Sekian lama bekerja, fokus dalam pekerjaan menjadi karyawan swasta dan jarang pulang kerumah, membuat tabunganku Alhamdulillah cukup banyak. Mengerti soal agama membuatku lebih memilih membeli barang seperlunya saja. Tidak boros dan bisa menabung itu sudah pencapaian yang luar biasa.
Uang hasil jerih payahku dalam bekerja selain ditabung juga Aku berikan kepada keluarga, biaya kuliahku dan sebagian untuk kebutuhan sehari-hariku. Aku bisa bekerja disini juga berharap bisa membahagiakan Mamak serta Bapak dan keluargaku. Salah satu motivasi Aku untuk tetap giat bekerja dan tidak boros adalah membantu perekonomian keluargaku yang teramat sulit. Masih teringat dimana dulu kedua orangtuaku seringkali terlilit hutang demi bisa membiayai anak-anaknya sekolah menuntut ilmu. Meski tidak sampai kejenjang kuliah namun kedua orangtuaku selalu memprioritaskan anak-anaknya setidaknya minimal anak-anaknya harus lulusan SMA sederajat.
Alasan mereka tidak muluk-muluk setidaknya mencari pekerjaan tidaklah teramat sulit. Apalagi jaman sekarang sudah super susah. Ini adalah bekal yang diberikan kepadaku hingga akhirnya Aku bisa menggapai cita-citaku untuk menjadi seorang sarjana tinggi tercapai.
Tak pernah menyangka,
Ya.. Aku tak pernah menyangka bahwa jalan hidupku akan seperti ini.
Masih teringat bagaimana perjuangan kedua orang tuaku untuk bisa menyambung hidup terasa sulit, hanya untuk makan saja kedua orangtuaku berhutang sana, berhutang sini semua mereka lakukan.
Menyadari bahwa Kami bukanlah orang mampu, tak memiliki sawah apalagi kebun membuat Mamak dan juga Bapak banting tulang, berjualan sayur mayur dipasar yang letaknya tak jauh dari rumah. Terkadang modal habis hanya untuk membeli sayuran yang ternyata harga merosok jauh dari angan-angan dan itu diketahui ketika sudah dipasar. Acapkali untuk kembali berdagang Mamak terpaksa kembali berhutang.
"Sedih?"
Tentu saja Aku sedih, dimana kala itu Aku masih berada dibangku sekolah, tak mampu berbuat apa-apa selain berdoa yang terbaik untuk mereka.
Selain berdagang Bapak berusaha menggado ( Menernak binatang saudara) yang dimana ketika binatang ini memiliki keturunan maka keturunan kedua akan menjadi milik Bapak pribadi dan itu Bapak tekuni demi bisa mendapatkan penghasilan yang lain. Dan Alhamdulillahnya sampai detik ini Bapak masih menekuni menernak sapi padahal usia Bapak sudah tidak muda lagi.
Untung memenuhi kebutuhan sehari-hari saja susah, apalagi untuk memperbaiki rumah. Meski ada keinginan namun mereka, kedua orang tuaku lebih mementingkan pendidikan anak-anaknya agar tak berhenti putus ditengah jalan.
"Atap bocor, genteng melorot, geribik yang bolong-bolong, tembelan seng untuk genteng yang rusak, usuk genteng yang rapuh, lantai semen yang bolak balik ditambal ketika hendak lebaran, sudah menjadi pemandangan yang lumrah bagi kami, namun bagi yang lain mungkin ini terlihat amat miris. Hingga tak jarang kami sering disindir, dihina, direndahkan dengan kondisi kami, bahkan seringkali kami dikucilkan oleh saudar-saudara kami.
Tak jarang orang-orang yang melintasi rumah kami, melemparkan sebuah batu kedalam rumah kami, karena bilik rumah kami yang bolong cukup lebar seukuran dua bola basket. Selain rayap yang berusaha menggerogoti dinding rumah kami, 20 tahun lebih kondisi rumah kami tak pernah diperbaiki membuat bangunan kami terlihat sangat rapuh dan semua bangunan dirumah kami terlihat sudah lapuk.
"Wajar."
Legowo dan memakluminya itulah yang diajarkan Mamak kepada kami karena menyadari kondisi rumah kami yang memang sebenernya tak layak untuk disebut rumah tapi yah inilah rumah kami.
Surgaku adalah rumahku, pedoman yang seringkali menguatkan kami sekeluarga dan selalu bersyukur dengan setiap kondisi yang Allah berikan kepada kami.
Apakah orang miskin, orang melarat seperti kami tak layak untuk hidup berdampingan dengan orang-orang yang berada hingga tak jarang, Aku melihat air mata dari sudut mata Mamakku menetes, namun ketika ditanya Mamak akan selalu memberikan senyum ketenangan kepada anak-anaknya.
"Mak tunggu Aku... Tunggu anakmu bekerja, maka Aku akan mengubah air mata Mamak menjadi sebuah kebahagiaan, Allah nggak tidur Mak.
"Maka Sabarlah dan doakan anakmu ini Mak, agar nantinya bisa membahagiakan Mamak dan Bapak sekeluarga."
Itu adalah doa dan harapanku setiap melihat Mamakku terluka dengan ucapan orang-orang yang merendahkan kami.
Tak pernah menyangka perjalanan panjang hidupku sudah sampai sejauh ini. Setapak demi setapak, melangkah maju dan tak mudah menyerah serta tak lupa menyerahkan semua urusan dunia hanya kepada Allah, Alhamdulillah semua Allah mudahkan Aamiin.
Hingga tak terasa pencapaian itu kini bisa Aku, kedua orang tuaku, kakak perempuanku serta kedua adik-adikku bisa menikmati bersama.
"Rabb ini nikmatMU"
Memperbaiki rumah, membantu keuangan keluarga tiap bulannya dan bahkan yang tak pernah Aku bayangkan adalah bisa melanjutkan pendidikan hingga jenjang sarjana adalah nikmat terbesar yang sudah Allah SWT berikan kepadaku. Allah meninggikan derajat bagi hambaNya yang sabar, Masya Allah.
Mamak sudah tak perlu lagi berjualan sayur mayur, cukup duduk manis menikmati masa tuanya dirumah dan mengurusi adik-adikku, sudah tak perlu lagi berhutang kesana kemari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena semua sudah tercukupi. Sedang Bapak, Bapak masih enggan meninggalkan hobinya memelihara sapi. Akupun tak memaksa karena itu sudah kemauan Bapak sendiri, yang penting Aku selalu mendoakan agar Bapak tetap sehat selalu Aamiin.
Bulir-bulir bening ini kembali berjatuhan
Mengingat semua pahit manisnya perjalanan hidup kami yang penuh cerita. Mengingat awal mula perjalanan susah senang yang sudah terlewati cukup membuat bathin ini tersenyum bangga dan haru dan kini kebahagiaanku semakin lengkap dengan kepastian tentang hubunganku dengan Mas Ahmad.
Sungguh Aku tak mampu berkata-kata selain bersyukur "Alhamdulillah" atas semua nikmat, berkah serta kebahagiaan yang sudah Allah limpahkan kepadaku serta keluargaku
"Ya Allah terima kasih, Betapa indahnya balasan kesabaran bagi setiap hambaMu"
*****************
DAN BUAT KALIAN KEEP HAMAZA WA ISTIQOMAH DIJALAN ALLAH YA.. ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Tahun...
RomanceMengejar mimpi, angan-angan yang tertunda, gejolak kehidupan, hijrahku... Keputusan yang mendadak. Pacar Halal. Dimana dimanika kehidupanku terlihat biasa, namun begitu rumit untuk dijalani. 8 Tahun, bukanlah waktu yang singkat maupun sebentar. Nam...