Bab.28. Resepsi

904 33 0
                                    


Alhamdulillah acara pernikahanku berjalan lancar, terlihat begitu meriah dengan dekorasi yang menutupi keseluruhan rumah kami. Musik qosidah menjadi penghibur bagi para tamu undangan yang hadir, dengan hiasan lampu mutiara yang tergantung ditengah tenda, menjadikan suasana pernikahanku semakin terlihat mewah.

8 Tahun, rumah ini sudah lama tak membuat acara sehingga diacara pernikahanku semua dibuat semeriah mungkin, bukan untuk sebuah pemborosan namun acara pernikahan juga sebuah acara silaturahmi antara keluarga dekat maupun jauh, dipertemukan dan dipersatukan kembali agar hubungan silaturahmi bisa tetap terjalin dan terjaga.

1500 undangan hadir dalam pernikahan kami. Cukup lelah namun semua tiada artinya dibandingkan dengan kebahagiaan yang kini Aku rasanya.  Hingga malam menjelang tamu tiada henti berdatangan.

Lelah, pegal, tiada terasa lagi, semua terbayar dengan status baruku menjadi seorang istri dari lelaki yang bernama Ahmad.

Menjelang pagi, suasana masih ramai tapi tak sesibuk kemarin namun masih terlihat dari area dapur, para ibu, bude, bibi, tetangga, tengah sibuk memasak menu hidangan, sedangkan paman, sepupu, keponakan kembali membereskan kursi tamu, ditata dengan rapi dan membereskan meja prasmanan untuk kembali menata menu-menu yang akan dihidangkan untuk para tamu yang kali ini dikhususkan bagi para sahabat-sahabatku yang berada di Pabrik tempat Aku bekerja.

Ya, Resepsiku dilaksanakan dua kali dan ini sempat membuat para tetangga dan kerabat sedikit kebingungan. Karena fikir mereka resepsiku hanya akan dilaksanakan ketika ijab qobul dilanjut dengan resepsi pada umumnya namun kali ini resepsi dilaksanakan hingga dua kali. Hanya saja bedanya, diresepsi yang kedua baju yang kugunakan sudah tidak mengenakan baju adat lagi melainkan baju abaya dan Mas Ahmad dengan jas hitamnya. Sengaja Aku mengikuti warna baju milik mas Ahmad agar senada dan semakin sejuk dipandang mata, Masya Allah.

Jam 0.9.00 wib tamu masih ada yang berdatangan, meski tak seramai dihari pertama tamu ini juga membuat tamu bingung, karena mereka yang datang kepernikahanku dihari kedua tak menyangka bahwa akan tetap disambut dan disediakan hidangan prasmanan bahkan pengantin dan kedua orang tua kami masih disandingkan dipelaminan.

Aku tersenyum ketika melihat para tamu sedikit malu karena datang dengan berpakaian seadanya, namun kamipun bersyukur masih bisa menyambut tamu undangan dengan hidangan yang cukup baik Alhamdulillah. Waktu berjalan para rekan kerja yang ditunggupun tiba.

1 mobil bus besar,  membawa setidaknya 40 penumpang, yang diikuti beberapa mobil pribadi mulai berdatangan, para panitia membantu memberikan tempat untuk para tamu agar bisa leluasa memarkirkan mobilnya. Tak kusangka hampir 100 rekan kerjaku datang diacara pernikahanku. Haru dan bahagia menyambut kedatangan mereka. Senyum simpul tiada pernah lepas dari bibirku ketika mereka menatap kearah kami berdua dengan tatapan bahagia. Seolah ikut merasakan kebahagiaan yang kini tengah Aku rasakan. 

"Selamat"

Beberapa ucapan yang dilontarkan beberapa sahabatku dari arah meja prasmanan, meski tak mendengar suara mereka namun ucapan itu terlihat jelas.

Setelah menikmati hidangan, banyak sebagian sahabat yang sibuk berswafoto, ada yang masih menikmati kue, minum kopi bahkan ada yang bergantian menyumbangkan lagu sebagai penghibur dan pelepas lelah bagi mereka, mengingat perjalanan menuju kerumahku memakan waktu hingga 3 jam.

Lagi-lagi Aku bersyukur hingga sore acara berjalan dengan lancar tanpa hambatan dan semua dimudahkan oleh Allah. 

*

**

***

Seminggu setelah acara resepsiku selesai, kini giliran pihak keluarga Mas Ahmad membuat acara dirumahnya. Acara boyongan diadakan cukup dekat, mengingat cuti yang Aku ambil juga hanya sebentar. 

8 Tahun...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang