Nara hanya dapat terdiam sejak ia menapaki kakinya di taman bermain. Datang ke tempat ini dengan berbeda orang tua itu sangat jauh berbeda. Ia bahkan bisa merasakan keraguan dari sosok gadis yang ia tahu adalah kekasih ayah pura-puranya.
Dan saat mereka makan siang, Hara izin untuk pergi ke kamar mandi. Dan kesempatan itu dipakai Nara untuk mengatakan perasaannya. “sepertinya Hara Imo tak menyukaiku” gumam gadis itu sambil memainkan alat makannya.
Jiyong tersenyum hangat sebelum menyentuh kepala gadis itu membuat gadis itu menatapnya, “apakah kau pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya?” tanya Jiyong, Nara menunduk sebelum mengangguk.
“aku, eomma dan Daesung Samchon melakukan kencan keluarga beberapa kali. Kita bersenang-senang di beberapa tempat meskipun aku tidak bisa membeli banyak mainan karena eomma akan selalu menggeleng setiap kali aku menunjuk mainan. Ia hanya akan mengatakan ‘jika eomma sudah punya uang, kita kemari dan berbelanja yang banyak’” ucap Nara menirukan suara ibunya.
“dan saat eomma memiliki uang, uang tersebut akan digunakan untuk membayar sekolah Sanghyun Samchon." Gadis itu mendesah pelan, "Appa, apakah eomma selalu meninggalkanku karena aku ingin sekolah?” tanya Nara kini menatap manik Jiyong. Ia tak bisa menjawab karena ia bukan ibunya. Apakah karena itu?
“jika seperti itu, aku tak ingin sekolah. Aku ingin eomma kembali memiliki waktu bermain denganku. Ia mungkin tak akan ingat bahwa sebentar lagi aku berulang tahun” ucap Nara sebelum mendesah pelan.
“kau akan berulang tahun dalam waktu dekat?” tanya Jiyong, dan Nara hanya menganggukkan kepalanya. “apa yang kau inginkan untuk kado ulang tahunmu?” tanya Jiyong.
“aku ingin eomma. Aku tidak lagi ingin siapapun dan apapun. Aku tak lagi ingin mainan yang banyak dan boneka yang besar. Aku ingin eomma” ucap gadis itu sebelum air matanya turun.
Jiyong mendesah pelan sebelum mengangkat Nara dan mendudukkan gadis itu di pangkuannya, “bisakah kau melakukan itu Appa? Kau berjanji padaku untuk menghentikan eomma bekerja, tapi mengapa eomma masih tetap bekerja?” tanya Nara yang kini menangis. Ia tak meraung seperti anak kecil yang lainnya, air matanya mengalir dengan nafanya yang terdengar berat.
Jiyong memeluk tubuh gadis itu dan mengusapnya, haruskah ia benar-benar meninggalkan gadis ini bersama ibunya? Dara Park pasti sangat kewalahan mengurus anak dan adiknya. Keuangannya adalah hal yang membuatnya sulit. Ia yakin itu. Tapi, haruskah ia menurunkan jabatan gadis itu agar ia memiliki waktu untuk Nara?
Saat waktu hampir sore, Jiyong mengantar Nara kerumahnya. Ia tak ingin ibunya tahu bahwa gadis itu menghilang. Dan setelah mengantar gadis itu, ia dan Hara pergi ke Namsan Tower hanya untuk berjalan-jalan.
“Nara adalah anak yang lucu” komentar Hara saat mereka berjalan beriringan di Namsan. Jiyong melirik gadis itu lalu bergumam, “kau sangat menginginkan seorang anak oppa?” tanya Hara lagi, ia menatap lurus ke depan. Menatap tujuan mereka, Namsan Tower dan dinding yang dipenuhi dengan kunci gembok tanda cinta.
“apakah kau sudah siap?” tanya Jiyong menatap gadis itu, Hara meliriknya sebelum menundukkan kepalanya, “aku tidak tahu apakah aku masih bisa menunggu atau tidak. Sejujurnya aku sangat berharap kau mau segera menikah” ucap Jiyong jujur. Ia tak lagi bisa menahan perasaannya, ia ingin gadis di depannya mengerti keinginannya dan setidaknya mengizinkan ia untuk bisa menikahinya.
“jika kau menikahiku, lalu bagaimana dengan pekerjaanku?” tanya Hara menatap Jiyong mereka berhenti berjalan dan berhadapan. “aku baru memulai karirku sebagai model. Dan kau tahu, model tak bisa mengandung. Aku belum bisa mengandung saat aku baru memulai karirku” ucap Hara menatap pria itu.
“haruskah kita hentikan semua ini?” tanya Jiyong,
“lalu kau pergi mencari wanita lain?” tanya Hara, “bagaimana denganku? kau mengatakan padaku bahwa kau akan menungguku” ucap Gadis itu, air matanya telah berkumpul di pelupuk mata dan siap meluncur. “kau akan meninggalkanku?” tanya Hara lagi.
“jika aku menunggumu, harus berapa lama aku menunggumu? Aku tak bertambah muda Hara, aku melepasmu bukan karena aku tak mencintaimu. Aku hanya merasa kau bukan untukku. Aku- kau memiliki masa depan yang lebih luas. Dan kau bisa pergi berkencan dengan pria seusiamu” ucap Jiyong.
Hara tertawa kecil, akhirnya ia dibuang oleh pria itu? “apakah ini akhir dari cerita kita? apakah ini akhir dari hubungan kita, oppa? Apakah kau menganggap aku tak serius padamu?” tanya Hara.
Jiyong mengusap rambutnya kasar, haruskah ia kembali menyakiti hati perempuan? Ia hanya tidak habis pikir apa yang telah ia lakukan. Jinah tak akan menyukai apa yang ia lakukan saat ini. Wanita itu akan merasa malu karena ia hanya bisa membuat hati wanita menderita.
“maafkan aku, tapi aku memang tak lagi bisa menunggu” ucap Jiyong menundukkan kepalanya.
Hening diantara mereka dengan Hara yang menatap Jiyong yang menundukkan kepalanya, air matanya mengalir sebelum ia hapus dengan kasar, “antarkan aku pulang” ucap gadis itu sebelum berbalik meninggalkan Jiyong yang menatap punggung gadis itu.
Jiyong berjalan mendekati gadis itu dan mengantarnya ke apartementnya, “kau baik-baik saja?” tanya Jiyong, ia hanya tidak ingin gadis ini merasa buruk. Ia hanya tidak ingin gadis ini patah hati meskipun permintaannya itu adalah hal konyol untuk saat ini.
“kau bertanya padaku Tuan? Kau baru saja mematahkan hatiku dan kau bertanya apakah aku baik-baik saja?” tanya Hara sebelum mendecih, “aku akan baik-baik saja setelah aku tak melihatmu. Aku benar-benar menyesal telah mengenalmu. Tapi terimakasih, setidaknya kau tidak mengambil kesempatan dengan tidur denganku” ucap gadis itu.
“Hara dengar, aku melakukan ini bukan karena keegoisanku. Aku hanya tidak ingin kau lebih menyesal dikemudian hari. Aku tak bisa memaksamu untuk secepatnya menikahiku tapi mengertilah, yang aku inginkan saat ini adalah seorang istri bukan seorang kekasih” ucap Jiyong dengan nada lelahnya.
Energinya benar-benar terkuras habis dan ia hanya bisa menyalahkan dirinya akan hal ini. Suasana di dalam mobil itu hening sebelum suara tarikan nafas dalam Hara terdengar, Jiyong meliriknya, dapat memprediksi bahwa gadis itu akan berbicara.
“aku mengerti, maafkan aku telah menghabiskan waktumu oppa. Dan aku minta maaf karena aku tidak bisa menjadi apa yang kau inginkan. Aku harap kita bia menjadi teman” ucap Hara dengan senyum hangatnya.
Jiyong tersenyum kecil sebelum mengangguk. Ia menarik kepala gadis itu untuk dipeluk olehnya. Gadis dipelukannya ini begitu sempurna, sangat disayangkan umurnya tak lagi muda. Jika saja ia bisa menunggu lebih lama, mungkin ia akan menjadi miliknya.
Ia melajukan mobilnya saat Hara memasuki gedung apartementnya. Satu tujuan yang ia inginkan saat ini meskipun langit sudah sangat gelap. Ia melirik jam di tangannya menunjukkan pukul 9 malam dan yang ia inginkan saat ini adalah bersama istrinya.
Ia begitu merindukan istrinya. Ia ingin kembali ke pelukan istrinya. Ia ingin kembali ditenangkan oleh istrinya saat dunia tak mengizinkannya untuk memiliki sesuatu. Istrinya yang selalu ada untuknya saat ia kehilangan investornya karena ia salah memilih pegawai. Dan kini ia tak lagi berada di sisinya. Gadis itu tak lagi ada untuknya. Untuk menenangkannya.
---see you at Chapter 16---
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years Ago
FanfictionCerita klasik tentang CEO dan seorang single parent yang menjadi pegawainya. Kisah cinta CEO yang harus memilih antara menunggu dan melanjutkan. Kisah seorang Single parent yang harus menghidupi anak dan adiknya. --- "Bisakah kau hentikan eomma beke...