Duapuluhlima

893 118 17
                                    

Warning!!!!

Ada bagian Ratednya disini jadiii buat anak dibawah umur yang sekiranya belum pernah baca jangan baca daripada nanti dee disalahin sama emak babehnya gara gara baca ff tak berfaedah ini wkwk

----

Resepsi pernikahan keduanya diadakan hari itu juga. Mereka menggelar pesta besar yang dihadiri oleh rekan bisnis Jiyong dan sahabat pria itu. Daesung memeluk Dara sebagai ungkapan bahagianya karena gadis yang bahkan masih berada di hatinya itu terlihat sangat bahagia bersama pria yang kini telah menjadi suaminya.

Setelah acara selesai, keduanya kembali ke rumah mereka dengan Nara yang ikut bersama kakek neneknya. Gadis itu bahkan berpesan untuk membuatkan adik bayi untuknya yang dibalas dengan tawa kecil Jiyong dan rona merah Dara dengan senyum manis malu-malu dari gadis itu.

“Kau terlihat sangat cantik babe” ucap Jiyong saat mereka berada di dalam kamar mereka yang entah sejak kapan telah dihias dengan sangat elegan. “Kau siap dengan malam pertama kita?” tanya Jiyong, ia sungguh menunggu malam ini.

“Aku tidak percaya bahwa pada akhirnya aku akan bersamamu” ucap Dara menatap manik menenangkan dihadapannya. “Aku harus berterimakasih pada Nara untuk menyatukan kita” ucap gadis itu dengan senyum hangatnya.

Jiyong menyimpan tangannya di pinggang gadis itu, membawa tubuh mereka untuk bersatu. “Aku akan berterimakasih pada Nara untuk membawamu padaku” ucap Jiyong sebelum mencium pipi Dara, rona merah itu tercetak jelas diwajah gadisnya.

“Aku mencintaimu” gumam keduanya dengan kening saling menyentuh. Mereka dapat melihat dengan jelas cinta dimata masing-masing. Cinta tak terucap yang teramat besar dapat tergambar jelas disana. Cinta yang bahkan tak berujung itu dapat terasa dengan jelas disetiap detakan jantung keduanya.

Jiyong meneguk liurnya, mendekatkan wajahnya pada wajah istrinya, mencoba untuk menenangkan detak jantungnya yang bahkan lebih hebat dari saat malam pertama dengan Jinah delapan tahun yang lalu. Bibir mereka kembali bertemu setelah beberapa jam yang lalu mereka membagi ciuman di depan para teman-teman mereka di acara resepsi pernikahan mereka.

Bibir lembut itu terasa sangat pas di bibirnya. Dengan tarikan nafas mereka menjauhkan bibir yang tadi menempel, “I Love You babe” gumam Jiyong sebelum mencium bibir Dara yang terbuka sedikit. Dengan keberanian yang ada, pria itu menyesap bibir gadisnya menghasilkan lenguhan dari bibir Sandara.

Tangannya berpindah tempat ke tengkuk Sandara demi memperdalam kecupan yang ia yakini akan berakhir dengan surga yang dirindukan oleh keduanya. Bibir dan lidahnya bermain dengan mata keduanya yang terpejam rapat. Menikmati permainan lembut yang menuntut.

Jiyong melepaskan ciumannya saat ia kehabisan nafas. Ia menatap wajah gadisnya yang merah padam, ia bisa merasakan hawa panas dari dalam tubuh gadis di depannya dengan mata yang terpejam. Ia menggigit bibirnya untuk meredam perasaan yang telah membuncah di dadanya.

Mata Sandara terbuka, bertemu tatap dengan manik coklat muda Jiyong. Keduanya tersenyum sebelum kembali bertemu di tengah, dengan Dara yang menjinjit dan Jiyong yang sedikit menunduk. Meraup bibir merah muda yang baru saja dilepasnya beberapa menit yang lalu.

Bibir sensual itu turun ke leher jenjang Sandara. Menyicipi leher putih itu dan menyesapnya kuat menghasilkan beberapa tanda cintanya untuk gadis dipelukannya. Tangan di pinggangnya berpindah kebelakang gaun yang masih digunakan gadisnya. Membuka gaun itu hingga jatuh melingkari kaki Sandara, menyisakan gadis itu hanya dengan pakaian dalamnya.

Jiyong berjalan dengan Dara di pelukannya. Mendorong gadis itu hingga mereka berada di atas kasur dengan Jiyong berada diatasnya, yang kini bermain dengan tulang selangka gadis itu menghasilkan suara erangan tertahan yang bisa menaikan gairah Jiyong.

Five Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang