10# You're my fans

242 23 1
                                    


.

.

.

Aku tiba-tiba menyadari sesuatu. Ada sebuah gambar, tepatnya foto ukuran besar, seukuran jendela.

"Nan?" tanyaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nan?" tanyaku.
Aku mendekat.

"Oh.." Jingga seolah baru menyadari sesuatu juga.

Tatapku beralih padanya yang nampak salah tingkah.

"You're my fans too," ucapku.

"Sebenarnya.. Ini gue dapet  hadiah ultah dari sahabat gue. Dia suka lo, jadi...." Jingga terdengar menyanggah perkiraanku.

"Jadi...kamu nggak suka aku?" tanyaku seraya mendekat.

"Suka. Ya, suka." jawabnya ngambang.

"Sesuka apa?"

"Mm... Biasa aja sih."

"Apakah...punya fotoku sebesar ini bisa dibilang biasa? Apakah punya koleksi foto kayak disudut itu juga biasa?"

Aku menunjuk sebuah sudut kamar Jingga yang penuh dengan berbagai pose dan ukuran fotoku. Ada yang dibingkai lucu, ada cuma digantung diantara tumbler lamp dan banyak lagi.

Aku menoleh ke arahnya yang sedang terdiam memandangku.
Aku tersenyum.

"Stalker, huh?" tanyaku lagi.

Dia menggeleng,"Pede banget distalk gue? Semua ini cuma kebetulan aja kok,"

"Oya?"

"Lagian ngapain lo kesini? Udah sana, sana...gue mo tidur." dia mendorong-dorongku.

Kucekal lengannya.
"Kamu bukan sekedar fans bagiku..."

Sekilas kurasakan degub jantungnya. Pipinya merona sempurna. Jantungku juga loncat-loncat nggak karuan. Ige mweoya?

"Apa mengingatkan sesuatu?" tanyaku.

Dia menggeleng, mimiknya sangat lucu. Aih...!
Niatku yang tadinya hanya menggodanya, malah keterusan, karena malah aku yang tergoda.

Kudekatkan dan memiringkan wajahku, kukecup bibir ranum yang entah sejak kapan jadi canduku. Dia diam, nggak meresponku sama sekali. Matanya terpejam.

"Wae? Kau nggak suka kucium?" tanyaku.

Dia membuka matanya, menatapku. Indah. Matanya indah. Eyelashes yang panjang dan lentik memperindah mata bulatnya.

"Kenapa kau selalu ada dipikiranku, Ji?" bisikku.

"I-itu.. bu-bukan salah g-gue. Ya udah nggak usah lo pikirin, gampang kan?" elaknya.

"Emang semudah itu?" tuntutku.

Jingga mengerjap. Dia lucu saat mengerjap begitu. Dan aku mendekapnya, menarik pinggangnya hingga hidung kami beradu.

"Oppa, ini intim sekali. Kita nggak boleh kek gini," ucapnya, yang sukses membuat aku malah tercekat ditempatku, menyadari sesuatu.

FANS (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang