Satu bagian dari hidup yang aku sukai adalah kenangan. Aku berhak membawanya, membuangnya , menyimpannya bahkan setelah waktu yang akan berlalu. ~ Dhiya.
~ ~ ~ ~ ~
Aku sudah berada didalam kelas duduk ditempatku, kembali kekelas hanya dengan Sifa dan Gendis yang kini sudah sibuk dengan ponselnya masing-masing. Sedangkan Jojo masih berduaan bersama Doni di kantin.
Tak berapa lama duduk sendiri , Jojo datang dengan raut wajah gugup bibir manyun. Dengan kasar dia duduk di bangkunya di sampingku.
"Kenapa lo Jo?" tanyaku. Jojo hanya diam, malah menggigit bibir bawahnya, dia kelihatan gugup.
"Ada apasih?" tanyaku lagi begitu penasaran. Jojo hanya menggelengkan kepala.
"Nggak pa-apa lagi kesel aja sama Doni," Jawabnya kemudian. Kalau masalah dengan Doni aku sudah angkat tangan deh, mereka berdua sudah terlalu sering terlibat dalam pertengkaran kecil tapi biasanya hanya bertahan satu atau dua jam saja, nanti juga baikan lagi.
"Oh." Aku kembali menatap pada layar ponsel, tak berniat bertanya lebih banyak lagi.
"Anju.!! Gue baru inget," Aku menepuk jidat karena lupa sesuatu. " Nilai ulangan gue gimana Jo?" tanyaku , Jojo malah mengendikkan bahu.
"Kok nggak tahu sih, hidup mati nihh?" Jojo terlihat menahan tawa.
"Gendis, nilai ulangan gue gimana?" aku beralih bertanya pada Gendis yang kompak dengan Jojo mengendikkan bahu tidak tahu.
"Gue nggak tahu Dhiy nilai lo berapa, hasilnya bukan gue yang bawa," Kata Jojo,aku mengernyit bingung, aku melihat kertas ulangan Jojo tergeletak di atas meja.
"Dhiy," Aku mendongakkan kepala begitu mendengar namaku dipanggil. Iyaz berdiri dan menyodorkan kertas ke arahku. Aku mengambilnya lalu menatap tak percaya.
"Nanti pulang sekolah ya," Ucap Iyaz aku kembali melihat ke arahnya sambil tersenyum senang. Delapan koma lima adalah nilai yang ku dapat dari ulangan matematika tadi.
"Oke." Jawabku, Iyaz hanya tersenyum sebelum kembali ke tempat duduknya.
"Ciyeee, jadian nih bentar lagi," Jojo menyepak lenganku dengan lengannya.
"Kok bisa sama Iyaz hasil ulangan gue?" tanyaku sambil mengusap-usap kertas di tanganku seolah ini adalah tangan Iyaz.
"Tau, dia yang minta tadi kayaknya sama Denis pas dia bagiin," jelas Jojo. Artinya Iyaz sengaja meminta hasil ulanganku. Perhatianm kecilmu Yaz selalu saja berhasil mencetak senyuman bahagia diwajahku. Membuat letupan detak jantung yang terkadang sulit aku kendalikan. Selalu bisa hanya dengan mengingat senyumannya yang tipis membuat wajahku seluruhnya merah.
*****
Bel tanda pelajaran hari ini berakhir sudah berdering lima menit yang lalu. Seluruh murid berhambur keluar kelas untuk pulang. Termasuk kelasku, tapi aku dan Jojo masih berdiri di depan kelas. Jojo menunggu Doni dan aku menunggu Iyaz yang masih menyelesaikan sedikit tugasnya di dalam kelas.
Gendis dan Sifa sudah pamit pulang duluan. Sampai suasana sudah tak begitu ramai Iyaz masih di dalam. Aku masih sangat sabar menunggunya selesai.
"Sial.!!!" Umpat Jojo ,aku menoleh ke arahnya bingung. Aku melihat dari arah sana muncul Aal dan Doni. Aal tersenyum, Senyuman yang lebih menyerupai seringai, kilat matanya terarah pada Jojo.
" Halo Joojoooo.." sapanya masih dengan senyuman yang meggantung di bibirnya, ikut berhenti saat Doni menghampiri Jojo. Dia bahkan tertawa melihat Jojo yang wajahnya ditekuk. Bibirnya manyun naudhubillahimindzalik panjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhiya
Teen FictionDhiya menyukai Diyaz. Hampir tiga tahun lamanya dia mencintai cowok dingin dan irit senyum itu dalam diamnya. Di saat Dhiya memiliki keberanian untuk menyatakan, kekecewaan yang harus dia dapatkan. Di saat bersamaan Aal yang masih di hantui rasa s...