Dhiya[2]

1.4K 63 5
                                    

kalau ada hal yang bisa mengubah mood dalam waktu sekejap itu adalah senyuman ~ dhiya

                                                            ******

Aku masih menopang dagu sambil menatap punggung diyaz dari tempatku duduk. Diyaz wiyoko, ini nih baru pantes dijadiin idola. Ganteng , pinter nggak petakilan, rajin dan cool.

Hampir Tiga tahun satu sekolah dengan cowok yang biasa kita sapa iyaz ini sebenarnya cukup membuatku senang. Cukup. Iya hanya sebatas cukup memerhatikan , melihatnya dari jauh berbicara hanya seperlunya. Dan sekarang yang lebih menyenangkan aku satu kelas dengannya.

"woii sadar." Aku tergagap ketika jojo menyenggol lenganku. " lo lihatin muluk kagak bakal dapet dhiy." Ujar jojo yang tak ku anggap, mataku masih mengikuti langkah Diyaz yang baru saja menghilang dibalik pintu. Dari tadi selama pelajaran terakhir hari ini yaitu pelajaran bahasa inggris. Aku tidak fokus pada bu gita karena terlalu asik memerhatikan diyaz.

"iya dhiy, udah mau tiga tahun udah mau lulus lho." Gendis yang duduk tepat di depanku ikut menimpali.

" cewek maju duluan nggak pa-pa dhiy, nunggu muluk jamuran entar." Tambah gendis lagi Kelas sudah kosong hanya kami berempat, mereka bertiga sedang menungguku yang masih mengemas buku kedalam tas.

"jangan dhiy, mending fokus UN dulu. Lagian akhir-akhir ini lo sering kena masalah kurang fokus pelajaran," sifa ikut membumbui dia berbeda pandapat dengan gendis dan jojo.

"iya dhiy, lo kenapa sih ada masalah ya?" aku menatap jojo yang baru saja bertanya lalu beralih pada sifa dan gendis yang juga menatapku dengan tatapan bertanya.

" nggak kok, udah ah gue mau pulang ." aku segera berdiri meninggalkan mereka dengan seulas senyuman. Gerutuan terdengar dari ketiganya yang tidak terima karena sudah rela menungguku aku malah jalan duluan.

"dhiy lo kan disuruh ketemu bu heni dulu." Teriak jojo yang berjalan dibelakangku.

"males ah paling diceramahin doang, gue duluan ya ." aku berjalan cepat menuruni tangga sambil terus menatap layar ponselku. Menunggu balasan pesan singkat dari kakakku.

"huh." Aku mendengus kesal membuka pesan singkat yang baru saja masuk. Mas aksa lagi-lagi dia tidak bisa menjemputku dan mengutus pacarnya untuk menjemputku. Hal yang sangat menyebalkan berurusan dengan perempuan itu. Cerewet.

Akhirnya setelah menimbang aku memutuskan untuk berbelok kekiri ke gedung selatan untuk menuju ruang BP. Tadi setelah dari kantin vani salah satu teman sekelasku memberi tahu kalau setelah jam pelajaran terakhir aku disuruh menghadap bu heni guru bimbingan konseling.

"dhiy..'' aku menghentikan langkah dan menoleh kebelakang. Mereka bertiga lagi, tiga teman terdekatku itu berlari menghampiriku.

"katanya mau langsung pulang kok kesini gerbangnya kan disebelah sana?" gendis menunjuk kearah gerbang yang terlihat sedikit.

"Mas aksa nggak bisa jemput, yang jemput mbk laras masih setengah jam lagi. Gue temuin bu heni aja dulu lah " Jelasku melirik jam tangan ditangan kiri.

"oh, yaudah kalau gitu kita duluan ya?" ujar jojo .

"iya kalau ada apa-apa" sifa berhenti bicara, aku gendis dan jojo menatapnya dalam diam menunggu dia melanjutkan kalimatnya.

"apa?" tanyaku

"apanya?" sifa balik bertanya membuat kami bertiga semakin mengerutkan dahi.

"iya lo tadi bilang 'kalau ada apa-apa' kenapa?" jojo mencoba menjelaskan.

DhiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang