17. Makasih

16 1 0
                                    

"Karena lo relain perasaan demi gue"


"Maafin gue ya Tto, gue udah ngehindarin lo beberapa hari belakangan ini. Jujur karena gue suka sama Kak Dimas. Tapi sekarang nggak lagi Tto. Gue sekarang paham, siapa yang lebih mengerti dan cinta gue," Pernyataan Mella kepada Dhito.

"Iya, nggak pa-pa kok Mel. Gue tau kok," Balas Dhito. "Andai aja lo tau Mel. Ada orang yang tersakiti di balik kesadaran lo. Dan gue yang menyakiti dalam permainan ini," Batin Dhito menimpali.

Mereka berdua berpandangan lekat-lekat. Tak satupun dari mereka berpaling dari tatapan. Berdiri berdua merasakan angin yang menerpa. Selang beberapa detik, mereka berpelukan. Menumpahkan perasaan masing-masing. Perasaan Mella dipenuhi rasa bersalah pada Dhito. Perasaan Dhito yang dipenuhi rasa bersalah pada Camellya.

"Udah yuk kembali ke kelas," Ajak Dhito pada Mella yang masih termenung.

"Iya," Jawab Mella lembut.

***

Hari ini Camellya masuk sekolah dengan lesu. Seakan hanya raganya yang berada di sekolah dan jiwanya? Entah ke mana jiwanya pergi.

"Mellya sayang.. Lo kenapa sih?" Cerocos Aprilya tiba-tiba. Dan tentu membuat gadis hazel ini terkejut.

"Eh jigong.. Lo nggak bisa diem apa hah? Lo ganggu gue mulu deh," Jawab Camellya asal.

"Eh anjir.. Lo tau dari mana kata 'jigong' itu hah? Dapet kata baru lo?" Tanya Aprillya.

"Dapet dari adik kelas pas gue latihan paskib. Gue ini sebenernya kudet atau apa ya? Adik kelas gue pada tau noh kata begituan," Jelas Camellya.

"Ya lo nya aja yang terlalu polos. Kalo di lihat dari cara lo bicara gue-lo itu, seakan bukan lo banget gitu."

"Memang," Jawab Camellya singkat. Sebenarnya ia sedang malas berbicara saat ini.

"Lya!!" Panggil Aprillya.

"Hm?"

"Yya!" Panggil Aprilya sekali lagi.

"Hm?"

"Anjir.. Ga ada jawaban yang lebih panjang gitu hah?"

"Hmmm?"

Jawaban Camellya membuat Aprilya frustasi. Hingga ia memilih pergi meninggalkan sahabatnya ini, yang lagi galau.

***

"Yya.."

Camellya menoleh ke belakang dan mendapati Dhito berdiri tak jauh dari belakangnya.

"Apaan?" Tanya Camellya ketus.

"Yya.. Lo marah ya sama gue?" Pertanyaan yang jelas konyol bagi Camellya.

"Hm," Jawab Camellya singkat.

"Lo beneran pacaran sama Kak Dimas?" Tanya Dhito lagi.

"Gak."

"Terus? Gimana bisa rencana ini berhasil?"

"Kak Dimas," Jawab Camellya. Dhito mengangguk mengerti. Walau gadis di depannya ini tak menjelaskan panjang lebar padanya.

"Oohh~ APA??!! MAKSUD LO KAK DIMAS TAU RENCANA KITA???!!!" Tanya Dhito histeris.

"Hm," Jawab Camellya singkat, lagi-lagi seperti itu.

"Lah Yya.. Berarti.. Maafin gue ya Yya.. Gue udah buat lo susah. Dan makasih karena lo udah bantu gue," Ucap Dhito.

"Hm," Jawab Camellya yang langsung pergi tanpa menghiraukan Dhito. Ia masih kesal pada Dhito. Bukan. Bukan marah. Tapi kesal. Dan sekarang ia makin kesal pada Dhito, karena kata maaf yang dilontarkan Dhito padanya. Bukan kah Camellya sudah menjelaskan padanya waktu itu? Ck, dasar Dhito!!!

***

Hari ini. Camellya lebih memilih bolos pada jam terakhir. Bukan bolos, sih. Tapi memang jamkos. Dan mungkin Camellya sangat senang, karena ia tidak perlu mendengar hal-hal menyangkut biologi. Camellya memang anak IPA dan pastinya menyukai apapun tentang IPA. Tapi tidak. Camellya hanya menyukai fisika, daripada biologi. Lebih baik kimia, dari pada biologi. Lebih baik biologi, daripada matematika. Dan lebih baik matematika, daripada IPS.

Camellya di kantin, sambil meneguk coklat dingin di tangannya. Ya, dark chocolate adalah minuman favorit Camellya. Camellya tidak suka hal yang terlalu manis. Ia lebih suka hal yang pahit daripada manis. Lebih baik asin daripada manis. Walau terkadang ia juga ingin yang manis. Tapi Camellya jarang sekali makan maupun minum yang manis-manis. Karena ia lebih suka yang pahit tapi asli, dibadingkan manis tapi palsu. Sama halnya dengan prinsip cinta yang ia buat.

"Lo bolos?" Terdengar suara yang sangat familiar di telinga Camellya. Dan benar saja dugaannya. Dia, Dimas.

"Eh Kak Dimas. Yang nggak lah kak. Ada jamkos. Ya daripada denger anak-anak rame di kelas. Lebih baik gue duduk di sini sendirian," Jelas Camellya panjang lebar. Entah mengapa saat berhadapan dengan kakak kelas XI di depannya ini, ia selalu bicara panjang lebar. Seakan.. Dimas berhubungan dengan masa lalunya?

"Owh," Singkat. Tanpa izin, Dimas meneguk coklat dingin Camellya.

"Yah kak?!! Kok satu sedotan ih?" Tanya Camellya kesal.

"Biarin. Anggep aja gue lagi nyium lo!" Jawab Dimas. Sedangkan Camellya hanya ternganga tak mengerti. Dimas yang menyadari ekspresi Camellya hanya terkekeh kecil.

"Kan sedotan ini habis nempel di bibir lo. Dan gue juga minum dengan sedotan ini. Jadi sama aja, gue nyium lo secara nggak langsung," Jelas Dimas.

Camellya hanya tersipu malu. Apa ini? Apakah Dimas sungguh-sungguh dengan ucapannya? Ucapan ingin membuat Camellya cinta padanya? Jika iya, maka Dimas harus senang. Karena Camellya mulai nyaman padanya.

"Apaan sih Kak Dimas? Ngaco!" Bibir Camellya mayun, membuat Dimas terkekeh. Dan matanya. Mata hazel Camellya. Siapapun yang menatapnya lekat, bisa dipastikan akan jatuh cinta dengannya. Seperti Dimas. Semakin hari cintanya semakin dalam. Ia hanya berpikir, bagaimana Camellya bisa lupa akan dirinya? Dirinya yang selalu ada di sampingnya dulu? Waktu bisa mengubah segalanya.

***

Author:

"Guys.. Lama nggak up ya?? Iya nih. Lagi sibuk sama tugas. Dan lagi harus fokus belajar. Besok aku mau UTS, jadi mungkin jarang up ya..

Soalnya sih pake komputer.. Soalnya acak! Jadi ya nggak bisa santai.. hehe.. :)"

"See you next time! And have fun ♡"



Would You Be Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang