"Hayooo..."
"Bengong lagi deh Si Ratna ini!"
Sontak, tepukkan pundak dari Nita membuatku benar-benar tersadar dari lamunan yang entah sejak kapan sudah kulakukan tanpa sadar.
Ya!
Kuakui, semenjak pertemuanku dengan Mas Ahmad waktu itu. Entah kenapa, Aku jadi sering bengong dan memikirkan Dia.
Aku sendiri juga tak tahu, kenapa setiap teringat akan senyum yang pernah Ia lontarkan kepadaku, mampu membuatku senyum-senyum sendiri tanpa sadar.
Apakah ini cinta..? atau hanya kekaguman semata..? Aku sendiri juga tak tahu, bahkan hatiku dibuat bimbang olehnya. Namun Aku sendiri masih enggan menyebutkan bahwa ini cinta. Bagaiman bisa dan bagaimana mungkin Aku bisa jatuh cinta kepada Dia setelah sekian lama teracuhkan.
Apakah kekecewaan ini benar-benar sudah kalah oleh rasa yang baru-baru ini muncul dihatiku. Bahkan rasa ini mampu mengubah diriku menjadi mudah melamun dan serba salah.
"Aneh dan mustahil"."
Dua kalimat yang acap kali muncul setiap Aku memikirkannya.
Mengapa bisa dan kenapa?
Begitu luar biasakah rasa cinta itu? Hingga mampu membuat segala prasangka dan persepsiku terhadap Dia berubah 190 derajat.
Ini bukanlah mimpi, namun hatiku masih enggan mengakui.
Mengakui bahwa kekecewaanku kalah terhadap rasa yang ada dihatiku.
Ya... Mungkin inilah yang disebut dengan sebuah cinta, namun entah kenapa hatiku berusaha untuk menampiknya. Meski hati ini merasakan sesuatu yang ane, setiap Dia melintas dalam benakku rasanya banyak sekali bunga-bunga bermekaran dihatiku.
Ya.. Tuhan...
Secepat ini Aku jatuh cinta kepada Dia, meski ini terbilang wajar namun ini suatu perubahan yang tak dapat Aku pungkiri.
Pipiku memerah, rasa panas begitu saja muncul dikedua pipiku yang setengah cubby ketika Aku mengingat Dia. Dia Mas Ahmad calon suamiku.
*
**
Pagi seperti biasa.
Rutinitas dicamp tempatku bekerja, sudah mulai ramai orang hilir mudik menjalankan tugasnya masing-masing.
Aku sendiri yang sedari tadi diajak bareng sama teman-teman untuk menuju lokasi gudang tempatku bekerja, namun Aku lebih memilih berjalan seorang diri.
Masing ingin menikmati suasana pagi tanpa gangguan orang lain. Bukan merasa risih atau terganggu, hanya saja setiap mengingat kejadian itu, senyum simpul tiba-tiba muncul tanpa kusadari dan gara-gara senyum inilah teman-teman mencurigaiku bahwa Aku sedang jatuh cinta.
Apakah begitu nampak jelas wajah ini berubah hingga para sahabat bisa menilai perubahan wajahku ini karena Aku sedang jatuh cinta.
"Äh dasar Aku."
Aku memukul kecil kepalaku, merasa kesal dengan kebodohan yang akhir-akhir ini kurasakan. Tak seberapa jauh, dari arah belakang Aku mendengar langkah kaki yang tengah berusaha mengejar langkahku.
Aku menoleh, menatap kearah dimana mbak Yanti melemparkan senyumnya kepadaku.
"Bareng Rat." Mbak Yanti menyamai langkahku.
"Sip pagi mbak Yanti?" Tanyaku sembari menatap tangan mbak Yanti yang membawa sebuah bingkisan.
"Iya sengaja nih, biar bisa bareng sama Kamu." Jawab mbak Yanti sembari menyodorkan bingkisan yang Dia bawa kepadaku.
"Nih." Lanjut mbak Yanti, spontan tanganku menerima bingkisan yang mbak Yanti kasih.
Masih dengan tatapan heran, Aku memandangi bingkisan yang terbungkus rapi.
"Dari mas Ahmad, katanya titip buat calon istri...
Ciyeeee... Ehemm."
Seketika ucapan mbak Yanti membuat wajahku memerah, nggak nyangka kalau Dia bisa begitu berubah seperti ini. Jujur Aku penasaran namun tak mungkin untuk membuka bingkisan itu sekarang, terlebih kami sedang menuju ketempat kerja.
Bahagia???
Tentu saja hati ini bahagia luar biasa. Baru kali ini Dia memberikan sebuah bingkisan kepadaku setelah beberapa tahun bersikap dingin, cuek dan tak peduli namun Aku tak menyangka kali ini Dia berhasil membuatku menjadi wanita terbahagia.
Apakah Aku terlalu berlebihan?
Ahhh.. Sepertinya tidak!
Tidak menurut Aku sendiri, tapi entah menurut yang lain. Hatiku tersenyum.
Hari itu kami menyelesaikan pekerjaan kami sebagai buruh karyawan tetap ditempat kami bekerja. Sedang bingkisan yang diberikan mbak Yanti ketika berangkat kerja tadi Aku taruh diloker ganti, jadi tetap aman dan takkan terusik.
Padahal hati ini rasanya udah tak sabar ingin cepat-cepat membuka bingkisan tadi.
*
**
Setelah sampai dimes tempatku beristirahat, Aku tak langsung membersihkan tubuhku untuk mandi melainkan membuka bingkisan mas Ahmad yang sejak dari tadi sudah membuatku penasaran setengah mati.
"Sreeggg... breeekkk"
Suara bingkisan yang Aku robek secara paksa.
Sebuah wajah nampak dari bingkisan itu.
"Foto."
Sebuah foto yang sudah terbingkai rapi.
Senyum simpul merekah begitu saja dibibirku. Memandangi foto yang menunjukkan diriku dan dirinya berjejer rapi serta dibawahnya ada wajah kedua orang tua serta wajah kami berdua.
Masya Allah..
Sebuah kertas kecil menempel dikaca bingkai foto.
"Semoga semakin sukses ya Rat."
Kertas itu berhasil membuat hati kecilku bahagia...
Dan akhirnya harapan itu ada.
Terima kasih mas, Kamu sudah membuat hatiku mantap untuk memilihmu.
![](https://img.wattpad.com/cover/138240368-288-k226001.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Tahun...
Любовные романыMengejar mimpi, angan-angan yang tertunda, gejolak kehidupan, hijrahku... Keputusan yang mendadak. Pacar Halal. Dimana dimanika kehidupanku terlihat biasa, namun begitu rumit untuk dijalani. 8 Tahun, bukanlah waktu yang singkat maupun sebentar. Nam...