cinta tetaplah milik sepihak, jikalau tidak di ungkapkan. manisnya hanya jadi sebuah angan ~ dhiya
*****
pagi ini akhirnya tetap mas aksa yang pergi ke sekolah untuk menemui bu heni. merengek bagaimanapun pada kakak kedua ku itu tidak pernah berhasil. jadi di sinilah kami berjalan menuju ruangan bu heni. mas aksa terus menggandeng tanganku seolah tahanan yang akan kabur. Meski sudah menolak dia tetap menarik tanganku. Bel tanda pelajaan pertama di mulai sudah berdering nyaring hampir lima menit yang lalu. Aku tidak langsung masuk kelas karna harus bertemu bu heni. Begitu sampai aku dan mas aksa yang memang sudah ditunggu langsung saja masuk menghadap bu heni.
" kami minta maaf pak, mengganggu kesibukan pekerjaan." Pak? Aku menahan tawa mendengar mas-ku yang umurnya belum tua-tua amat dan belum menikah dipanggil bapak.
"tidak apa-apa buk kewajiban saya untuk dhiya." Aku tersenyum mendengar mas aksa menjawab dengan bahas yang begitu halus.
"begini pak, akhir-akhir ini dhiy sering sekali melakukan pelanggaran. Seperti terlambat masuk ke kelas, tidur dikelas, tidak mengerjakan tugas, nilainya juga turun drastis." Bu heni mulai pengaduan awalnya mas aksa hanya fokus mendengarkan dan memerhatikan bu heni sampai
"bahkan rabu lalu dia manjat pagar karna terlambat." satu detik berikutnya mas aksa mengarahkan tatapannya yang tajam kearahku, aku melengos menghindarinya.
Aku ingat hari itu, hari rabu yang paling laknat. Aku bangun kesiangan dan berangkat naik angkot karena mas aksa sudah berangkat kantor. Karena tidak sempat sarapan dirumah dan kebetulan bertemu gendis didepan gerbang yang mengajakku untuk sarapan bubur ayam diwarung kaki lima depan sekolahan. Aku menikmati sarapan dengan santai padahal kurang dari dua menit gerbang sudah akan ditutup.
"dhiy ayo masuk udah mau ditutup tuh gerbangnya." Gendis sudah siap berdiri untuk masukk.
"mubazir dis kalau nggak dimakan, bentaran ah." Aku melanjutkan makanku. Gendis menggerutu susah payah dia mengangkat kaki melangkahi bangku yang kami berdua duduki.
"buset telat tuh entar."
"udah lo duluan sono gue masih laper."
"yeelah serah deh gue duluan." Kulihat gendis berlari dengan beberapa siswa yang juga baru saja datang kearah gerbang yang bersiap untuk ditutup.
Tiga, dua, satu dan pintu gerbang ditutup. Aku menghabiskan bubur ayamku sepuluh menit berlalu aku melangkah menuju samping sekolah , aku sering melihat seniorku dulu keluar untuk membolos lewat sana. Dan yah aku mencoba tembok yang tidak terlalu tinggi kupanjat dengan menumpuk beberapa barang yang kutemukan disekitar sana. Berhasil aku melompat turun tanpa ketahuan.
Aku kira tidak ketahuan tapi diujung bangunan yang merupakan laboraturium bu heni sudah berdiri dengan berkacak pinggang. Dan jadilah hari itu aku dihukum menyapu seluruh ruangan laboraturium.
" untuk ketertiban kami akan berusaha memperketat pengawasan , sedangkan untuk hasil nilai kami memiliki saran agar dhiya mau mengikuti bimbingan dari sekolah" Bu heni lanjut dengan laporannya.
"apa yang menurut bu heni terbaik buat dhiya, saya setuju." Ucap mas aksa tanpa banyak bertanya bagaimana proses bimbingan itu
" baiklah, harap maklum jika nanti dhiyandra sering pulang sore karena pelajaran tambahan."
"iya bu saya akan memaklumi, saya juga berharap dhiy bisa berprestasi seperti sebelumnya." jujur saja Bangga punya mas aksa yang masih perduli dengan adiknya yang nakal ini. Aku tersenyum lega.
" kalau begitu saya mohon pamit bu masih ada pekerjaan."
"oh iya pak terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk datang." Aku dan mas aksa berdiri begitupun bu heni setelah berjabat tangan kami berdua pamit keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhiya
Teen FictionDhiya menyukai Diyaz. Hampir tiga tahun lamanya dia mencintai cowok dingin dan irit senyum itu dalam diamnya. Di saat Dhiya memiliki keberanian untuk menyatakan, kekecewaan yang harus dia dapatkan. Di saat bersamaan Aal yang masih di hantui rasa s...