Satu

850 106 32
                                    

5 Tahun kemudian

Seorang wanita berjalan tergesa memasuki unit apartemennya. Suara tawa renyah itu bahkan menghilangkan bekas kerjanya selama seharian ini. ia membuka pintu yang menjadi portal ke ruangannya. Melihat anak perempuannya yang masih tertawa bersama adik lelakinya.

"Eommaaaaaa" gadis kecil itu berteriak dengan tangan terbuka lebar. Ia berlari kearah ibunya dan memeluk tubuh ibunya erat setelah wanita itu mendapatkannya.

"Aku merindukanmu baby" wanita itu berbisik di telinga anak perempuannya. Suara tawa renyah gadis kecil itu terdengar merdu di telinganya.

"Aku juga merindukanmu, eomma" mereka melepaskan pelukan satu sama lain. saling menatap wajah didepan mereka sebelum tertawa. Gadis kecil itu banyak mengambil bagian dirinya. hanya bagian hidung dan mata yang berbeda.

Dan ia bersyukur karena anak perempuannya tidak mengambil banyak bagian dari ayah kandungnya. Ia tak harus merindukan dan merasakan rasa sakit yang selalu hadir setiap ia mengingat pria brengsek yang pernah hadir dihidupnya.

"Aku akan mandi terlebih dahulu" ucap wanita itu beranjak dari berlututnya, ia beralih pada adik laki-lakinya, "Terima kasih telah menjaganya, kau masih memiliki uang jajan?" adik lelakinya itu mengangguk dengan senyum menawan di bibirnya.

"Jangan terlalu keras bekerja noona, aku baik-baik saja" ucap lelaki yang mirip dengannya.

Wanita dengan marga park itu tersenyum, "Aku melakukan ini untukmu dan anak perempuanku"

"kau terlalu keras kepala Park, aku pulang terlebih dahulu. aku masih memiliki banyak tugas" lelaki itu bersiap untuk pergi, sebuah lengan menyentuhnya.

"makan malamlah disini, kau terlihat sangat kurus" lelaki bernama Park Sanghyun itu tersenyum lalu mengangguk, tak ingin terlalu menolak permintaan kakak perempuannya.

Setelah makan malam, Sanghyun kembali ke apartementnya karena ia harus berangkat pagi-pagi sekali besok. Wanita mungil yang kini berdiri bersama gadis kecilnya hanya dapat menatap punggung tegap adik lelakinya.

Park Sandara, wanita itu membawa anak gadisnya, Park Nara, ke kamar utama. Merapikan kasurnya setelah mengantar anak gadisnya itu ke kamar mandi untuk ritual sebelum tidur. Dan kini mereka telah siap untuk berkelana di alam mimpi dengan tangan Dara sebagai bantal untuk Nara.

"eomma, aku ingin sekolah" ucap gadis kecil itu kini menatap ibunya. Sandara melirik anak perempuannya sebelum tersenyum hangat keibuannya. "aku ingin bermain bersama teman-temanku yang lain" ucap gadis itu kini bermain dengan jemari sandara yang berada di perutnya.

"Sanghyun samchon memiliki banyak tugas dan aku selalu kasihan padanya. Ia selalu memberikan apa yang aku butuhkan setiap kau tak ada, ia bahkan terlalu memanjakanku" ucapnya kini menatap ibunya.

"kau pantas mendapatkannya baby, untuk sekolah, besok kita mulai cari sekolah yang cocok denganmu, bagaimana?" tawar ibu satu anak itu, anak gadisnya menatap ibunya penuh harap lalu mengangguk menjadi jawabannya.

"gomawo eomma" ucap gadis itu sebelum memeluk leher ibunya dan memberi kecupan hangat diseluruh wajah ibunya, "aku mencintaimu" ucap gadis itu menangkup wajah ibunya. "maafkan aku jika aku selalu membuatmu repot"

Sandara tersenyum lalu mencium pangkal hidung gadisnya, "Tak apa baby, selama kau tersenyum dan kau bisa membuatku bangga" Nara menganggukkan kepalanya, ia menguap sebelum mengucapkan selamat malam untuk ibunya dan menutup matanya.

Sandara menatap anak perempuannya, ia harus mendapatkan tender yang sedang ia kerjakan kini agar ia bisa naik jabatan dan bisa mendapatkan lebih banyak uang. Mereka memang tak kekurangan uang, tapi jika ditambah dengan keinginan nara untuk pergi ke sekolah, ia harus memikirkan pengelurannya juga.

Five Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang