Saat mereka akan pergi, mereka kembali dikejutkan dengan kedatangan Donghae. Pria itu datang dengan senyum mengerikan di wajahnya. “Kalian akan pergi?” tanya pria itu, Nara melirik pria itu sebelum memeluk leher Jiyong.
Jiyong melirik Dara dan menyembunyikan tubuh gadis itu dibelakangnya. Ia memberikan Nara pada ibunya, “Kau masuklah dulu, akan aku urus semuanya” ucap Jiyong, Dara menatap manik itu sebelum mengangguk dan kembali masuk ke apartementnya.
Donghae tertawa kecil, “Bersikap seperti pahlawan eh?” pria itu kembali tertawa mengejek.
“Apa yang kau mau Donghae-ssi?” tanya Jiyong tegas, wajah pria itu mengeras, “Bukankah sudah kami katakan bahwa Dara tak akan memberikan anak gadisnya padamu? dan kau tak perlu khawatir, aku telah menggantikan sosokmu dihidup gadis kecil itu”
“Kau tahu apa, Tuan?” tanya Donghae masih dengan tawa mengejeknya, “Kau hanya pria baru yang hadir di hidup Dara, berapa lama kalian berkencan?” tanya Donghae, “Oh apakah kau telah merasakan bagaimana nikmatnya wanita itu? aku bahkan merindukan sentuhan lembutnya”
Tangan Jiyong mengepal, bagaimana bisa Dara berhubungan dengan pria sepertinya? “Bisakah kau pergi tanpa membuat keributan Tuan?” tanya Jiyong dengan wajah tanpa ekspresinya,
“Tidak sebelum aku mendapatkan gadis kecil itu”
“Apa yang akan kau lakukan padanya?” tanya Jiyong.
“Itu bukan urusanmu Tuan” ucap Donghae dengan senyum mengerikannya.
“Itu adalah salah satu urusanku karena gadis yang kau inginkan adalah anakku” ucap Jiyong.
“Jangan bercanda, jelas dia adalah anakku. Wanita itu hamil saat aku meninggalkannya” ucap Donghae. “Dan aku yakin Dara tak akan tega untuk menggugurkan kandungannya” ucap Donghae dengan senyum mengerikan masih terpasang jelas di bibirnya.
“Mengapa kau baru mencarinya?” tanya Jiyong, ia hanya ingin tahu apa yang diinginkan pria ini dari gadis kecilnya.
“Aku hanya ingin dia, tak ada yang lebih. Aku membutuhkannya untuk membuktikan bahwa aku bisa menghasilkan anak. Mereka menyalahkanku karena aku tak bisa menghamili Yoona, mereka baru akan memberikanku perusahaan terbesar keluarga Im jika aku memiliki anak” ucap Donghae, “Jadi, bisakah kau berikan anak itu? kau bisa kembali membuatnya Tuan” ucap Donghae mengejek.
“Sepertinya hal yang kau inginkan hanya akan menjadi sebuah anganmu. Kau tak bisa membohongiku, kau... kau akan menjual gadis kecil itu untuk bisa hidup senang bukan?” tanya Jiyong dengan seringai diwajahnya.
Manik itu membulat, “Kau fikir aku tak tahu siapa dirimu Tuan?” tanya Jiyong, “Kau dicari oleh polisi sekitar atas penculikan dan penjualan anak dibawah umur. Kau... dan Im Yoona, wanita itu tak lagi bersamamu bahkan sejak tiga tahun yang lalu” ucap Jiyong melanjutkan. Menikmati wajah terkejut yang ditampilkan Donghae.
“Kau bisa ucapkan selamat tinggal pada Dara setelah polisi menangkapmu” ucap Jiyong, Donghae melirik kanan dan kirinya sebelum memukul Jiyong, namun pria itu tak kalah cepat dari gerakan Donghae. Pria itu mengunci tangan Donghae dan merapatkan tubuh pria itu ke tembok.
“Dara” panggil Jiyong
“Polisi dalam perjalanan kemari, mungkin sudah ada di depan” ucap Dara dari balik pintu, wanita itu berada dibalik pintu dengan Nara menggunakan headphone. Mereka telah membicarakan ini sebelum mereka memutuskan untuk pergi ke rumah kedua orang tua Jiyong.
Pria itu meminta Hanbin untuk mencari tahu siapa Donghae saat ia terbangun tadi malam, sebelum memindahkan Sandara untuk tidur dikasurnya. Pria itu juga meminta Hanbin untuk mencari tahu tentang Sandara Park dan masa lalunya.
Dan saat pagi hari, saat ia membuka ponselnya, ia segera mencari tahu kebenaran akan apa yang Hanbin temukan tadi malam. Ia mengatakan ini pada Dara dan berbicara dengan wanita itu untuk mencari Donghae dan membawa pria yang pernah bersamanya ke kantor polisi. Namun pria itu dengan senang hati datang lagi ke apartementnya.
Polisi datang saat Donghae mulai memberontak dan pria itu hanya dapat pasrah meskipun dengan mata yang memandang Jiyong dengan penuh kebencian. Polisi segera menangani Donghae dan berterimakasih pada Jiyong sebelum menggiring pria itu untuk dibawa ke mobil polisi.
Jiyong kembali masuk setelah polisi memasuki Lift. “Apakah mereka sudah pergi?” tanya Dara, Jiyong menatap keduanya sebelum mengangguk. Dara melirik gadis kecilnya, memeluknya erat dan mencium pelipis gadisnya itu.
Jiyong membawa keduanya keluar dengan tangan berada di punggung Dara, menggiring keduanya untuk keluar dari apartement mereka. Nara membuka Headphone dikepalanya lalu merentangkan tangannya pada Jiyong.
Pria itu tersenyum sebelum mengambil alih gadis kecilnya. Hidupnya akan kembali sempurna setelah ia menikah dengan Sandara. Hidupnya akan kembali lengkap setelah dua wanita disampingnya ini menjadi miliknya. Hidupnya akan menjadi lebih baik setelah menjadikan keduanya miliknya secara resmi.
---
Hyeji tidak menyangka ia akan kedatangan tamu spesial. Sandara Park dan Nara Park. Ia menatap anak lelakinya dengan tatapan menggoda, namun berubah saat menyadari ada beberapa bekas lebam diwajah itu.
“Astaga apa yang terjadi padamu?” tanya Hyeji menangkup wajah anaknya, “Apakah sesuatu terjadi?” tanya Hyeji, Jiyong tersenyum sebelum bergumam, “Gwaenchana”.
Wanita itu beralih pada Dara dan Nara yang masih berada disisi Jiyong. “Duduklah aku akan siapkan minuman untuk kalian berdua” ucap Hyeji dengan senyum hangatnya. Hyeji menarik anak lelakinya agar ia ikut bersamanya ke dapur. Ia akan menginterograsi anaknya hingga pria itu menceritakan semuanya.
“Apakah kalian telah bersama?” tanya Hyeji, “Aku yakin itu adalah Sandara Park. Dan Seungri tidak berbohong saat ia mengatakan bahwa Sandara Park itu cantik. Aku menyukainya untukmu” ucap Hyeji dengan kilau dimatanya.
Jiyong bernafas lega walaupun ia tahu ibunya akan menyukai Sandara untuknya, wanita paruh baya itu selalu mendukungnya. “Untuk pertanyaan ia telah bersamaku atau tidak, aku tak begitu yakin. Aku bahkan merusak momen kami tadi pagi dengan langsung memintanya untuk menjadi istriku” ucap pria itu menunduk.
“Kau menyesal?” tanya Hyeji meskipun tahu jawaban dari anak lelakinya, “Lalu apa yang dikatakan olehnya? Apakah ia langsung menerimamu?” tanya Hyeji.
Jiyong menggeleng dengan paut dibibirnya, “Seperti dugaanku. Wanita itu terlihat mandiri dan tak materialistis. Kau memang cerdas memilih seorang Istri, seperti ayahmu yang memilihku untuk menjadi istrinya” ucap wanita itu dengan angkuh.
Jiyong tertawa kecil mendengar penuturan ibunya, ia memiliki sifat angkuh yang terkadang menyebalkan tapi dalam batas wajar, dan ia beruntung ia lebih banyak mengambil sifat ayahnya yang terkesan acuh. “Jangan bandingkan ia dengan Jinah, eum. Aku baru akan membawanya ke pemakaman Jinah saat ia siap untuk menjadi istriku” ucap Jiyong.
Hyeji menganggukkan kepalanya mengerti, “Kau bisa kembali ke ruang tengah untuk berbincang dengannya. Jiyong mengangguk sebelum mencium pipi ibunya dan pergi meninggalkan wanita itu menyiapkan minuman untuk Dara dan Nara.
---see you at Chapter 23---
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years Ago
FanfictionCerita klasik tentang CEO dan seorang single parent yang menjadi pegawainya. Kisah cinta CEO yang harus memilih antara menunggu dan melanjutkan. Kisah seorang Single parent yang harus menghidupi anak dan adiknya. --- "Bisakah kau hentikan eomma beke...