Hari itu mereka pergi ke pemakaman Jinah untuk meminta restu. Dan pria itu membawa Dara dan Nara ke rumah tempat dimana ia berbagi kisah dengan Jinah.
Dan Sandara mengatakan bahwa ia tak ingin tinggal dirumah tersebut. Ia tak ingin Jiyong melupakan sosok Jinah dihidupnya. Ia tak ingin pria yang kini menjadi kekasihnya melupakan sosok mendiang istrinya yang telah lama hidup di dalam hati dan fikirannya.
Jiyong mulai membawa Dara dan Nara ke rumah barunya yang ia beli tak jauh dari kantornya. Sebuah bangunan minimalis yang ia ubah menjadi rumah dengan suasana nyaman. Terdapat 4 ruangan yang ia ubah menjadi satu kamar tidur utama, satu kamar tidur untuk Nara, satu ruang bermain dan belajar untuk gadis itu dan satu lagi ruang kerja untuknya dan Dara.
Dara, gadis itu masih bekerja di jabatannya dengan pekerjaan yang pria itu kurangi. Ia hanya akan bekerja hingga waktu makan siang. Hingga Nara selesai sekolah dan sisanya ia akan bekerja dirumah dengan memperhatikan Nara.
Dan pria itu telah mengurus beberapa persiapan pernikahan mereka. Jangan lupakan bahwa mereka telah resmi menjadi pasangan suami istri dimata hukum. Karena sehari setelah Dara mengatakan bahwa ia mau menikah dengannya, pria itu segera mendaftarkan pernikahannya di kantor sipil.
“Kau sudah siap?” tanya Jiyong, Dara meliriknya dengan senyuman diwajahnya. Mereka akan pergi ke acara pesta ulang tahun perusahaan. Bersama Nara yang berada digendongan Jiyong telah siap dengan gaun cantik miniatur ibunya.
Jiyong membawa dua gadisnya itu keluar dari mobil, menggandeng tangan Dara dengan tangan satu menggendong gadis kecilnya. Hubungan mereka dketahui para pegawai satu minggu setelah Dara dan Jiyong menikah secara hukum. Dan acara ini menjadi acara lain untuk memperkenalkan Dara sebagai tunangannya.
“Selamat atas pertunanganmu Tuan” Jiyong melirik ke arah sumber suara tersebut dan tersenyum pada Mr. Lee. Pria itu datang bersama istrinya, “aku sangat senang melihat kalian berdua. Kalian berdua sangat cocok satu sama lain” ucap Mr. Lee membuat rona merah di wajah Dara semakin jelas terlihat.
“Terimakasih banyak Tuan Lee, dan terimakasih telah menghadiri pesta ini” ucap Jiyong dengan senyum hangatnya.
“Suatu kehormatan bisa mendapatkan undangan dari pesta perusahaan ini Mr. Kwon. terimakasih telah mengundang saya dan istri” Jiyong mengangguk
“Pleasure is mine” gumam pria itu dengan senyum hangatnya, “nikmati pestanya Tuan” ucap Jiyong sebelum pergi dengan Dara disampingnya. Park Nara telah berada di tangan kedua orang tua Jiyong yang tengah membanggakan gadis kecil itu.
“Oppa” mereka berbalik untuk melihat Hara bersama seorang pria disampingnya, “Selamat atas pernikahanmu, dan eonni. Kau tampak cantik” ucap Hara dengan senyum cerah diwajahnya.
“Terimakasih Hara-ya. Apakah ini kekasihmu?” tanya Jiyong merujuk pada pria disamping gadis itu.
Hara mengangguk dengan senyum bahagia diwajahnya, “Dia Junhyung dan kami baru bersama tiga minggu yang lalu” ucap gadis itu dengan senyum bangganya, Jiyong hanya bisa tersenyum senang. Ia tahu Hara akan mendapatkan pria yang ia inginkan. Dan itu bukan dirinya.
“Jaga dia untukku. Dia sudah seperti gadis kecil untukku” ucap Jiyong pada Junhyung yang berdiri disamping Hara, pria itu tertawa kecil sebelum mengangguk.
“Aku mencarimu sejak tadi” Dara melirik pria yang pernah hampir bertabrakan dengannya, “Kau akhirnya mengikat janji suci juga Hyung dan kau mendengarkan saranku. Selamat atas pernikahanmu” ucap Seungri.
“Terimakasih Seungri, aku tunggu undangan darimu dan Raline” ucap pria itu membuat Dara, Junhyung dan Hara tertawa, sedangkan Raline dan Seungri hanya merona dengan senyum diwajah mereka.
Mereka kembali larut dalam suasana hangat diantara mereka hingga Hyeji datang bersama Jinu dan Nara di gendongan Jinu, Jiyong melirik ayahnya sebelum mengambil anak gadisnya. “Aku mengantuk” ucap gadis itu lemas, Jiyong tertawa kecil.
“Ia merengek ingin ke ibu dan ayahnya dan berakhir dengan ingin digendong. Kembalilah ke rumah, anak kalian pasti lelah” ucap Hyeji, “Oh Hara-ya, Seungri-ya kalian disini juga? Oh apakah ini kekasihmu Hara?” tanya Hyeji yang dibalas dengan anggukan dan rona merah di pipi Hara.
“Dia tampan” ucap Hyeji sebelum Jinu mencubit kecil pinggang istrinya, “Berhenti genit kau wanita tua, kau bahkan telah dipanggil Grandma oleh gadis kecil di pelukan anak lelakimu” ucap Jinu yang membuat keenam orang disana tertawa.
“Aku dan Dara akan pulang sekarang, kalian jangan terlalu malam eum” keduanya mengangguk, Dara dan Jiyong berpamitan sebelum pergi dengan Nara digendongan Jiyong dan Dara di samping pria itu.
“Apakah aku sudah mengatakan bahwa kau sangat cantik malam ini Dee?” tanya Jiyong saat mereka berada di mobil, rona merah itu kembali muncul bahkan pada pertanyaan yang sama. “Kau terlihat menawan dengan gaun dan make up seperti itu. Aku benar-benar beruntung memilikimu babe” ucap Jiyong sebelum mencium pipi Dara. Gadis itu menyimpan kepalanya di pundak Jiyong dan mendesah pelan.
---
Siapa yang akan menyangka bahwa hari berlalu dengan cepat? Bahkan di jadwal padatnya, ia merasa bahwa waktu berlalu dengan sangat cepat.
Kini ia akan berjalan dialtar bersama adik lelakinya yang menggantikan sosok ayahnya dan gadis kecilnya yang berada didepannya. Bertugas untuk menabur bunga disepanjang jalan menuju calon suaminya.
Dan disana. Diujung lorong altar yang akan ia lewati. Tunangannya. Kekasihnya. Prianya. Kwon Jiyongnya. Telah menunggunya untuk berbagi janji suci. Untuk berjanji pada Tuhan, Pastur, Keluarga dan Teman terdekat mereka yang hadir disana. Untuk melengkapi sebagian dari dirinya yang hilang.
Sanghyun menariknya lembut, menyadarkan gadis itu dari lamunannya. Dara melirik adiknya dengan senyum diwajahnya. “Ini waktunya kau melangkah lebih maju Noona, terus berbahagia. Aku percaya Jiyong Hyung bisa membuatmu bahagia seperti appa yang selalu membuat eomma bahagia” ucap pria itu. Dara menganggukkan kepalanya.
Dengan satu tarikan nafas, mereka berdua berjalan kearah Jiyong yang telah menunggu bersama pastur disampingnya. Memandang pengantin wanitanya yang berjalan dengan sangat anggun ditemani adik lelaki dan anak gadisnya.
Semua saksi yang hadir hilang seketika. Hanya ada dirinya dan tunangannya. Kekasihnya. Gadisnya. Dan calon dari ibu untuk anak-anaknya. Wanitanya yang akan ia nikahi beberapa saat lagi. Wanitanya yang akan berbagi janji bersamanya di hadapan Tuhan dan seluruh saksi yang hadir hari itu.
Air matanya menggenang dipelupuk matanya. Dan sudut matanya menangkap sosok Jinah dengan gaun pengantin yang pernah ia gunakan saat mereka menikah. Tersenyum hangat dan terlihat sangat cantik. “Terimakasih telah memilihnya. Aku yakin ia bisa membuatmu bahagia” gumam gadis itu yang terdengar olehnya.
Jiyong mengangguk sebelum bayangan itu menghilang bersamaan berdirinya Dara di hadapannya. Bersama Sanghyun disampingnya, memberikan tangan kaka perempuannya pada dirinya untuk dijaga dan dirawat hingga sisa umurnya.
“Apakah kau, Kwon Jiyong, menjadikan Sandara Park sebagai wanita yang kau nikahi. Untuk hari ini dan seterusnya, untuk dijaga dan dirawat dalam suka maupun duka, dalam sakit ataupun sehat, dalam susah maupun lapang, hingga maut memisahkan kalian berdua?” ucap Pastur yang dibalas dengan kalimat, “I Do” dengan sangat lantang.
“Kau bisa mencium pengantin wanitamu” suara pastur bagai desau angin dan komando baginya. Ia membuka kain penutup wajah istrinya sebelum menangkup pipi Sandara dan mencium bibir gadisnya itu lembut.
Ciuman pertamanya setelah mereka menikah.
---see you at Chapter 25---
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years Ago
FanfictionCerita klasik tentang CEO dan seorang single parent yang menjadi pegawainya. Kisah cinta CEO yang harus memilih antara menunggu dan melanjutkan. Kisah seorang Single parent yang harus menghidupi anak dan adiknya. --- "Bisakah kau hentikan eomma beke...