Bagian 3. Pengumuman

1.1K 56 0
                                    

"Deg... Deg... Deg... Deg..."

Dari subuh tadi, jantung ini berasa mau copot, bukan karena jantungan ataupun apa tapi melainkan harap-harap cemas menanti keputusan dari tim panitia yang katanya hari ini akan dipublikasikan. 

Sejujurnya berharap itu pasti, tapi tidak sepenuhnya mengandalkannya namun entah kenapa, lamaran pekerjaan kali ini, yang sebelumnya tak terfikirkan sama sekali, berhasil membuatku tak tenang. Entahlah, mungkin ini hanya firasat atau perasaan yang berlebihan.

Waktu menunjukkan pukul 6 pagi, tapi dari Subuh Aku sudah terlihat rapi, rasa gelisah yang berhasil membuatku mempersiapkan diri lebih awal dari biasanya, sedang Ana, wanita itu masih terlihat santai, berhubung ini hanyalah pengumuman tentang pekerjaan jadi Dia memilih untuk lebih slowly.

"Sarapan Na." Tawarku kepada Ana, yang melintas sembari menenteng handuk. 

"He'um. Duluan aja, Aku mau mandi dulu Yuk." Jawabnya sambil berlalu.

-----

Sudah jam 09.00 wib, tapi penitia yang hendak memberi keputusan mana yang lolos dan mana yang tidak belumlah muncul. Padahal jantung ini dari tadi rasanya sudah tak karuan, berasa mau copot dari tempatnya. 

Aku menghela nafas, mencoba menenangkan hati serta fikiran.

"Huuufh"

"Tenang Ratna tenang, ini hanyalah sebuah pengumuman, tak perlu jantungan seheboh ini." Bathinku menguatkan. 

Sebuah sirine tiba-tiba berbunyi, sebuah papan pengumuman besar baru saja dibuka dari penutupnya. Letaknya tepat berada didepan aula kantor, dimana kemarin menjadi tempat kami menjalani tes ujian, ribuan orang berduyung-duyung memenuhi ruangan. 

"Oh. Tuhan!"

"Gimana mau bisa lihat, kalau yang datang aja ribuan orang begini."

"Na! kita tunggu aja sampai rada reda ya? 

Takutnya ntar kita kegencet, terus mati kan nggak lucu." Pintaku yang fix membuat Ana tertawa 

"Hahahaha... Mati! Kayak apa aja Yuk Yuk." Sahutnya masih dengan tawa renyahnya. 

Kamipun menunggu, melihat mereka dari jarak 5 meter. 

Satu persatu mereka mulai pergi, ada yang masih menentap sembari mencatat, ada juga yang terlihat lesu namun tetap ditempat. Sepertinya banyak yang kecewa dengan hasil akhir yang mereka capai, kemungkin besar mereka yang pergi dan memasang wajah lesu adalah orang-orang yang tidak memiliki keberuntungan alias tidak diterima dari pekerjaan.

Suasana sudah tak terlalu ramai, masih ada beberapa ratus orang, namun ruangan sudah terasa longgar, mengingat panitia memasang pengumuman cukup banyak, hampir disetiap sudut kertas pengumuman itu terpasang. Aku mendekat, mulai mengamati setiap nama satu persatu, dengan jeli dan cermat. Mengurutnya dari abjad A hingga mencoba mencari namaku diurutan huruf R. 

"R... R... R.. R.. R.. Ratna Sari.. BUKAN! 

R... R... R.. RATNA WATIIII!" 

Mataku membulat seketika, ketika mendapati namaku tercantum dalam daftar pengumuman, 

"Alhamdulillah Ya Allah..." Ucapku dengan lantang, senyum sumringah tak hentinya menggembang dibibirku. 

"Oh, iya Ana mana ya? Kira-kira Dia diterima nggak yah, aduh Aku penasaraN." Gumamku sendiri sembari mencari sosok yang bernama Ana.

"Kemana Dia?"

 mataku mengedar keseluruh penjuru, 

"kox nggak ada!" 

8 Tahun...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang