Bertemu Untuk Berpisah

756 28 4
                                    

Pagi datang, terang benderang sinar mentari ini tak membuat mata Bulan silau karnanya. Dia buta.

Dia buta sejak lahir, cita2nya saat ini hanya ingin mndapat donor mata dari siapa yang tulus ingin mendonorkannya.

Itu kisah nya, sedang kan sisi lain dari bersyukur nya dia adalah kemampuan otak nya yang diatas rata rata.

Anugerah tak henti di berikan tuhan untuk Bulan. Bulan berada dalam keluarga yang tak lengkap tetapi membahagiakannya, tak lengkap karna mama yang membesarkannya seorang diri.

Single parent, karna ayah Bulan meninggal dunia saat Bulan kecil. Sejak saat itu Bulan menjadi yatim dan entah berkah apa yang di berikan oleh tuhan, mama Bulan mendapat penawaran sebagai desainer interior perusahaan property kelas 1 di Jakarta tepat setelah 100 hari kematian ayahnya, yang itu berarti saat nya lah mama Bulan menjadi tulang punggung keluarga tak lengkapnya untuk mencari finansial Bulan dan dirinya sendiri.

Intelektual mama Bulan membuatnya kuat dalam meneruskan semangat almarhum ayah Bulan untuk membesarkan Bulan dengan baik.

"Buta itu tak menghalangi Bulan untuk menimba ilmu!" hati mama Bulan berprisip demikian.

Dan tak salah feeling seorang ibu, sejak kecil Bulan sangat pintar dan unggul di kelas nya. Tak jarang mengikuti lomba untuk para penyandang disabilitas dan ia pun dengan mudah melibas semua lawan nya.

Sementara yang di lakukannya tak banyak, hanya membaca banyak buku meskipun hanya buku yg berhuruf brille.

Mendengarkan banyak pengetahuan dari sana sini yang entah ada apa di otaknya, Bulan sangat cepat menyerap. Lagi lagi apa ini karena kekurangan yang dia dpat dari tuhan sehingga tuhan menggantinya dengan kejeniusan? Bisa jadi begitu...tentu saja.

Guru guru Bulan pun penasaran dengan kondisi Bulan yang pintar nya luar biasa, untuk penyandang disabilitas yang sebagian besar tak terlalu cepat dalam menangkap pelajaran. Siang itu Bulan di datangi oleh kepala sekolah nya,

" nak, ibu ingin menawarkan sesuatu untuk Bulan." wanita itu dengan halus memberi tahu Bulan tentang keputusan rapat para guru untuk kebaikan Bulan.

" menawari apa bu? apa Bulan berbuat kesalahan??" wajah nya tegang dan terbelalak terkejut.

" tidak Bulan..ibu dan guru guru disini ingin kamu mengikuti tes IQ,,"
Dengan sedikit bingung Bulan hanya mengangguk sambil kegerahan karna hawa yang terik siang itu..

Ibu kepala sekolah juga menitipkan surat untuk mama Bulan tentang pemberitahuan tes IQ yang ternyata tidak berada di skolahan ini, melainkan di SMA negeri 3 Jakarta. Itu adalah sekolah favorit tempat anak anak pandai berkumpul.

Sepulang sekolah pun Bulan memberikan surat itu, dan mama nya pun heran kenapa tes IQ nya di sekolah favorit itu, bukan di sekolah Bulan bersama teman temannya yang lain. Di sekolah SLB itu. Bulan tampak sedikit panik dengan kebinggungan mama nya, dan dahinya yang putih mengkilat basah tipis karena keringat.

Ternyata kebiasaan nya selalu berkeringat ketika panik, Bulan...gadis cantik ini tak dapat menentukan apapun diluar kuasa mama nya karna dia tak dapat melihat.

Tapi untung mama nya sangat menyayangi nya tak satu pun perhatian luput dari ibu Wilmina ini.

Esok pagi pun tiba, mobil bu Wilmina ini sudah meluncur rapi di parkiran sudut skolahan.

Banyak pertanya an yang akan di ajukan pada ibu kepala sekolah, tentu saja tentang Bulan.

" Ibu kepala sekolah selamat pagi.."
Sapa mama Bulan pada ibu kepala
Perbincangan berlanjut tak terlalu lama.

Judul standar - Bulan Yang Mencari BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang