Setelah merapikan barang bawaan, serta mengecek isi dompet. Aku yang sudah bersiap sejak jam 6 langsung bergegas pergi ke halte bus.
Menunggu, menanti dengan tidak sabaran, meski sudah tahu kondisi Mamak saat ini sudah baikan, namun bathin ini tetap tak tenang, selama Aku belum melihat dengan kedua mataku sendiri. Alhamdulillah bus yang ditunggu sudah datang. Dengan cepat Aku langsung naik dan duduk dibangku paling depan. Aku hanya ingin cepat-cepat naik bus dan segera sampai dirumah meski ini membutuhkan waktu lumayan lama.
Sepanjang perjalanan, tak hentinya mulutku beristighfar serta merapal doa-doa terbaik untuk Mamak dirumah, rasanya hati ini sudah tak sabar ingin seger melihat Mamak, mungkin keegoisan ini haruslah diakhiri, jika tidak! Kemungkinan besar penyesalan yang akan hadir selanjutnya, Nauzubillah.
"Ceeesshhh"
Suara rem dari bus yang kutumpangi terdengar cukup nyaring, hingga membuat para penumpang sedikit terhenyak kaget dari tempat duduk mereka masing-masing. Kernet yang berada dibelakang segera memberikan instruksi kepada sopir untuk membuka pintu, ternyata ban bus kempes. Alhasil kami harus menunggu dan itu semakin membuatku tidak sabar,
Sejenak berfikir, apakah harus menunggu atau mengganti mobil bus yang lain, tapi jika berganti mobil otomatis akan menambah pengeluaranku dua kali lipat. Daripada pemborosan, akhirnya Aku memutuskan untuk menunggu si sopir memperbaiki ban kempes akibat terkena ranjau dijalan. Bersyukurnya ban bus kami tidak sampai meletus sehingga tidak membutuhkan waktu lama, hanya setengah jam dan perjalanan kami dapat dilanjutkan.
"Alhamdulillah..."
Ucap syukur ini, bisa melanjutkan perjalanan, hingga tak terasa, bus sudah berada diarea pesawaran, dan tidak lama lagi Aku akan bertemu dengan Mamak, semoga Mamak cepat pulih Aamiin.
"Pak Minggir ya...!"
Pintaku kepada kernet bus yang tengah berdiri,
"Teng.. Teng.. Tengggg"
Sang kernet memberi isyarat kepada sang sopir dengan memukul tiang yang berada didekat pintu paling akhir. Sopir yang sudah terbiasa dengan isyarat tersebut langsung menginjak rem bus dan Alhamdulillah bus berhenti tepat didepan klinik dimana Mamak dirawat saat ini.
-
--
Aku melangkah menyusuri koridor klinik yang tidak terlalu banyak, hanya ada empat kamar yang masing-masing saling berhadapan, Aku membaca setiap nama yang tertera diatas pintu kamar, dan satu nama ruang anyelir membuatku menghentikan langkah, sebelum membuka pintu, Aku berusaha menguatkan hati serta mata ini, agar tak ada rasa kesedihan yang terpancar ataupun harus mengalir dari kedua pelupuk mataku.
"Hufft... Aku harus tegar... "
Membisikkan semangat untuk diriku sendiri, menjadi andalanku saat ini, perlahan Aku membuka pintu kamar klinik. Sebuah ranjang tidur yang tak terlalu besar, terisi oleh wanita paruh baya dengan selang impus yang terpasang dipunggung tangannya, kedua matanya tengah terpejam, dengan selimut yang menutupi setengah badannya. Sedang dilantai bawah ada dua orang laki-laki yang tengah makan siang.
"Assalamu'alaikum..."
Ucapku lirih, tak berani bernada keras karena takut mengganggu Mamak yang tengah tertidur.
"Wa'alaikumussalam..." Jawab kedua lelaki tersebut bersamaan,
"Pak gimana kabar Mamak?" Tanyaku sambil mencium punggung tangan Bapak lalu beralih bersalaman dengan adik lelakiku. Meletakkan barang bawaanku yang tidak terlalu banyak disamping meja tepat disamping ranjang Mamak terbaring lalu ikut duduk dibawah beralaskan tikar.
![](https://img.wattpad.com/cover/138240368-288-k226001.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Tahun...
RomanceMengejar mimpi, angan-angan yang tertunda, gejolak kehidupan, hijrahku... Keputusan yang mendadak. Pacar Halal. Dimana dimanika kehidupanku terlihat biasa, namun begitu rumit untuk dijalani. 8 Tahun, bukanlah waktu yang singkat maupun sebentar. Nam...