Delapanbelas

677 113 54
                                    

Setelah makan siang itu, Dara kembali ke kantor dengan berjalan kaki walaupun Jiyong telah mengajaknya untuk pergi bersama. Ia tidak ingin menyebabkan rumor yang tak benar mengenai dirinya, ditambah ia baru dua bulan naik pangkat, mereka akan berpikiran negative mengenai dirinya.

Dara bersiap untuk tidur, hari itu ia tak lembur karena ucapan Direktur utamanya yang meminta dirinya untuk beristirahat sejenak dan mengurus Nara terlebih dahulu. Dan gadis itu cukup bahagia saat ibunya kembali pada waktu seperti biasanya. Gadis itu bahkan minta mandi bersama saat mereka mandi sore.

Baby” Nara mendongak saat mereka berada di atas kasur siap pergi ke Neverland, “Apa tanggapanmu mengenai Daesung Samchon?” tanya Dara cukup ragu, apakah ia harus bertanya pada gadis kecilnya ini?

“Daesung Samchon? Wae?” tanya Nara

“Aku ingin tahu, apa pendapatmu mengenai Daesung Samchon, apakah kau ingin memiliki appa sepertinya?” tanya Dara, Nara sedikit mengerutkan keningnya tidak begitu mengerti kemana arah pembicaraan ini.

“Daesung Samchon baik, ia selalu memanjakan Nara dan menggendong Nara, jika Daesung Samchon menjadi appa Nara, bagaimana dengan Jiyong appa?” tanya Nara menatap ibunya.

“Jiyong appa memiliki hidupnya sendiri baby, ia tak bisa selalu berada disamping kita” ucap Dara lembut ia memberikan usapan ringan di lengan atas gadisnya itu.

“Tapi, Jiyong appa bilang ia tak akan meninggalkanku jika bukan aku yang meninggalkannya duluan” ucap Nara merenggut, “Kau benar-benar tak menyukai aku bersama Jiyong appa?” tanya gadis itu kini menatap ibunya degan kening berkerut dan bibir memaut.

“Jiyong appa adalah atasanku baby, akan sangat canggung untukku dan dia berinteraksi nantinya” ucap gadis itu menghela nafas berat, ia benar-benar tak tahu apa yang harus ia katakan pada anaknya tapi, ia lelah.

“Aku menyukai Daesung Samchon sebagai appa ku tapi aku ingin Jiyong appa yang menjadi appa ku” ucap gadis itu menunduk, memainkan kancing baju ibunya.

Dara menutup matanya erat, apa yang harus ia lakukan setelah ini? Jelas gadis itu telah jatuh hati pada keramahan atasannya. Apa yang pria itu tak punya? Ditambah ia sangat ingin memiliki anak, ia pasti sangat memanjakan Nara saat mereka berada di belakang Dara sebelumnya.

“Baiklah, sekarang kau tidur. Bukankah kau harus pergi ke sekolah besok?” tanya ibunya yang dibalas dengan anggukan kepala gadis itu,

Goodnight mommy” gumam gadis itu yang dibalas dengan sapaan sama dan kecupan di puncak kepala gadis itu.

---

Besoknya, Dara kembali bertemu dengan Jiyong di elevator. Pria itu masuk saat ia akan menutup pintu elevator, ada Hanbin disampingnya. “Kau sudah berbicara dengan Nara?” tanya Jiyong tanpa menoleh ke arah Dara.

Hanbin menatap bosnya, apakah pria itu bertanya padanya? Karena ia tidak merasa bahwa pria itu memerintahkan ia untuk berbicara dengan gadis itu, ia melirik wanita disampingnya yang menatap bosnya dengan alis berkerut.

“Bisa kau tinggalkan Nara?” Hanbin menatap wanita disampingnya, ia tahu Nara?

“Apa yang ia katakan?” tanya Jiyong

“Aku mohon”

“Aku hanya ingin tahu” ucap pria itu.

“Ia lebih memilihmu” gumam Dara menundukkan kepalanya,

“Sebelum jam makan siang ke ruanganku” ucap pria itu sebelum keluar di lantai yang bahkan bukan miliknya, “Kita gunakan lift lain” ucap Jiyong pada Hanbin, dan pria itu hanya menganggukkan kepalanya.

Dara menatap pintu besi yang tertutup. Apa yang akan dilakukan oleh pria itu setelah ini? Dan Daesung, bagaimana ia mengatakan ini pada Daesung? Kemarin ia bertanya pada Daesung mengenai hubungan antara keduanya sebenarnya dan pria itu mengatakan bahwa ia memang menyukai Dara, ia akan menikahi gadis itu jika memang waktunya tiba. Ia masih tak memiliki keberanian.

“Dara Noona” ia melirik pintu yang terbuka dengan kepala Daesung berada di antaranya. “Apakah aku mengganggumu?” tanya pria itu yang dibalas dengan gelengan dan senyuman. Pria itu masuk dan duduk dihadapan Dara. “Bagaimana pembicaraanmu dengan Nara?” tanya Daesung.

Dara menundukkan kepalanya, ia tak bisa mengatakan bahwa Nara tak ingin ia menjadi ayahnya bukan?

“Ia mengatakan bahwa ia menyukaimu untuk menjadi ayahnya, tapi” Dara menggigit bibir bawahnya. Menyimpan keyboardnya dan menatap Daesung, “Ada pria lain yang ia inginkan untuk menjadi ayahnya” ucap gadis itu kini menatap Daesung.

“Kau ingin aku merayunya agar aku bisa memiliki hatinya?” tanya Daesung sedikit ragu, “Aku bisa melakukan itu, yang terpenting kita bersama. Bukan begitu?” tanya Daesung.

Dara menggeleng, mengusap wajahnya kasar, “Kebahagiaan Nara adalah prioritas utamaku Sungie-ah” ucap Dara dengan nada lelah.

“Aku tahu itu, aku ... Aku menerima Nara dan aku bisa merayunya agar ia mau bersamaku” ucap Daesung, “Aku bisa merayunya agar ia mau menerimaku sebagai ayahnya” lanjut pria itu.

“Aku tak ingin kau menyesal Sungie, Nara ... Dia akan sangat sulit merubah hatinya. Nara bukanlah gadis kecil yang mudah dirayu” ucap Dara, “Aku mengatakan ini bukan karena aku tak ingin bersamamu. Aku ... Aku sadar bahwa aku juga menyukaimu. Kau adalah pria yang baik Sungie-ah. Kau sangat ramah dan kau adalah idaman wanita. Tapi ... Aku tak yakin bahwa aku adalah takdirmu” ucap Dara menundukkan kepalanya. Ia tak tahu apa yang baru saja ia katakan.

“Kau ... Kau ingin aku menyerah?” tanya Daesung dengan nada ragu setelah beberapa saat diam. Dara menatapnya dengan tatapan minta maaf. “Apakah kau menyukai pria yang Nara inginkan menjadi ayahnya?” tanya Daesung.

Dara menundukkan kepalanya, “Aku ... Aku tak bisa menjawab itu karena ini akan menjadi sangat canggung jika aku menyukainya. Aku tak ingin merusak hubungan kami” ucap Dara, ia hanya merasa Daesung tidak perlu tahu siapa pria yang Nara pilihkan untuknya.

“Baiklah, jika kau menginginkan itu, aku akan menyerah, aku akan mundur” ucap Daesung dengan berat hati. Tangannya terkepal kuat, ia benar-benar mencintai wanita di depannya tapi mengapa Tuhan tak mengizinkan mereka bersama? Tahun lalu bahkan mereka merayakan natal bersama tapi hari ini, anaknya yang bahkan menolaknya.

Daesung beranjak dan tersenyum, “Jangan terlalu dipikirkan, aku tahu kau akan memilih Nara daripada dirimu sendiri. Aku berharap hal terbaik untukmu dan undang aku jika kalian akan menikah” ucap Daesung mengacak rambut wanita di depannya.

Dara menatapnya sebelum menganggukkan kepalanya, “Terimakasih Sungie” Daesung mengangguk sebelum pergi dari ruangan itu. Ia mendesah pelan sebelum berjalan menjauhi ruangan Dara. Yang ia lakukan saat ini adalah menghapus perasaannya yang mungkin akan sulit. Mungkin memang benar, mereka tak ditakdirkan bersama.

---

Sandara berada di mobil Jiyong, dalam perjalanan ke sekolah untuk menjemput Nara. Pria itu melirik wanita di sampingnya, “Apakah hari sabtu ini kalian memiliki jadwal?” tanya Jiyong, Dara menoleh lalu menggeleng, “Maukah kau pergi bersamaku? Kita pergi ke taman bermain mungkin” ucap Pria itu dengan senyum hangatnya.

Sandara menatap pria itu sebelum mengangguk dan kembali memalingkan wajahnya. Haruskah ia mulai mendekatkan diri pada pria disampingnya ini?

---see you at Chapter 19---

Five Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang