Saat jam makan siang, ia beranjak dari kantornya untuk menjemput Nara, ia tersenyum pada seluruh karyawan yang ia lewati dan masuk ke dalam mobil. Ia menunggu Nara di depan gerbang seperti biasa dan cukup terkejut saat ia melihat Sandara Park berada di tempat yang sama dengannya.
“apa yang anda lakukan disini Tuan?” tanya Dara, “bukankah saya telah mengatakan untuk menjauhi putri saya?” tanya Dara,
“appa!!!” mereka melirik Nara yang berlari kearah Jiyong dan memeluk kaki pria itu. Jiyong menggendong gadis kecil itu sebelum melirik ibu dari anak di yang ada di pelukannya. “apakah kita akan makan siang?” tanya gadis itu seolah ia tak melihat ibunya.
“Nara-ya” panggil Dara yang tak direspon bak gadis tuli. Ia terus menceritakan apa yang ia alami hari ini dengan Dara yang menatap anak gadisnya. Jiyong menatap ibu satu anak itu sebelum mencium pipi Nara.
“ibumu memanggilmu baby” ucap Jiyong berbisik, Nara melirik ibunya lalu mengangkat bahunya.
“biarkan saja, memangnya dia peduli padaku?” tanya gadis itu sebelum kembali menatap Jiyong dengan bibir terpaut.
“kau tak boleh berkata seperti itu pada ibumu. Jika kau berkata kasar pada ibumu aku akan berhenti menemuimu. Sekarang, minta maaf” ucap pria itu, Nara melirik ibunya lalu bergumam kalimat maaf.
“gwaenchana baby, eomma tahu ini salah eomma. Sekarang ayo kita makan siang di restaurant Hyoni Imo” ucap gadis itu menjulurkan tangannya agar anaknya mau turun dari gendongan direkturnya.
Nara menggeleng, “aku ingin makan siang bersama appa” ucap gadis itu sebelum memeluk leher Jiyong, Pria itu melirik wanita yang menatapnya dengan tatapan meminta maaf, Jiyong mengangguk mengerti sebelum membawa Nara ke dalam mobilnya.
“ikutlah dengan kami, ada yang ingin aku bicarakan padamu” ucap Jiyong tanpa bahasa formalnya. Dara menatap pria itu sebelum mengangguk. Mereka duduk dibangku belakang dengan Nara berada di pangkuan Jiyong. bercerita tentang kesehariannya disekolah.
Dan Sandara kini sadar bahwa ia melewatkan banyak moment. Ia tak ada saat anak gadisnya bercerita tentang sekolahnya. Tentang teman-temannya. Tentang kesehariannya. Tidak seperti pria di sampingnya yang terlihat mengetahui tentang banyak hal.
Ia menggeleng kepalanya, ia tidak bisa egois. Pria itu memiliki kekasih dan mungkin akan meninggalkan mereka berdua untuk kekasihnya itu. Ia hanya menyukai Nara karena ia telah terlanjur menyukai gadis yang membutuhkan seorang ayah. Ia...
“kita sudah sampai” ucap Hanbin menghentikan pemikiran Sandara dan obrolan Jiyong dan Nara. Mereka keluar dengan Nara yang masih berada di gendongan Jiyong. Gadis itu enggan untuk turun dan berjalan sendiri.
“bisa kau temani Nara sebentar? Aku akan berbicara dengan Mr. Kwon” ucap Dara pada Hyoni saat gadis itu mengunjungi Hyoni di dapur. Hyoni melirik gadis itu lalu mengangguk. Mereka makan dalam diam setelah masakan siap diatas meja mereka.
Dan seperti biasa, Jiyong akan memotong Steak yang dipesan Nara dan membantu gadis itu untuk meminum jusnya. Dan itu tidak luput dari pandangan Dara.
“Nara” panggil Dara, gadis itu melirik ibunya sebelum melahap irisan steak terakhirnya dan meminum jus jeruknya dengan bantuan Jiyong. “kau bisa menunggu eomma dan Mr. Kwon diluar setelah makan? Ada yang ingin aku bicarakan bersamanya” ucap gadis itu lembut.
Nara melirik pria disampingnya yang menganggukkan kepalanya sebelum kembali pada Dara dengan anggukan kepala, “aku akan bermain di ruangan Hyoni Imo” ucap gadis itu turun dari kursinya dan merapikan seragamnya sebelum pergi keluar.
Dara kembali menatap Jiyong setelah anak gadisnya itu menghilang dibalik pintu. Pria di depannya menyimpan wine yang baru saja ia sesap, “saya baru ingat bahwa anda belum menjawab pertanyaan saya saat di kantor tuan” ucap Dara tegas.
Jiyong tersenyum hangat menatap gadis itu dengan lembut, “tak perlu berbicara formal saat kita berada di luar kantor, hanya panggil aku degan nama depanku saja, berbicaralah senyaman mungkin” ucap Jiyong sebelum kembali mengambil gelas Wine-nya.
“tapi itu menyalahi aturan-“
“saya bosnya” ucap pria itu dengan alis terangkat. Dara menghela nafas lalu mengangguk, “pertanyaan mana yang kau maksud, Dara? bisa aku memanggilmu itu?” tanya Jiyong sedikit ragu.
Dara menatapnya sebelum kembali mengangguk, “pertanyaan mengapa anda melakukan ini pada Nara, apa yang kau inginkan... Jiyong?” tanya Dara masih sedikit ragu untuk memanggil nama Bosnya dengan nama depannya.
“sederhana, aku ingin memiliki seorang anak dan Nara mengingatkanku pada calon anakku yang ikut pergi bersama istriku 5 tahun silam” ucap Jiyong menatap gelas ditangannya.
“tapi kau akan menyakiti perasaan Nara saat kau menikah dengan kekasihmu. Apakah kau ingin menyakiti perasaannya seperti itu?” tanya Dara menatap Jiyong dengan alis berkerut. Ia tak bisa membayangkan bagaimana nantinya saat pria di depannya ini menikah dan memiliki keluarganya sendiri.
“apakah kau memiliki seorang kekasih Dara? Eum... seperti seorang pria yang akan kau kenalkan sebagai ayahnya kelak” tanya Jiyong, Dara menunduk, hanya satu nama. Daesung. Jika pria itu memang ingin menikahinya, memang serius terhadapnya, ia tak akan segan untuk mengenalkan Daesung pada Nara.
“Kang Daesung” gumam Dara,
“dari bagian design? Dia salah satu arsitek perusahaan bukan?” tanya Jiyong yang dibalas dengan anggukan kepala Dara membenarkan apa yang Jiyong ucapkan, “kau telah mengenalkan Daesung-ssi pada Nara?” tanya Jiyong.
Pria itu merasa sedikit tak rela harus segera melepaskan Nara. Haruskah ia mencari anak angkat di panti asuhan?
“itu bukan urusan anda Tuan, mengapa anda begitu peduli pada Nara?” tanya Dara kini menatap Jiyong tepat di maniknya.
“aku hanya ingin menjadikan Nara anakku bahkan dihari aku bertemu dengannya. Aku.. telah jatuh hati pada Nara pada saat pertama kali melihatnya” ucap Jiyong lalu tertawat kecil, “apa yang aku bicarakan?” pria itu menggeleng lalu menyesap minumannya.
“aku sangat berterimakasih karena kau telah menjaga Nara, kau memperlakukan Nara dengan sangat baik. Tapi kau bisa melakukan ini pada calon anakmu nanti Jiyong. Kau bisa tinggalkan Nara bersamaku, aku hanya tak ingin Nara terlalu berharap memiliki seorang ayah sepertimu, dan kau meninggalkannya”
“itu tak akan terjadi, Dara. Dan aku tak lagi memiliki kekasih. Aku tak membutuhkan itu, aku butuh seorang istri yang mau membentuk sebuah keluarga kecil” ucap Jiyong dengan senyum hangatnya. Dara menatap pria itu tanpa suara. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan pada pria itu, ia tak tau respon apa yang bisa ia berikan pada pria itu.
---see you at Chapter 18---
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years Ago
FanfictionCerita klasik tentang CEO dan seorang single parent yang menjadi pegawainya. Kisah cinta CEO yang harus memilih antara menunggu dan melanjutkan. Kisah seorang Single parent yang harus menghidupi anak dan adiknya. --- "Bisakah kau hentikan eomma beke...