Enam

619 89 5
                                    

Sandara tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Ia baru saja selesai memandikan Nara hingga bermanjaan di depan TV yang menampilkan film kartun favorite Nara. Dan setelah menyimpan Nara di kamar tidurnya, Dara berjalan ke arah dapur untuk menghubungi sahabatnya.

“Darong!! Ada yang bisa saya bantu?” tanya Bom dengan nada main-main.

“besok Nara tak bisa bermain bersamamu” ucap Dara.

“apakah sesuatu terjadi?” tanya gadis itu sedikit khawatir.

Dara menggeleng sebelum mengatakan kalimatnya, “tidak, dia baik-baik saja. Tapi aku khawatir jika dia masih bermain denganmu otaknya tak lagi polos” ucap Dara yang dibalas dengan tawa Bom.

“Ya! Apa maksudnya itu? jangan katakan karena aku mengajaknya atau mengajarinya menjadi seorang gadis yang sesungguhnya”

“Astaga Park Bom bisakah kau dengar dirimu sendiri? Dia masih 5 tahun Bom. berhentilah mengotori otaknya dengan bahasan orang dewasa. Aku tak ingin anakku dewasa tidak pada umumnya” ucap Sandara dengan suara yang memelas. Ia bahkan terlalu lelah untuk beradu argumen dengan Park Bom sahabatnya.

“Sandara dengarkan aku, aku sangat peduli padamu. begitupun pada Nara. Dia telah kuanggap sebagai anakku sendiri. Dan aku ingin mengenalkan gadis kecil itu pada dunia secepatnya, aku tak ingin ia salah seperti kita. Ia harus bisa memilih pria yang benar. Gadis sepertinya tidak bisa diperlakukan seperti apa yang pria lakukan pada kita Dara” Dara mendesah pelan.

“Bom, dengar, tidak semua pria itu sama. Kau hanya belum menemukan sosok pria yang benar. Dan apakah menurutmu gadis kecilku akan segera memiliki kekasih pada umurnya yang sekarang? Dia masih 5 tahun Bom. kau fikir aku akan membiarkan gadis kecilku berkencan pada umur yang masih muda?” tanya Dara mengoceh.

“Apa yang terjadi padaku dan padamu tak akan terjadi pada Nara, kau dengar itu? hanya ada satu Siwon dan Donghae di dunia ini. Dan Nara tidak akan menjadi salah satu diantara kita. Kau boleh memberinya petuah saat umurnya 17 tahun. Dan tinggalkan kepolosan dia untuk saat ini. kau dengar itu?” tanya Sandara dengan nada tegas.

“baiklah, maafkan aku Dara, aku hanya terlalu mencintai Nara dan... ya kau tahu. Kepergian Siwon benar-benar membuatku membenci pria” ucap Bom dengan nada lelah.

“aku tahu, kau fikir setelah Donghae meninggalkanku, aku tak membenci pria? Aku bahkan membenci adikku sendiri Park” ucap Dara dengan tawa ringan diakhir.

“sekali lagi maafkan aku Dara” ucap Bom yang dibalas dengan gumaman Sandara. “apakah Nara sudah tidur?” tanya Bom.

“aku membuatnya tertidur sebelum menghubungimu. Bagaimanapun ini adalah percakapan orang dewasa. Ia masih berada diumur yang terlalu muda” ucap Dara, “dan berhentilah menonton drama murahan. Kau terlalu tua untuk drama picisan Bom. tontonlah yang lebih bermutu seperti berita misalnya” ucap Dara

“berita terlalu membosankan Park. Aku tak ingin menjadi seorang ahjumma” ucap Bom berdecih

“ingat umurmu Park. Kau fikir berapa umurmu, huh?” tanya Dara. “kau akan menginjak 30 tahun pada bulan depan” ucap Dara. Bom hanya memutar matanya malas.

“aku masih terlalu cantik dan sexy untuk umur 30 Park”

“terserahmu saja” ucap Dara mengakhiri perdebatan singkat mereka. Ia harus beristirahat untuk memulai harinya lebih awal besok, “aku akan pergi tidur. Beristirahatlah” ucap Dara

“eum.. bawa Nara ke tempatku besok. Aku memiliki jadwal sore jadi aku bisa menjaganya hingga kau kembali” ucap Bom

“baiklah, tapi berjanjilah untuk tidak membuatnya menjadi gadis dewasa” ucap Dara

“aku berjanji ahjumma” ucap Bom dengan nada mengejek

“good. Dan jaga ucapanmu dihadapan anak gadisku. Ia cukup pintar kau tahu” ucap Dara

“ya, aku mendengarmu. Tidurlah. Selamat malam”

Dara menutup sambungannya setelah ia membalas salam dari Bom. ia menghela nafas sebelum pergi ke kamarnya untuk tidur disamping Nara. Gadis itu terlihat seperti bayi saat tertidur. Begitu polos dan menggemaskan. Dengan kecupan singkat di keningnya Sandara terlelap kealam bawah sadar.

---

Jiyong kembali ke rumahnya setelah ia meminta Mr. Lee untuk membuat jadwal meeting untuk seluruh direksi besok sore. Ia akan membicarakan ini pada seluruh direksi dan meminta pendapat mereka. Dan membicarakan mengenai pesta untuk kembalinya ia ke perusahaan dan pesta perpisahan untuk Mr. Lee.

“Jiyong” pria itu berbalik untuk mendapat sosok ibunya. “kau baru pulang?” tanya wanita itu yang dibalas hanya dengan anggukan kepala. “aku fikir kau akan kembali ke rumah lamamu” ucap wanita itu.

Jiyong menggeleng sebelum berjalan mengikuti ibunya, “bayangan Jinah masih tersimpan disana. Aku tidak ingin terus terbayang olehnya. Dan mungkin jika aku disini, bayangan itu akan hilang karena adanya dirimu dan appa”ucap pria itu, ia memeluk tubuh erat ibunya dari belakang.

“ada yang memberatkanmu?” tanya wanita berumur 50 tahun lebih itu menangkup sisi wajah anak lelakinya, “bagaimana hari pertamamu di kantor setelah 5 tahun pergi?” lanjut wanita itu.

Jiyong melepaskan pelukannya membuat wanita di depannya itu berbalik, “aku bertemu dengan gadis kecil dan aku ingat anakku” ucap pria itu, ia tahu ini sangat konyol tapi ia tak bisa menahannya. “dia berumur 5 tahun dan ia sangat pandai berbicara” lanjut Jiyong.

Nyonya kwon tersenyum mendengar pernyataan anak semata wayangnya, ia merasa wajar jika anaknya itu merindukan anaknya yang bahkan belum terlahir. “kau memikirkan bagaimana anakmu jika terlahir?” tanya Hyeji.

Jiyong menganggukkan kepalanya, “kau harus benar-benar segera memiliki hubungan. Dan kau harus menghadiri acara pesta pernikahan Nyonya Lee lusa. Temui Hara dan mulai hubungan baik dengannya” ucap wanita itu, “kau hanya harus melepaskan semuanya. Buka hatimu dan lihat wanita sekelilingmu. Hara wanita yang baik. Aku menyukainya untukmu” ucap wanita itu menepuk pipi anaknya sebelum pergi untuk tidur.

Jiyong menatap ruang kosong di depannya, “Kiko pun wanita yang baik, tapi apa yang aku lakukan? Aku membuangnya bahkan saat yang ia lakukan hanya mencintaiku” ucap pria itu sebelum mengusap kasar wajahnya. Ini benar-benar membuatnya frustasi.

Jiyong pergi ke kamarnya setelah menenggak air mineral dari kulkas. Ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum memakai celana panjang dan kaos berwarna putih dan pergi tidur.

Setidaknya itu yang ia inginkan, namun matanya yang bahkan lelah tidak mengabulkan keinginan otaknya yang ingin segera bermimpi.

Kelopak mata itu masih terbuka lebar. Menatap langit-langit kamar dengan otak yang dipaksa keras untuk mengingat kembali kalimat seorang anak kecil yang menemaninya makan siang. Seorang gadis kecil yang membuatnya jatuh hati dan kembali membayangkan bagaimana jika ia itu adalah anaknya dengan Jinah.

kau akan menjadi ayah yang luar biasa Mr. Kwon

“aku harap pun begitu Nara-ya” gumam pria itu, ia lalu melirik ke arah sampingnya. Menatap bingkai foto yang berisi dirinya dan mendiang istrinya. Foto itu masih tersimpan diatas meja nakas disampingnya.

“aku harap kau bahagia disana, baby” gumam pria itu, “aku merindukanmu dan anak kita” lanjutnya dengan dada yang terasa diremas kuat. “bisakah kau melepasku pergi? Membiarkan aku pergi dengan wanita lain” ucap pria itu menatap wajah cantik istrinya yang tersenyum kearah kamera.

“Katakan padaku jika memang Hara adalah wanita yang pantas untukku” ucap pria itu terpejam. Suaranya bahkan bagai desau angin yang hanya terdengar oleh telinganya sendiri.

“aku merindukanmu baby” gumam pria itu dalam ingatannya.

---see you at Chapter 7---

Five Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang