Papa

4.6K 270 5
                                    

Tiba-tiba ada satu pertanyaan yang muncul dibenak Rey untuk Shilla.

"Kok lo bisa kenal bokap gue?"

Shilla menoleh, "Gue sering ketemu bokap lo setiap hari minggu."

Kedua alis Rey bertaut, "Dimana? Ngapain?"

"Di makam."

Dahi Rey semakin bergelombang, bingung, itulah yang Rey rasakan. "Hah? Maksudnya gimana?"

"Lo gak tahu emang?" Shilla memutar bola mata, "Dasar anak gak perhatian ama bokap! Pengen nya aja diperhatiin tapi merhatiin gak mau!"

Rey menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal sama sekali. Dia memamerkan sederet gigi nya, salting dengan ucapan Shilla. Ada benar nya juga, Rey ingin diperhatikan tapi tidak mau merhatikan. Egois memang.

"Setiap minggu gue ketemu sama bokap lo di TPU. Lo gak tahu kan? Kalau makam bokap gue dan nyokap lo itu bersebelahan?"

Rey dibuat terkejut sedikit dengan ucapan Shilla barusan. Pasalnya dia memang tidak tahu kalo makam ibu nya dan ayah Shilla berdampingan. Rey jarang sekali ke sana. Hanya beberapa kali dalam setahun. Rey tidak mau ke sana terlalu sering karena akan membuat dirinya terus menerus terpuruk dalam kesedihan. Cukup Rey mendoakan ibunya dari jauh. Berharap malaikat nya itu tenang disana. Dan selalu dalam lindungan-Nya.

"Salah kalau lo bilang bokap lo gak sayang sama lo."

"Maksud lo?"

"Setiap hari minggu bokap lo selalu ke makam nyokap lo. Berkunjung ke sana. Sering banget gue denger bokap lo curhat tentang lo. Curhat bagaimana semenyesal nya dia telah menyebabkan lo seperti ini. Dia pingin banget bisa ada disamping lo tapi lo selalu menghindar. Lo bersikap seolah-olah bokap lo itu bukan siapa-siapa."

Rey tertegun mendengar itu. Matanya memanas. Ada sedikit rasa penyesalan dihati Rey. Mengapa Rey seegois ini? Membiarkan ayah nya terpuruk sendiri akibat dirinya yang selalu menuduh Tuan Doy sebagai pembunuh ibunya.

Ada satu lagi yang membuat Rey menyesal. Pikiran nya selama ini salah. Dia telah menuduh ayah nya yang tidak-tidak. Rey kira Tuan Doy pergi ke kantor setiap hari minggu, tapi nyatanya tidak. Tuan Doy pergi ke makam ibunya. Padahal Rey sendiri jarang sekali ke sana, Rey takut dia tidak kuat menahan kepedihan nya. Tapi ternyata ayah nya begitu tegar.

"Bokap lo itu sayang banget sama lo dan nyokap lo. Gue sering terharu ketika gue lihat bokap lo nangis dimakam nyokap lo. Beliau seperti sedang mencurahkan segala isi hatinya. Mungkin bokap lo butuh tempat untuk berkeluh kesah tetapi beliau gak tau dimana tempatnya. Bahkan anak nya pun membenci dirinya. Tak mengharapkan kehadiran nya sama sekali."

Shilla menghela nafas nya perlahan melihat tidak ada tanggapan dari Rey. Rey hanya fokus kedepan menatap layar televisi dengan tangan yang mengepal keras.

"Rey?"

"Hmm" Gumam Rey.

"Keegoisan lo udah nutupin mata lo sendiri. Lo terlalu tenggelam dalam rasa kehilangan hingga lo gak sadar ada yang lebih merasakan hal itu. Bokap lo lebih merasa kehilangan Rey. Dia kehilangan dua orang yang dia kasihi. Pertama istri nya. Istri nya pergi untuk selama nya dan dia hanya punya lo. Tapi lo gak pernah menganggap beliau ada dan lo gak pernah perduli sama beliau. Mending lo mati sekalian biar beneran hilang nya!"

Love Changes Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang