Jangan pernah takut untuk terus bersamaku, karena aku tak pernah takut untuk mempercayakan hatiku padamu
Aal duduk di bangku panjang depan kelas Dhiya beberapa kali dia melempar senyum membalas sapaan teman yang melewatinya. Ia menunggu Dhiya yang terlihat masih membereskan tasnya bersama Jojo.
"Aal," panggil seseorang yang kemudian mengambil tempat di samping Aal "Lo kok belum pulang sih beb?" tanyanya sambil mengusap pundak Aal.
"Apaan sih lo Clar, suka-suka gue mau pulang atau nggak," ujar Aal menyingkirkan tangan Clara sedikit menggeser duduknya.
"Pulang bareng yuk, kangen tau sama lo Aal. Kangen lo bonceng motor," ucap Clara lagi dengan bergelayut manja di lengan Aal. Dia sengaja melakukan itu tepat saat Dhiya dan Jojo keluar kelas. Namun Aal belum menyadarinya.
"Apaan sih emang gue driver ojek online," lagi Aal menepis dan menjauhkan diri dari Clara. Setengah mati hatinya menahan amarah dengan kelakuan Clara. "Dhiya, udah kelar?" Aal berdiri begitu menyadari Dhiya sudah berdiri di ambang pintu kelas. Dhiya tersenyum tipis.
"Lo kayaknya masih ada urusan lain Al, gue duluan ya?" kata Dhiya menarik tangan Jojo dan berjalan meninggalkan Aal. Tanpa memperdulikan Clara yang masih disana Aal mengejar Dhiya yang berjalan cepat. Aal menahan tangan Dhiya saat ia sampai di ujung tangga.
"Eh gue udah nungguin lo, Jo lo duluan aja Dhiya biar sama gue," kata Aal, Jojo melihat Dhiya meminta pendapat.
"Yaudah gue duluan," ucap Jojo berjalan lebih dulu. Dhiya masih diam memalingkan pandangan ke arah selain pada Aal.
"Lo kenapa Dhiy? Cemburu ya," goda Aal menunjuk tepat di depan wajah Dhiya.
"Cemburu apaan sih, ngapain juga gue cemburu." Bantah Dhiya. Aal tertawa keras apalagi kalau bukan menertawakan wajah Dhiya yang memerah.
"Udah deh ngaku aja?"
"Nggak," jawab Dhiya sok jutek.
"Gue anterin pulang ya?"
"Gue udah dijemput sama supir Aal,"
"Udah ayo gue anterin pokoknya," Aal menarik tangan Dhiya dan memaksanya untuk ikut menuju parkiran. Aal tak menggubris sama sekali protes dari Dhiya. Sampai di parkiran walau dengan cara dipaksa Dhiya ikut naik ke jok belakang motor Aal.
"Supir lo nunggu dimana?" tanya Aal.
"Biasanya di luar deket angkot ngetem," jawab Dhiya " Nah itu tuh," tunjuk Dhiya pada mobil berwarna hitam dan seorang pria paruh baya berdiri di sampingnya.
"Nah udah sampai, sekarang lo boleh turun," ucap Aal saat dia menghentikan motornya tepat di depan mobil Dhiya. Dhiya turun dan menatap bingung Aal.
"Jadi?" Aal tertawa melihat ekspresi bingung Dhiya.
"Sampai sini juga udah bisa disebut nganterin kan?"
"Sialan lo," Dhiya meninju lengan Aal yang tertawa terbahak-bahak. Dhiya pu ikut tertawa tak menyangka dengan kelakuan Aal yang sedikit gila. Dhiya sudah khawatir jika Aksa tau Aal mengantarnya, ternyata Aal hanya mengerjainya saja.
"Udah sana pulang, gue ikutin di belakang. Walaupun lo nggak bareng sama gue, gue tetap jagain lo," ucap Aal. Yang membuat Dhiya rasanya mau meleleh apalagi di bawah teriknya matahari. Mencair sudah perasaannya karena kalimat manis Aal.
"Yaudah gue masuk, makasih ya udah nganterin," ucap Dhiya melambaikan tangan sebelum masuk ke dalam mobil yang tak berapa lama melaju. Aal pun beranjak melajukan motornya mengikuti mobil Dhiya sebagai bentuk penjagaan. Di dalam mobil Dhiya sesekali melihat ke belakang. Sampai memasuki kompleks perumahan Aal masih berada di belakang mobil Dhiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhiya
Teen FictionDhiya menyukai Diyaz. Hampir tiga tahun lamanya dia mencintai cowok dingin dan irit senyum itu dalam diamnya. Di saat Dhiya memiliki keberanian untuk menyatakan, kekecewaan yang harus dia dapatkan. Di saat bersamaan Aal yang masih di hantui rasa s...