30# Happy, ever after

445 21 0
                                    








Kutatap wajah sumringah didepanku ini. Matanya yang bulat berbinar, memandangi benda mungil yang melingkar dijari manisnya. Bibirnya yang semerah cherry tersenyum.

"Saranghae, Oppa..." ucapnya seraya memelukku.

Tanganku melingkar dipinggangnya. Kubalas senyumannya dengan sebuah kecupan dikeningnya.

"I'm always..." kusibak anak rambut dikeningnya.

"...love you,"

"Nado..."

Kutangkup wajahnya, matanya mulai memejam, dan....

"Cut!"

Adegan itu hanya sampai disitu. Asistenku memberikan lembaran naskahnya padaku. Sekilas kubaca.

"Oppa, setelah menikah kau jadi pilih-pilih peran. Waeyo? Seolah tak profesional..." singgung IU, pasangan mainku barusan.

"Ya begitulah. Aku harus menjaga perasaan istriku, walau dia sebenarnya nggak keberatan dengan semua itu. Lain halnya kalo adegan eksyen, aku pasti lebih menikmatinya." jawabku panjang.

"Apa Jiyoung eonni pencemburu?"

"Nggak juga, malah sebaliknya. Aku yang selalu cemburu padanya karena dikerubungi daun-daun muda," ujarku sambil menyilangkan kakiku.

Kini kesibukannya pun bertambah dengan menjadi seorang PD disebuah acara musik televisi. Jingga betul-betul mewujudkan mimpinya menjadi seorang sutradara.

Bahkan dia menggarap beberapa video musik boyband. Dan sempat booming beberapa waktu lalu. Kadang mengisi jadwal DJ di clubnya.

Tapi, ditengah kesibukannya itu, dia nggak pernah melalaikanku, dia selalu hadir disela rehat syutingku. Seperti saat ini.

"Oppa!" dia datang menenteng bekal makan siang.

"Annyeong, eoni.." sapa IU.

"Annyeong, IU. Ayo, kita lunch bersama." balas Jingga.

"Ah..anio, eonni. Silahkan, aku kesana dulu..."

Kami mengangguk. Jingga menatapku intens.

"Apa yang kau lakukan pada IU sampai dia secanggung itu, eoh?" Jingga melirik ke arahku.

"Mwo? Aku nggak ngapa-ngapain. Dianya aja yang baperan," sahutku sambil mencomot tamagoyaki dengan sumpit. Dan menyuapnya ke mulutku.

"Emh, Oppa... Ige," dia mengulurkan sebuah amplop.

"Mwoya?"

"Bukalah,"

Mataku membulat, nggak percaya dengan yang kubaca. Positif. Eight weeks.

"Mwo? Sudah delapan minggu? A..jjinjja, aigoo... Ish! Bahkan dua minggu kemarin kau terlalu sibuk. Gwenchana, eoh? Dia baik-baik saja kan?"  cecarku, mengelus perut Jingga.

"Ne... Mian." cicitnya. Dia menggembungkan pipinya. Pantas saja dia terlihat lebih chubby.

"Lalu...apa kau nggak senang, sekarang? Eoh?" rajuknya.

"Bukan senang lagi, bahagia. Ara? Whoaaa... Gomaweo, my edelweiss..." kurengkuh tubuhnya. Rasa haru menyelimutiku. Aih! Kenapa juga aku menangis?

Kucercahkan bertubi kecupan diwajahnya. Aku nggak peduli dengan sekitar. Pokoknya aku bahagia.

"Oppa! Yak!" Jingga mendorong bahuku.
Kucuri ciuman dibibirnya. Aku tersenyum.

FANS (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang