rey yang membuat suasana kacau seperti ini.

Rey tak tau harus dengan apalagi dia meluapkan emosi nya. Padahal keadaan kamar sudah acak-acakan tapi tetap saja Rey belum puas. Rokok dan minum juga sudah Rey lakukan, tapi tetap saja dirinya belum tenang. Tidur? Tidak mungkin. Dengan hati tidak tenang seperti ini apa dia bisa terlelap dengan mudah?

Krekk

Terdengar suara pintu terbuka. Rey mendongak, terlihat sosok pria paruh baya berdiri di ambang pintu. Mata nya menjelajah seisi kamar Rey.

Tuan Doy berjalan ke arah Rey. Diperhatikan nya Rey yang masih asik menyesap rokok nya, padahal dihadapan nya sekarang sudah ada ayah nya. Berdiri dengan tatapan tajam.

Tuan Doy duduk disamping Rey. Menyandarkan tubuh nya ke tepi kasur. Menatap Rey dengan hati bercampur aduk. Antara prihatin dan marah. Tuan Doy tau hati Rey pasti sedang tidak karuan sekarang.

"Udah berapa batang?" Tanya Tuan Doy tanpa menatap ke arah Rey.

"Tujuh." Jawab Rey masih nikmat menyesap rokok nya sembari beberapa kali menenggak cairan di gelas kecil.

Tuan doy berdecak seraya menggeleng-gelengkan kepala. Sebanyak itu? "Matiin!" Perintah Tuan Doy.

Rey menoleh, tanpa ada niat untuk mematikan rokok sedikit pun. "Rey butuh ketenangan."

Tuan Doy mengambil paksa rokok Rey, kemudian menginjak nya membuat rokok itu padam. Rey berdecak kesal, menatap ayah nya dengan tatapan tak suka.

Rey mengambil kembali dus rokok, namun tiba-tiba dus itu sudah diambil paksa oleh Tuan Doy, "Apa-apaan sih, Pa!"

"Bukan dengan seperti ini cara nya Rey!"

Rey memalingkan wajah ke arah lain. Dia tahu, bahkan sangat tahu bahwa hal yang dilakukan Rey ini memang sebenarnya tidak seharusnya dilakukan Rey.

Tuan Doy melirik ke arah botol berisi cairan bening berada tak jauh dari posisi nya. Tuan Doy mengambil botol tersebut dan membanting nya dihadapan Rey. Rey membelalakan mata melihat cairan itu mengalir bebas dihadapan nya.

"Papa! Apa-apaan sih!" Rey menatap Tuan Doy dengan tatapan amarah yang kembali meluap.

"Kamu yang apa-apaan!" Ucap Tuan Doy tak kalah tinggi nadanya dengan Rey. "Kalau kamu kenapa-kenapa gara-gara hal kaya gini gimana?!"

"Mati maksud papa? Ya bagus! Rey udah muak sama diri Rey sendiri, Pa! Rey kehilangan segalanya!" Rey menghembuskan nafas kasar. Nafas nya tak beraturan.

Plak!

Tamparan keras berhasil mendarat di pipi Rey. Rey mengusap pipi nya yang perih akibat tamparan Tuan Doy. Namun tamparan ini seperti mengembalikan kesadaran Rey. Rey tertunduk. Menatap kaki polos nya yang sekarang gemetar.

Love Changes Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang