“Jadi, apakah aku boleh tau siapa wanita cantik ini?” tanya Hyeji saat duduk didepan Sandara yang memangku Nara.
“Eum.. Saya Park Sandara Nyonya, saya salah satu pegawai di perusahaan Kwon Corporation sebagai Direksi bagian Keuangan dan Operasional” ucap gadis itu, “Dan ini adalah anakku, Park Nara” lanjut gadis itu merujuk pada Nara yang berada dipangkuannya.
“Grandma tak mengingatku?” tanya Nara dengan ekspresi sedihnya, ia lalu melirik Jiyong.
“Grandma mengingatmu baby, aku hanya ingin tahu siapa wanita yang memelukmu itu, dan ternyata dugaanku benar” ucap wanita itu dengan senyum hangatnya. “Mengapa kau membawa Sandara dan Nara kemari Jiyong? Kau ingin mengenalkan wanita ini padaku?” tanya Hyeji lembut.
Dara melirik Jiyong yang tersenyum pada ibunya, bisakah ibunya itu lebih terbuka dari ini? ia bahkan terang-terangan bertanya seperti itu. “Kau tau Sandara, Jiyong sangat jarang membawa gadisnya. Ia bahkan membawa Jinah kemari saat mereka mengatakan bahwa ia akan menikahinya. Apakah ini adalah alasan yang sama Jiyong?” tanya Hyeji yang membuat Jiyong mendesah pelan.
“Kau benar eomma, aku kemari untuk mengenalkan Dara padamu. Dan kau juga benar mengenai aku ingin menikahi Dara, tapi, gadis ini masih harus mengetahui siapa aku sebenarnya lebih dalam” ucap Jiyong dengan senyum hangatnya. Hyeji tertawa melihat ekspresi wajah tegang yang diberikan anak lelaki dan gadis yang berada disampingnya.
“Jangan merasa canggung Sandara, kau telah diterima disini, dan kau bisa memanggilku eommonim mulai saat ini jika kau mau” ucap Hyeji dengan tawa kecilnya, “Aku bersyukur Jiyong memilihmu menjadi calon istrinya. Ah Nara-ya, maukah kau bermain dengan Grandma? Kita bermain di taman bunga dibelakang, eum” Hyeji beranjak dan mengulurkan tangannya pada gadis itu, membawa gadis kecil itu dengannya untuk memberikan waktu ibunya bersama anak lelakinya.
Jiyong menatap gadis disampingnya setelah ibunya menghilang dibalik pintu keluar yang terdapat di sebelah kaca besar menuju taman belakang. Sedangkan, wanita itu masih memperhatikan anaknya yang berlari dan bermain bersama ibu dari pria yang berada disampingnya.
“Dara” panggil pria itu, gadis disampingnya meliriknya dengan senyum diwajahnya, “Eum... apakah ada yang ingin kau tanyakan padaku? Aku tidak tahu aku harus memulai dari mana untuk menceritakan tentangku” ucap Jiyong sebelum menggaruk tengkuknya yang tak gatal, “Dan aku harap kita tak lagi canggung mulai saat ini. Kau tahu, aku merasa tidak nyaman” ucap pria itu dengan senyum kekanakannya.
Dara tersenyum hangat sebelum mengangguk, “Kau ingin aku bertanya?” tanya Dara yang dibalas dengan anggukan kepala Jiyong, “Bagaimana dengan menceritakan keluargamu terlebih dahulu, seperti kau berapa bersaudara, darimana ayahmu dan ibumu berasal, siapa teman-temanmu dan sebagainya? Aku akan menceritakan keluargaku setelah kau selesai” ucap Dara mengangkat bahunya.
Jiyong mengangguk mengerti, “Bagaimana jika kita keliling rumah ini seraya aku menceritakan keluargaku. Akan ada beberapa foto keluarga di beberapa sudut rumah ini” ucap Jiyong memberi saran, Dara mengangguk setuju pada saran Jiyong.
Pria itu menjelaskan tentang keluarganya yang dimulai dari kapan ia lahir, dimana ia terlahir, siapa nama kedua orang tuanya, dimana ia pernah bersekolah, berapa banyak saudara yang ia punya dan masih banyak lagi. Ia pun menceritakan tentang pernikahannya dengan Jinah yang berakhir kematian gadis itu lima tahun lalu dan hubungannya dengan Kiko dan Hara.
“Aku benar-benar merasa sedih saat mendengar ceritamu dengan mendiang istrimu. Kau pasti sangat mencintainya” ucap Dara.
Jiyong tersenyum menanggapi ucapan gadis didepannya itu, “Apakah kau percaya jika aku mengatakan bahwa saat aku bersama kalian, aku bisa melupakan Jinah” ucap Jiyong, Dara menatapnya dengan senyum diwajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years Ago
FanfictionCerita klasik tentang CEO dan seorang single parent yang menjadi pegawainya. Kisah cinta CEO yang harus memilih antara menunggu dan melanjutkan. Kisah seorang Single parent yang harus menghidupi anak dan adiknya. --- "Bisakah kau hentikan eomma beke...