Jadi milik ku?

4.5K 296 7
                                    

Rey berjalan melewati koridor dengan raut wajah tak biasa. Rey yang setiap hari nya akan menebar senyum manis kini tampil dengan raut wajah datar. Tidak ada lengkungan indah di sudut bibir Rey lagi.

Sebenarnya, Rey malas datang ke sekolah hari ini. Alasan yang pertama, pagi ini upacara dan itu sangat melelahkan. Saat upacara, siswa siswi disuruh berdiri kurang lebih satu jam. Tega bukan?

Alasan yang kedua, Rey sedang tidak memiliki hubungan baik dengan ketiga sahabat nya. Sebenarnya Rey sudah muak memikirkan ini, namun bayang-bayang ketika Ali memaki diri nya dan Rey yang meninju wajah Ali terus terputar di kepala Rey, seperti kaset rusak yang tidak berhenti. Terus saja seperti itu.

Dan alasan terakhir, Shilla. Biasanya Shilla adalah semangat Rey. Rey selalu menunggu waktu istirahat hanya untuk menggoda Shilla. Rey juga menunggu waktu pulang sekolah demi untuk belajar dengan Shilla walaupun, ya.. belajar itu membosankan. Namun jika yang mengajari nya gadis cantik, apa bisa di sebut membosankan?

Rey memasuki kelas tanpa menyapa sahabat nya yang duduk di kursi samping pintu kelas. Rey melempar tas ke arah meja dengan kasar. Duduk dan kemudian menenggelamkan kepala nya diatas lipatan kedua tangan. Rey memejamkan mata perlahan. Sampai mata nya kembali terbuka karena ada yang dengan tiba-tiba menepuk punggung nya.

Rey mendongak, itu Albert. Rey menghela nafas pelan kemudian kembali menenggelamkan wajah nya.

"Rey, kita harus selesaikan masalah ini." Albert menepuk-nepuk punggung Rey membuat Rey berdecak kacar. "Apaan sih!"

Alber menarik kursi di sebelah Rey, "kita udah sama-sama dewasa, kita harus selesaikan masalah dengan kepala dingin."

Rey menatap Albert enggan, "Masalah apaan sih ah!"

Albert menoleh ke arah Ali, "Ali sama lo kemarin itu sama-sama lagi emosi. Jadi wajar kalian gak terkendali. Dan sekarang waktu nya meluruskan masalah kemarin. Gue harap lo sama Ali bisa sama-sama dewasa." Albert bangkit dari duduk nya, kemudian menarik Gilang untuk keluar dari kelas bersama nya. Dan sekarang, hanya tersisa Rey dan Ali. Kelas juga sudah sepi karena Albert menyuruh murid kelas untuk keluar.

Ali berdeham, berusaha menetralkan suasana yang awkard. "Gue minta maaf Rey." Ucap Ali pertama kali. Dia tidak mau membiarkan suasana diantara Rey semakin lama semakin canggung.

"Gak perlu." Ucap Rey enggan. Rey memalingkan wajah ke arah lain, tidak mau menatap Ali.

"Gue tau gue salah. Kemarin gue emosi banget Rey sampai gue ngeluarin kata kasar ke lo kaya gitu."

"Gue tau."

"Gue harap lo paham. Gue janji gue akan ngehapus rasa gue buat Shilla. Demi lo, sahabat gue. Gue gak mau persahabatan yang udah kita jalin hampir dua tahun harus hancur cuma gara-gara masalah perempuan."

"Harus nya gue yang minta maaf."

Ali mengerutkan kening nya, "Gue yang mancing lo duluan."

"Tapi pipi lo biru gara-gara gue."

Ali menyentuh pipi nya sendiri, sedikit meringis karena masih terasa perih. Ali paham sekarang, Rey bukan marah padanya. Tapi Rey merasa bersalah. "Cowo kalo lagi berantem terus bergulat itu wajar Rey."

"Bagi gue enggak. Gue mukul lo tapi lo gak bales mukul gue." Ucap Rey. "Harus nya lo balik bikin wajah gue lebam biar gue gak ngerasa bersalah kaya gini."

Ali terkekeh, "Tiap hari aja lo tinju-tinjuan sama Fian, kenapa cuma luka segini aja lo permasalahin?"

Rey berdecak kasar, "Fian musuh gue, lo sahabat gue. Peran kalian beda, dan harus nya perlakuan gue juga beda. Maaf gue gak bisa ngontrol emosi gue sendiri."

Love Changes Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang