Jiyong mengambil dasinya, mengikatnya dan merapikannya. Sekali lagi, bayangan Jinah yang memakaikan dasi tersebut tercetak didepannya. Seolah itu semua adalah nyata. Seolah sosok wanita itu tak pernah pergi.
“kumohon Jinah-ya” ucapnya menutup matanya, ia menarik nafasnya dalam sebelum membukanya kembali. Ia memandang sekitarnya sebelum mengambil jasnya dan turun untuk sarapan.
Jadwalnya hari ini tidak begitu padat. Ia hanya perlu duduk mendengarkan perwakilan tiap divisi untuk mempresentasikan hasil kerjanya selama satu bulan ini dan mungkin mengevaluasi permasalahan yang ada selama beberapa waktu terakhir.
“mobil sudah siap tuan” ucap Hanbin, asisten pribadinya yang telah setia selama 8 tahun.
“terimakasih Hanbin” ucap Jiyong lalu beranjak untuk berangkat bekerja.
Mereka sampai sekitar 25 menit kemudian. Jalanan kota seoul tidak begitu padat hari ini dengan cuaca yang cukup bersahabat. Ia hanya berharap hari ini tak ada masalah yang begitu berarti. Ia benar-benar lelah bahkan untuk memikirkan masalah yang belum tentu ada.
“Sajangnim” setidaknya seluruh pegawainya membungkuk sopan saat ia memasuki gedungnya. Ia hanya mengangguk dengan wajah tanpa ekspresinya. Tak ada lagi senyum ramah dan sopan dari wajah tampan itu karena sumber kebahagiaannya telah pergi 5 tahun yang lalu.
Hanbin yang memimpin jalan kemana Direktur utama itu harus pergi. Salah satu tugas Hanbin sejak ia menjadi asisten pribadinya. “apakah semuanya sudah siap?” tanya Jiyong pada Hanbin saat mereka berada di lift untuk sampai di ruang konferensi.
“sudah Tuan, semuanya sudah siap dan mereka telah menunggu di ruang konferensi” ucap Hanbin menunduk.
Jiyong menganggukkan kepalanya, lalu melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Perusahaan ini cukup bagus ditangan Mr. Lee Jungsook, dan ia cukup bangga dengan orang kepercayaan ayahnya ini.
“Mr. Kwon” ia berbalik untuk melihat pria paruh baya seumuran ayahnya. Senyum hangat itu masih tercetak jelas diwajahnya.
“apakah semuanya sudah siap?” tanya Jiyong pada pria yang sudah ia anggap seperti ayahnya itu. Tuan Lee menganggukkan kepalanya lalu mempersilahkan Direktur utama mereka untuk masuk ke dalam ruangan konferensi.
Seluruh pegawai yang berada di ruangan konferensi berdiri untuk menghormati Direktur utama mereka. Ini kali pertama setelah 5 tahun dirinya memasuki ruang konferensi ini dan kembali memimpin rapat evaluasi.
Rapat diawali dengan laporan dari Direksi bagian Keahlian yang membicarakan tentang uraian kerjanya selama 5 tahun kebelakang secara garis besar. Selain uraian kerja, mereka pun membicarakan tentang masalah yang dialami mereka selama 5 tahun kebelakang. Dan project apa yang tengah mereka lakukan sekarang.
Dilanjutkan dengan laporan dari Direksi Pemasaran yang diminta langsung oleh Jiyong untuk langsung mempresentasikan pekerjaannya selama 5 tahun kebelakang. Ia menatap lamat dan memberi perhatian penuh pada Mr. Kim yang mempresentasikan bagian Direksinya.
“tunggu sebentar” semua hening. Tak ada yang berucap bahkan satu kata pun.
“y-ya Mr. Kwon?” tanya Mr. Kim gugup. Oh tuhan, ia hanya berharap bahwa ia tidak melakukan kesalahan walau ia tahu ia terlihat sangat gugup di depan para Direksi Tinggi yang lain. ini sungguh kali pertama ia melakukan ini.
“sejak kapan kau menjabat di Direksi ini Mr. Kim?” tanya Jiyong, maniknya yang kelam itu menusuk manik gugup Mr. Kim.
Maniknya bergerak tak tentu arah, “eum... sekitar 1 tahun yang lalu Mr. Kwon” ucap Mr. Kim dengan nada gugup yang kentara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years Ago
FanfictionCerita klasik tentang CEO dan seorang single parent yang menjadi pegawainya. Kisah cinta CEO yang harus memilih antara menunggu dan melanjutkan. Kisah seorang Single parent yang harus menghidupi anak dan adiknya. --- "Bisakah kau hentikan eomma beke...