Empatbelas

606 102 21
                                    

Dara kembali ke rumahnya setelah jam menunjukkan pukul 9 malam. Badannya benar-benar terasa lelah. dan besok pagi ia harus pergi ke Daegu untuk melakukan rapat bersama manajemen keuangan disana.

Wanita itu segera merebahkan tubuhnya di atas sofa, beristirahat sejenak sebelum ia beranjak untuk membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian. Selera makannya hilang, dan yang ia inginkan saat ini adalah terlelap dengan anak gadisnya berada di pelukannya.

eomma” gumam gadisnya saat tangan Sandara merengkuh tubuh mungil itu.

eomma disini baby

appa” keningnya berkerut saat Nara memanggil orang yang bahkan tak pernah hadir di hidupnya. Apakah Nara mulai merindukan ayahnya? “I miss You” bibirnya membentuk senyum tipis. Haruskah ia mengenalkan Nara pada Donghae?

“kita bertemu appa nanti, setelah aku selesai dengan pekerjaanku, eum” Dara mencium pipi anak gadisnya sebelum terlelap.

Ponselnya menghasilkan suara alarm, tepat pukul 5 pagi, waktu yang diminta Dara untuk ponselnya berdering. Ia mematikan alarmnya sebelum melepaskan pelukannya pada gadis disampingnya. Ia keluar dan bertemu dengan Mina baby sitter yang merangkap menjadi petugas rumahnya.

“selamat pagi eonni” sapa gadis berumur 2 tahun lebih muda darinya itu, Dara tersenyum lalu duduk dikursinya, “kau akan pergi bekerja?” tanya Mina. Dara mengangguk, “bahkan ini hari sabtu, apakah kau benar-benar harus bekerja?” tanya Mina lagi.

Dara menatap teman adiknya itu sebelum mendesah, “aku harus melakukan ini. Walaupun sebenarnya aku tak ingin tapi aku harus bekerja. Kebutuhan Nara dan Sanghyun mulai banyak” ucap gadis itu.

“semangat, aku tahu kau pasti bisa melakukan ini semua. Kau adalah wanita yang tangguh eonni” ucap gadis itu memberi senyuman terbaiknya, Dara berterimakasih sebelum memakan masakan yang disiapkan oleh Mina.

Setelah sarapan ia kembali ke kamarnya untuk memberi ciuman pada anak gadisnya. Minggu depan ia berjanji untuk mengosongkan waktunya untuk anak gadisnya ini. Sandara mencium kening dan pipi gadisnya sebelum mengambil tasnya dan pergi bekerja.

Tepat pukul 6 pagi Nara membuka matanya. Ia bergegas ke dapur hanya untuk kembali kecewa. Ibunya kembali bekerja bahkan di hari libur? Ada apa dengan pekerjaannya? Ia mendesah pelan sebelum berjalan ke arah meja makan dan duduk dikursinya.

“selamat pagi baby” ucap Mina dengan senyum cerahnya, “kau ingin sereal?” tanya gadis itu yang dibalas dengan gelengan kepala.

“bisakah kau hubungi appa? Aku merindukan appa” ucap gadis itu, “appa berbohong padaku” ucap gadis itu yang dibalas dengan senyum hangat Mina.

“apa maksudmu appa berbohong?” tanya Mina

“aku bilang pada appa untuk menghentikan eomma bekerja, tapi ia tetap bekerja. Bisakah kau menghubungi appa, eonni?” tanya Nara kini menatapnya.

Mina tersenyum sebelum mengangguk, “setelah kau menghabiskan sarapanmu” ucap Mina sebelum menyiapkan sarapan gadis kecil itu.

Untuk ukuran seorang anak kecil Nara memang sangat giat. Ia akan bangun pukul 6 pagi dan terlelap pukul 9 malam. Bagaikan telah di atur pada pabriknya, Nara tidak pernah bangun lebih dari jam 7. Kecuali saat ia sangat lelah ia akan kembali tertidur setelah membuka matanya dan bergumam pada ibunya.

---

Ponselnya berdering saat ia keluar dari kamar mandi. Ia melihat ID pemanggil dan tersenyum saat melihat nama gadis kecil yang bahkan semalam bertemu di mimpinya. Mimpi yang bahkan terasa sangat nyata. Dengan satu orang wanita dan gadis kecilnya dengan Jinah.

“yeobseo” panggilnya setelah menggeser layar tersebut.

Appa!!” teriak gadis itu membuat senyum Jiyong merekah. “apakah Appa akan pergi bekerja sekarang?” tanya Nara, kening Jiyong berkerut.

“tentu saja tidak, ini hari sabtu baby” ucap Jiyong.

“kau benar, ini hari sabtu tapi eomma pergi bekerja. Dan kau berbohong padaku Appa! Bad Appa!” ucap Nara dengan suara ‘hmph’ diakhir dan Jiyong dapat dengan mudah membayangkan wajah menggemaskan gadis kecil itu.

Setelah selalu bersama selama 2 bulan lebih, Jiyong dapat mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai oleh gadis kecil itu. Nara sangat suka menceritakan kisahnya di sekolah, lengkap dengan ekspresi wajahnya.

“aku hanya belum bisa berbicara dengannya baby” ucap Jiyong, setengah benar-setengah berbohong. Kemarin mereka melakukan rapat berdua tapi bagaimana ia bisa mengatakan pada Dara bahwa ia harus berhenti bekerja? Ia tak ingin gadis itu berhenti bekerja untuk perusahaannya. Dan bagaiamanapun Dara adalah pekerjanya yang dapat diandalkan.

“ingin pergi bersamaku hari ini?” tanya Jiyong, ia membuka lemarinya dan mengambil kaos dan celana jins. Ini hari sabtu dan ia memiliki rencana untuk berkencan dengan Hara hari ini, dan saat mendengar Dara tak ada dirumah itu artinya ia bisa membawa Nara pergi.

Dan mungkin mencoba peruntungannya memperkenalkan Hara pada gadis kecilnya itu. Meskipun Nara bukan anaknya tapi ia ingin tahu apakah Hara siap memiliki seorang anak bersamanya atau tidak. Apakah Hara siap untuk dinikahinya atau tidak.

Setelah menentukan waktu, Jiyong memutuskan sambungannya dan bergegas turun ke lantai dasar untuk sarapan bersama kedua orang tuanya. Jiyong menceritakan rencananya hari ini yang kembali di dukung oleh kedua orang tuanya.

Dan disinilah pria itu berada. Di depan rumah pegawainya yang bahkan bekerja pada hari libur. Meninggalkan anaknya sendiri. Akankah dirinya melakukan hal yang sama jika Jinah dan anaknya tak meninggal?

Sebelum ia keluar, ia menghubungi pekerjanya terlebih dahulu. Bertanya apakah benar Wanita yang menjadi ibu Nara itu pergi bekerja. Bukan ia tak percaya, ia hanya merasa Dara tak perlu melakukan itu. Meskipun wanita itu mengatakan bahwa ia akan pergi rapat di Daegu, tapi ia tak berfikir gadis itu akan melakukannya hari ini.

“kau sudah menunggu lama?” tanya Jiyong pada gadis yang berdiri dengan pakaian anggunnya. Rambut panjang gadis itu diikat dua memberikan efek lucu bagi gadis dengan mata sipit yang entah diberikan oleh siapa.

Setelah mengeratkan sabuk pengaman untuk gadis kecil itu ia segera menghubungi Hara. Kembali mengkonfirmasi dan mengatakan pada gadis itu untuk segera bergegas. “apakah tidak masalah jika aku membawa seseorang pada kencan kita kali ini?” tanya Jiyong

“siapa?” tanya Hara sedikit ragu.

“kau akan tahu nanti, aku berangkat sekarang” ucap Jiyong yang dibalas dengan gumaman Hara. Setelah ia memasukkan ponselnya ke saku ia segera membawa gadis kecil itu pergi.

“apakah itu kekasihmu?” tanya Nara menatap Jiyong, Pria itu tersenyum sebelum mengangguk, “apakah aku tak akan mengganggu kencan kalian?” tanya Nara.

Jiyong tersenyum hangat sebelum menyimpan telapak tangannya diatas kepala Nara, “semuanya akan baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir” ucap Jiyong.

Mereka sampai di apartement Hara, dan gadis itu cukup terkejut saat ia melihat ada gadis lain yang duduk di kursi penumpang. Dan Nara merasa bahwa dirinya harus turun dan pindah ke belakang. Tempat dimana ia berada setiap eomma dan Daesung samchon-nya mengajaknya berkencan.

Ini akan menjadi kencan keluarga yang ia rindukan, dan ia berharap semuanya akan sama meskipun dengan orang tua yang berbeda.

“Dia- siapa?” tanya Hara sebelum masuk. Nara tersenyum hangat lalu membungkuk sebelum masuk ke kursi belakang.

“kau bisa menganggapnya bahwa dia adalah anakku. Anak angkatku” ucap Jiyong dengan senyum diwajahnya.

Hara melirik pria itu dengan seribu pertanyaan di kepalanya. Haruskah ia menyerah untuk hubungannya? Tapi Jiyong benar-benar tak pernah memaksanya untuk menikah. Apakah ini akhir dari hubungannya dengan pria yang umurnya 7 tahun lebih tua darinya?

---see you at Chapter 15---

Five Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang