11. Mereka Jadian?

15 5 1
                                    

"Hoaaamm, udah jam 03.30 gue harus mandi," Kata Camellya sambil beranjak bangun dari kasurnya.

"Airnya!!! Dingin!!! Bibi, kok airnya dingin?" Teriak Camellya dari dalam kamar.

Saat itu Bi Marni memang berniat untuk membangunkan Camellya. Hingga iya mendengar panggilan dari Camellya. Bi Marni masuk ke kamar Camellya.

Berdiri di depan pintu kamar mandi seraya berkata
"Maaf non. Showernya memang lagi rusak. Belum diperbaiki, rencananya nanti baru ada perbaikan."

Camellya hanya bisa menggigil dingin di dalam kamar mandi. Dan dengan segera ia menyelesaikan mandinya. Setelah itu, Camellya mulai berganti baju dan melaksanakan sholat subuh. Diambilnya ruku dan sajada di lemarinya. Dilaksanakan sholatnya dengan khusyuk seraya berdoa.

"Ya Allah. Ampunilah segala dosa ku, dosa kedua orang tuaku dan keluargaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku. Ampunilah dosa nenek, kakak dan juga Rynan ya Allah. Dan hindarkanlah segala penyakit dariku dan keluargaku. Ya Allah, kabulkanlah segala doa dan permintaanku. Semoga aku mendapat surga-Mu ya Rabb," Doanya seusai sholat.

Dengan buru-buru Camellya menyiapkan bukunya. Memang menjadi kebiasaannya untuk menyiapkan buku di pagi hari mendesak. Setelahnya. Ia mulai turun ke lantai bawah dan melahap makanannya.

"Lya pelan-pelan makannya," Nasehat Vendi pada anaknya itu.

"Nggak bisa pa! Nanti Camellya telat," Ucapnya sambil menggenggam sebuah roti ditangannya dan mulai bersalaman pada orang tuanya.

"Camellya berangkat! Mom, dad, assalamualaikum" Tidak biasanya Camellya memanggil orang tuanya dengan sebutan mom and dad. Karena menurutnya, panggilan itu terlalu terlihat kasih sayangnya. Sedangkan yang Camellya inginkan adalah menjauh dari keluarganya.

***

"Tunggu!!!" Teriak Camellya dari depan gerbang sekolahnya.

Dan ya seperti biasa, Camellya selalu saja telat. Beruntung hari ini pintu gerbang tertutup 30 cm saja. Sehingga Camellya masih bisa masuk ke dalamnya.

Camellya merasa pusing dan lemas. Seharusnya ia mengeryi bahwa keadaan mendesak dan terburu-buru itu tidak baik untuk kesehatannya. Camellya mulai pucat. Telinganya mulai berdengung tak jelas. Matanya mulai terasa berat. Hingga ia terjatuh dalam pelukan seseorang.

"Lya! Lo kenapa?" Didengarnya suara seseorang sekilas, hingga ia benar-benar tak sadarkan diri.

Di UKS Camellya tersadar. Dilihatnya seseorang dengan pandangan kabur. Perlahan matanya mulai dapat melihat dengan jelas. Dan ya, dialah Dimas.

"Kak Dimas?!" Tanya Camellya memastikan berusaha bangun dari posisi tidur.

"Iya ini gue, lo kenapa sih Yya? Dilihat dari gejala lo. Kayaknya lo punya penyakit yang serius?!" Jelas Dimas seraya bertanya pada gadis bermata hazel di depannya.

Mata hitam pekat itu masih menatapnya lekat, seraya menunggu jawaban dari gadis di depannya itu. Camellya hanya diam menunduk.

"Nggak! Lain kali gue gak boleh pingsan kayak gini. Secara Kak Dimas juga anak IPA. Dan pasti tau penyakit yang bergejala ini, gue harus lebih hati-hati dalam menjalankan peran!" Batinnya.

"Ah nggak kok kak!Lya cuma nggak sarapan tadi! Jadi pingsan deh," Jawab Camellya sambil cengingisan.

"Ya udah deh. Gue balik ke kelas ya kak? Makasih udah tolongin gue!" Serunya sambil meninggalkan Dimas dari ruang UKS.

Camellya barusan masuk ke kelasnya dan mendapati berita yang menyakiti hatinya. Ya. Dhito jadian dengan Mella.

"Nggak gue nggak boleh lemah. Gue memang cinta sama Dhito dan ini alasan gue jadiim dia sahabat supaya dia tetep deket sama gue. Lagian, semua ini adalah bagian dari rencana gue!" Tegasnya dalam hati.

***

Author:

"Whoa!! Camellya has a plan? What the plan? Tunggu cerita selanjutnya"

"See you next time! And have fun ♡"

Would You Be Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang