23# Ancaman

185 19 0
                                    



*

*

Author's pov







Jingga menekuk lututnya, dibenamkan wajahnya diantara dua lututnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jingga menekuk lututnya, dibenamkan wajahnya diantara dua lututnya itu. Dia jadi galau setelah mendapat ultimatum dari Bang Shinhyuk. Ya, apalagi kalo bukan karena masalah penyamarannya? Jadi, semua berujung pada goyahnya rencana duet Yoongi-Seika. Jingga baru ingat kalo proyek duet kompilasi itu digawangi dirinya dan si rapper-hot, Yoongi.

"Pasar, wartawan taunya Seika, bukan Jingga. Apa yang harus kujawab atas pertanyaan mereka nanti?" begitu PDnim menandaskan.

"Aku akan membuka topengku," sahut Jingga.

"Topeng yang mana? Seika? Jingga?"

"Maaf, PDnim. Tapi menurutku, aku harus tetap menjadi Jingga, Han Jiyoung." keukeuh Jingga.

Dan...ya belum ada kata sepakat antara Jingga dan PDnim. Masalahnya Jingga udah tandatangan kontrak. Itu aja. Ternyata nggak semudah itu merubah sesuatu. Kalo Jingga nggak memenuhinya, bukan hal kecil yang bakal dihadapinya. Meja hijau dan beberapa ratus ribu dollar sebagai ganti rugi.

Changwook masih memperhatikan gadis yang tengah gelisah itu. Dengan sweater abu gombrongnya, tubuh kecil Jingga hampir tenggelam saat menekur gitu.

Terakhir kali Changwook menawarkan bantuannya, tapi Jingga menolak.
Bukan soal dollarnya tapi lebih ke resiko yang bakal ditanggungnya bila dia salah ambil langkah. Dan hal yang mungkin terjadi adalah Papanya akan lebih menekannya lewat orang-orang yang kini dekat dengannya. Salah satunya anak-anak Bangtan itu.

"Ji," usik Changwook yang mendekat disampingnya.

"Pilihannya selalu sama dan kini orang yang harus kulindungi bertambah." ujar Jingga.

"Cukup kalo Papa cuma menyakitiku, tapi kalo melalui kalian....apa aku sanggup?" imbuhnya menatap Changwook.

"Semua emang salahku, kenapa harus menghadirkan Seika?" dengusnya.

Tangan Changwook terangkat merangkul Jingga dan membawanya kepelukannya. Lalu mengelus bahu gadis itu.

"Atau aku tetap 'mematikan' Jingga kayak rencanaku semula."

Changwook hanya memperhatikan dan mengelusnya. Dia tau Jingga tengah kesal dan frustasi dengan keadaannya kini. Dia tau dirinyalah sumber segala masalah. Jingga terlalu sayang padanya hingga melindunginya sejauh ini.

Tapi, untuk ditinggalkan atau meninggalkan menurut Changwook bukan solusinya. Mereka tak mau saling meninggalkan. Sudah cukup perpisahan yang mereka alami.

Ponsel Changwook bergetar. Sengaja dia memode silent ponselnya. Hanya untuk menikmati quality time bersama Jingga. Tapi pekerjaan memanggilnya.

FANS (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang