Dhiya[35]

639 38 4
                                    


Cara terbaikku mencintainya adalah dengan berlari menjauh darinya. Karena aku tahu akan ada banyak luka jika aku membersamainya

**

Gue suka sama lo Dhiyandra ,

Dan gue cemburu karena itu,

Kalimat Diyaz itu seolah menghipnotis pikiran Dhiya, selalu terulang lagi dan lagi terdengar. Padahal hari sudah berganti dan Diyaz sudah tidak berada di dekat Dhiya. Semalaman Dhiya sampai tidak bisa tidur karena memikirkan hal itu. hatinya bimbang, ada Diyaz cowok yang hampir tiga tahun mengisi hatinya. Selama hampir tiga tahun dia diam-diam menyukai Diyaz. Sekarang setelah apa yang ia harapkan terjadi keadaan tak sama lagi. Disaat Dhiya mulai berusaha melupakan dan menghapuskan perasaannya untuk Diyaz, cowok itu datang dan mencoba menghidupkan perasaan Dhiya kembali. Namun Dhiya terus berusaha menghilangkan kalimat-kalimat itu jauh dari pikirannya.

"Wahh akhirnya, setelah lama penantian Dhiy,"ekspresi senang terlihat dari wajah Gendis setelah Dhiya menceritaka kejadian Diyaz yang tiba-tiba datang ke rumahnya malam-malam serta kalimat-kalimat yang Diyaz ucapkan.

"Tapi Diyaz kan udah punya cewek Dis, nanti Dhiya jadi pelakor dong kalo sama Diyaz," tutur Sifa.

"Buset Fa, bahasa lo emak-emak banget deh, pelakor?" Gendis Dhiya dan Jojo tertawa. Sifa mengerucutkan bibirnya sebal.

"Eh tapi bener sih kata Sifa, kalian nggak nilai Diyaz cowok brengsek emang? Bayangin aja , dia punya cewek tapi bilang suka sama cewek lain. Apa nggak bisa disebut cowok kurang ajar tuh?" timpal Jojo. Sesaat mereka berempat yang duduk di meja paling pojok kantin, tempat paling nyaman buat ngerumpi hanya terdiam. Sibuk dengan pemmikiran masing-masing.

"Kalo lo sendiri emang gimana Dhiy? Maksud gue, perasaan lo ke Diyaz masih sama atau udah pindah ke cowok songong itu?" tanya Gendis. Dhiya yang sedang menikmati es jeruknya menatap ketiga temannya bergantian yang juga tengah menunggu jawabanyya.

"Ehmm, nggak taulah. Gue mau fokus ujian dan nggak mau terlalu mikirin Diyaz dan segala tingkah lakunya, gue mau berusaha bersikap kayak biasanya aja." Jawab Dhiya mantap.

"Gue setuju," seru Sifa mengajak toss Dhiya.

"Yakin nih? Emang beneran belum jadian sama Aal?" tanya Jojo sambil menaik turunkan alisnya menggoda Dhiya.

"Apaan sih Jo, nggak gue sama Aal ya seperti biasanya aja kok kalian aja yang melebihkan kayak netijen aja,"

"Sialan lo gue bukan netijen ya," protes Jojo melempar kripik pisangnya ke Dhiya yang dengan gesit mengelak. "Calon selebgram gue," ucap Jojo sombong. Ya memang diantara mereka berempat Jojo yang paling update di sosial media.

"Eh lo kenapa Dis kok diam aja?" tanya Dhiya yang menyadari kalau Gendis terlihat tak secerah tadi air mukanya.

"Nggak kebayang kita bakalan pisah deh, lulus nanti gue tetap sih kuliah di Jakarta. Sifa udah dipastikan pindah ke Palembang. Lo berdua kemana?" tutur Gendis dengan nada lemas.

"Iya nih, Papa gue udah dapat kepastian bakalan pindah kerja ke Palembang. Mau nggak mau gue harus ikut," Sifa turut berubah sendu.

"Gue tetap di Jakarta deh kayaknya sih. Tetap coba ikut SBMPTN kan?" ujar Jojo yang diangguki Sifa dan Gendis.

"Kalau gue, belum tau. gue belum punya tujuan masa?" Dhiya tertawa hambar. Dia bahkan belum memikirkan akan lanjut kuliah dimana. Dhiya pun belum membicarakan hal itu bersama dengan edua kakaknya. "Mau kuliah dimanapun kita nanti, kita bakalan tetap jadi sahabat Dis,Fa, Jo. Kalian tetap jadi teman terbaik yang pernah ada dalam hidup gue," ucap Dhiya yang mengundang haru ketiga temannya.

DhiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang